Memori membawa saya kembali ke tahun 2000-an, kala itu saya masih berseragam putih biru. Tanda kebesaran Sekolah Menengah Pertama (SMP).Â
Sekolah saya terbilang jauh, menyeberangi sungai Bengawan Solo yang memisahkan Kabupaten Karanganyar dan Kota Solo.
Untuk sampai ke sekolah, tiap hari saya menumpang bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang memakan waktu 45 menit. Itu pun dari pemberhentian bus masih harus berjalan kaki sejauh 500 meter, jadi kalau pas siang hari, duh panasnya...
Tapi SMP adalah masa-masa yang happy, meskipun uang saku hanya 2.000 perak per hari. Dari 2.000 itu separuhnya buat pulang pergi naik bus umum.Â
Bagi yang penasaran apa yang bisa diperoleh dengan uang 1.000 rupiah kala itu, baiklah saya bocorkan.Â
Kala itu uang 1.000 rupiah bisa untuk makan semangkuk soto plus es teh manis di kantin sekolah. Catat, kantin sekolah ya, kalau di luar ya nggak dapat. Tetapi Solo sih memang sampai sekarang dikenal dengan jajanan kuliner yang murah meriah, setidaknya saya merasakannya setelah merantau ke ibu kota.
Nostalgia masa SMP belum usai. Ada cerita yang masih berbekas hingga kini, yakni koleksi kaset tape recorder yang bisa dibilang cukup banyak.Â
Sayang, kaset-kaset itu sudah tak ada rimbanya, jadi fotonya tak bisa saya sajikan dalam artikel ini.Â
Kaset tape recorder atau kaset pita memang sedang tren pada masa itu. Pemutar musiknya kalau bukan dengan tape recorder ya dengan walkman.Â
Beda halnya dengan masa sekarang ketika orang bisa mendengarkan musik di manapun cukup dengan headset lewat gadget.Â
Saya memang hobi mendengarkan musik. Jika tidak memutar kaset, tiap malam mendengarkan radio sebagai pengantar tidur. Seringnya Pro 2 FM ataupun Solo Radio.Â
Beberapa band yang terkenal waktu itu adalah Sheila On 7, Dewa, Padi, dan Ungu. Tak hanya dalam negeri, boyband-boyband papan atas dunia yang terkenal kala itu adalah Westlife, N'Sync, dan Backstreet Boys.
Sheila on 7 meledak dengan album Kisah Klasik untuk Masa Depan (2000). Single-singlenya yang populer di antaranya Dan, Sephia, dan Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki.Â
Dewa dengan albumnya Cintailah Cinta (2002). Single-nya Pupus, Arjuna, Angin. Vokalisnya sudah berganti dari Ari Lasso ke Once.Â
Padi pun tak kalah menyentak dengan single Mahadewi yang termasuk dalam album Lain Dunia yang dirilis pada tahun 1999.Â
Selain Mahadewi, Begitu Indah, Semua Tak Sama, dan Kasih Tak Sampai. Anak-anak yang mengalami masa remaja tahun 2000-an pasti sudah sangat khatam dengan lagu-lagu tersebut. Apalagi bagi yang suka menonton MTV Ampuh, sebuah acara yang menyajikan 20 tangga lagu teratas. Yang suka nonton pasti selalu menunggu-nunggu momen akhir pekan, iya kan?
Nah bagaimana dengan boyband-boyband top dunia? Westlife jelas rajanya. Single-nya Season in the Sun begitu booming di seluruh dunia.Â
Albumnya berjudul Westlife (1999), merupakan album tersukses di Indonesia untuk kategori penyanyi asing kala itu. Tak kurang dari 20 kali penghargaan platinum untuk album yang terjual lebih dari satu juta kopi.Â
Anda mungkin sampai sekarang pun masih senang mendengarkan lagu I Have a Dream, More Than Words, If I Let You Go, Fool Again dan Flying Without Wings yang menjadi satu dalam album Westlife.
Album tersebut memang kebanyakan merupakan cover boyband Westlife atas lagu-lagu lama. Namun harus diakui bahwa cover mereka membuat lagu ini menanjak kembali. Westlife pun masih lanjut dengan karya-karya berikutnya dalam album Coast to Coast (2000), World of Our Own (2001).
Selain Westlife, Backstreet Boys dan N'Sync juga sukses mengibarkan bendera. Backstreet Boys dengan album Millenium (1999). Single-nya antara lain I want It That Way, Show me the Meaning, dan Larger than Life.Â
Album Backstreet's Back (1997) dengan single As Long as You Love me. Lalu yang paling meledak adalah album Black and Blue dengan single-singlenya Shape of My Heart, The Call, Everyone, dan I promise  You. N'Sync juga memiliki basis fan dengan lagu-lagunya Bye Bye Bye, It's Gonna Be Me, This I Promise You.
Tak hanya pendengar garis keras, saya pun mengumpulkan semua kaset-kaset mereka. Saya ingat dulu harga kaset untuk kaset-kaset Indonesia untuk penyanyi populer itu dijual dengan harga 16.000 hingga 17.000 rupiah per kaset. Untuk penyanyi luar negeri antara 23.000 hingga 24.000 per keping kaset. Masalahnya, uang saku sekolah saya itu cuma 2.000 perak.Â
Jadi bagaimana caranya bisa membeli kaset-kaset itu? Ya dengan puasa jajan, hahaha. Puasanya seminggu dua minggulah. Itu pun masih tak cukup, harus patungan dulu sama saudari semata wayang saya.Â
Kalau mau ikut dengerin ya kasih iuran, wkwkwk. Jadi kalau sudah tahu kasetnya akan di-launching, sejak jauh-jauh hari kami sudah menabung dulu. Makanya kami tak pernah ketinggalan setiap ada rilis kaset terbaru.
Saya jadi berpikir bahwa ada manfaatnya juga dulu rela tak jajan untuk beli kaset sendiri.
Pertama, belajar kemandirian. Kalau punya keinginan ya berusaha. Bukan serta-merta minta pada orang tua.
Kedua, belajar keprihatinan untuk mencapai tujuan. Dengan tak jajan berarti prihatin untuk mencapai tujuan.
Ketiga, ada kebanggaan tersendiri ketika tujuan tercapai dengan usaha sendiri. Untuk ukuran anak SMP yang uang sakunya hanya 2.000 perak (dipotong 1.000 untuk ongkos naik bus), bisa beli kaset 24.000 itu senangnya bukan main. Tambah senang karena bisa mendengarkan lagu-lagu penyanyi favorit.
Kaset pita, sekarang sudah menjadi nostalgia bagi para penikmat musik pada zamannya. Terganti dengan teknologi gawai serta perangkat canggih lainnya, namun memorinya akan terus diingat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI