Saya pun dulu saat masih tergabung dalam karang taruna di kampung halaman sering ikut nyinom. Ketika ada tetangga yang menggelar hajatan, anak-anak muda karang taruna akan datang untuk nyinom tanpa disuruh. Rentang usia kami yang ikut karang taruna antara 17-23 tahun.Â
Benar-benar kami datang tanpa komando. Padahal saat itu juga belum ada WhatsApp grup. BBM juga belum ada. Memang seperti itu tradisinya.
Seakan sudah menjadi kewajiban bagi anak-anak muda sekitar untuk membantu. Bila takada acara lain yang lebih penting, para pemuda dan pemudi akan mengutamakan untuk membantu nyinom.Â
Kalau tidak datang, ada rasa pekewuh (tak enak hati) pada para tetangga dan rekan. Para sinoman akan datang dengan berseragam rapi menggunakan seragam karang taruna. Mereka langsung berkumpul menuju dekat dapur saji tempat hidangan disiapkan. Pemuda-pemudi sinoman stand by di sana.
Saya masih ingat betul, dalam suatu hajatan sudah menjadi standar. Seperti sudah urut-urutan. Urutan pertama yang keluar pasti wedang teh (teh panas manis). Kemudian diikuti Snack.Â
Beberapa saat kemudian dilanjutkan dengan sup. Lalu nasi (makan berat) dan ditutup dengan sajian es buah. Bawa satu baki itu lumayan berat lho. Teh misalnya, dalam satu baki bisa membawa 15-20 gelas. Paling pegel kalau sudah angkat es buah. Hmmm... Tangan rasanya pengen pakai koyo.
Dalam sebuah hajatan, selalu ada semacam formasi sinoman sebagai berikut:
1. Koordinator utama
Koordinator utama juga berperan sebagai pemimpin sinoman. Hanya satu orang saja. Biasanya ketua karang taruna. Ia bertugas untuk mengatur kelancaran pemberian hidangan kepada para tamu. Ia akan mengarahkan pembawa baki makanan/minuman.Â
Jadi, setiap pembawa baki akan menghampiri koordinator utama dahulu untuk diarahkan sebelum menuju ke arah tamu. Ketika ada tamu yang belum mendapatkan sajian, atau tamu yang baru datang, tinggal beri kode saja melalui koordinator utama.