Kemarin (6 Oktober 2020) saya sengaja berangkat lebih pagi. Pukul 06.00 pagi saya sudah beranjak dari rumah ke kantor. Tak seperti biasanya jam 06.30. Ini karena sudah tersiar kabar mogok nasional buruh yang dimulai hari ini hingga 3 hari ke depan.Â
Saya berangkat lebih pagi karena pengalaman yang tak mengenakkan pernah dihadang barikade massa buruh yang saat itu sedang melakukan demo menuntut kenaikan upah ketika berangkat kerja. Alhasil saya harus berputar-putar mencari jalan lain untuk sampai ke tempat kerja hingga saya terlambat datang ke kantor.Â
Kebijakan perusahaan terkait dengan mogok pekerja memang tidak meliburkan karyawan. Pihak manajemen bersama dengan serikat pekerja perusahaan telah sepakat untuk mengirimkan perwakilan karyawan untuk mengikuti unjuk rasa.
Saya sendiri adalah buruh. Saya juga merupakan anggota serikat pekerja lantaran di perusahaan tempat bekerja mewajibkan seluruh karyawannya otomatis menjadi anggota serikat pekerja.Â
Saya bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang manufaktur. Isu mogok nasional sebenarnya sudah berhembus dari minggu lalu di kalangan buruh. Ada info buruh akan mogok 3 hari lamanya untuk menentang pengesahan RUU Cipta Kerja.Â
Saya sendiri jujur sebenarnya agak ragu-ragu dengan RUU Cipta Kerja. Antara mendukung dan tidak mendukung. Saya masih berdiri di tengah. Gamang hendak menentukan pilihan karena isu yang beredar di arus bawah ini begitu masif dan meyakinkan. Propaganda ada di mana-mana.Â
Jawaban dari pemerintah atas keraguan itu pun seolah mengambang. Ketika membaca penjelasan pemerintah dengan berselancar lewat google pun saya masih agak ragu karena jawabannya menurut saya bertele-tele, sedangkan jawaban yang diinginkan buruh itu ya atau tidak.Â
Sosialisasi, saya pikir ini kuncinya. Kenyataan di lapangan, serikat pekerja lebih banyak mencekoki karyawan dengan pernyataan-pernyataan yang membuat kalangan buruh menjadi was-was.Â
Mereka menggunakan media-media seperti pamflet, poster, dan pesan berantai melalui Whatsapp grup. Spanduk-spanduk penolakan pun banyak terpasang di pintu gerbang pabrik-pabrik di kawasan industri karena takut di-sweeping pada saat demo buruh. Kesimpulannya, tanpa perlu repot mencari pun, bom informasi itu sudah kami dapat dengan sangat mudah.Â
Lalu apa kabar sosialisasi pemerintah? Hmm.. bisa dikatakan sangat minim sekali. Saya harus berinisiatif mencari informasi lewat internet untuk melakukan cross cek informasi yang saya terima. Sesuatu yang tidak semua orang mau melakukannya.Â