Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bagaimana Bila Cita-cita Anak Berbeda dari Keinginan Orangtua?

28 September 2020   08:53 Diperbarui: 2 Oktober 2020   13:17 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cita-cita menjadi astronot (Sumber: www.istockphoto.com)

Menurut pandangan saya sebagai orangtua muda, sudah selayaknya kita mendukung. Jangan menyia-nyiakan anak yang memang berbakat di bidang tertentu selama bakat itu positif serta berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Manfaatnya harus bisa dirasakan sampai ke lingkungan dan orang lain. Bakat merupakan anugerah. 

Tak semua orang memiliki anugerah yang sama. Ia merupakan salah satu pembentukan karakter anak. Lewat bakat, kreativitas anak akan tumbuh. Anak bisa belajar banyak tentang arti sebuah usaha dan kerja keras. 

Ia akan merasakan gagal, lalu di titik ini kita sebagai orangtua akan membuatnya mengerti tentang arti sebuah perjuangan serta mengajarkan kepada anak tentang semangat pantang menyerah. 

Oleh karena itu, ketika jatuh ia akan bangkit kembali dan mengejar cita-citanya hingga ia berhasil. Maka peran orangtua begitu pentingnya dalam mendampingi anak menapaki masa depan. Memaksakan kehendak hanya akan membuat hasil yang tidak maksimal. Setengah-setengah bahkan bisa berakibat pada kegagalan. 

Anda ingin anak Anda menjadi dokter, tetapi nilai biologi, matematika, dan fisikanya selalu jelek walaupun sudah diberi les ke lembaga belajar terbaik, akan jadi dokter macam apa dia nanti? 

Lebih baik kita dukung sembari mengarahkan anak. Kita tunjukkan di mana sisi positif dan negatifnya. Karena hidup adalah sebuah pilihan, biarkan ia memilih dengan bijak dan bertanggung jawab seperti orangtuanya yang bijaksana. 

Semoga kita semua dimampukan untuk menjadi orangtua yang bijaksana.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun