Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bagaimana Bila Cita-cita Anak Berbeda dari Keinginan Orangtua?

28 September 2020   08:53 Diperbarui: 2 Oktober 2020   13:17 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cita-cita menjadi astronot (Sumber: www.istockphoto.com)

Lihatlah juga banyaknya artis yang kemudian nyambi menjadi Youtuber. Sebut saja Andre Taulany, Deddy Corbuzier, Raditya Dika, hingga Dodit Mulyanto yang memiliki channel YouTube mereka sendiri. 

Kesimpulannya, apakah profesi Youtuber itu baik? Ya, tentu saja baik. Tetapi, apabila Youtuber dijadikan sebuah cita-cita apakah baik juga? Nanti dulu. Ini adalah sebuah pertanyaan yang dapat membuat orang berdebat kusir. Tergantung dari sudut pandang. 

Bila memandangnya dari sisi penghasilan bisa jadi jawabannya "iya". Tetapi bila memandang dari sisi kemungkinan untuk sukses, jawabannya bisa jadi sebaliknya. Karena dari 1.000 Youtuber misalnya, hanya 10-20 yang sukses memiliki penghasilan besar, sedangkan yang lain masih bermimpi. 

Saya sendiri memiliki beberapa kawan yang merintis menjadi Youtuber. Tak pernah profesi ini menjadi profesi utama. Kecuali bila sebelumnya sudah menjadi influencer.

Profesi yang kurang dilirik

Atlet menjadi salah satu profesi yang kurang dilirik (Gambar : medcom.id)
Atlet menjadi salah satu profesi yang kurang dilirik (Gambar : medcom.id)
Selain Youtuber, ada beberapa profesi yang rasanya tidak menjadi favorit di Indonesia. Artinya orangtua cenderung tidak setuju apabila anaknya mempunyai cita-cita profesi tersebut. Alasannya? 

Setali tiga uang dengan Youtuber. Banyak yang hidupnya kesulitan. Ada berapa banyak orangtua di Indonesia termasuk mungkin Anda sendiri yang menolak apabila anaknya ingin menjadi seniman atau atlet? Banyak pasti. Salahkah? Tidak salah. Karena memang profesi ini tidak menjanjikan penghidupan yang layak. Kecuali ia sukses di bidang tersebut. Itu adalah fakta yang tidak bisa dibantah. Orangtua mana yang rela kelak anaknya hidup dalam kesusahan? 

Masalahnya di negara kita memang profesi-profesi ini kurang mendapat perhatian. Faktanya banyak seniman atau atlet yang sukses saja banyak yang hidup miskin ketika masa keemasannya sudah hilang. Inilah yang kemudian membuat orangtua menjadi was-was. 

Apalagi misalnya? Penulis. Sudah kelihatan kan di Kompasiana saja, berapa persen yang menjadikan pekerjaan menulis sebagai pekerjaan utama? Mungkin masih dalam hitungan jari. Kita sebut lagi profesi yang lain: pemuka agama seperti pendeta atau romo (pastor), arkeolog, penenun, peladang, dan lain sebagainya. 

Bagaimana bila bakat anak tidak sesuai keinginan orangtua, dukung tidak ya?

Anak belajar memasak (Gambar: ulyadays.com)
Anak belajar memasak (Gambar: ulyadays.com)
Apabila memang anak sudah terlihat potensinya sejak kecil dan serius ingin menekuni profesi ini, namun tidak sesuai dengan keinginan orangtua, akankah kita dukung? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun