Kedua, menyadari bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang sangat lumrah. Jangan memaksakan pandangan kita harus diterima dan dianut juga oleh pasangan kita.Â
Menerima pendapat orang lain belum tentu meyakini bahwa itu benar. Terkadang suami sebagai kepala keluarga memaksakan kehendak kepada istrinya. Bukan tidak boleh, tapi kurang tepat menurut saya. Mengapa? Karena seribu orang akan memiliki seribu pemikiran. Artinya pemikiran setiap orang itu berbeda-beda. Maka bila ada salah satu yang mengemukakan pendapat, terimalah dengan baik. Namun bila tidak diyakini sebagai suatu kebenaran ya tidak apa-apa. Inilah yang saya sebut demokrasi dalam keluarga.
Semua orang bebas berpendapat. Namun hendaknya pendapat itu jangan dipaksakan. Kalau masih pacaran dan ingin belajar, tak apa ribut dengan pacarnya.Â
Kalau perlu ribut yang gede sekalian. Ini akan membuat calon pasangan mengerti watak asli pasangannya. Karena biasanya kalau masih pacaran yang ditunjukkan hanya yang baik-baik saja.
Ketiga, komunikasi hendaknya diciptakan, bukan terjadi secara random. Pasangan suami istri hendaknya selalu memiliki waktu khusus untuk saling berkomunikasi.Â
Bukan karena ada masalah baru kemudian berkomunikasi. Perlu sekali menyediakan waktu berdua untuk sekedar bercerita atau tukar pikiran. Ini yang disebut dengan quality time.Â
Keempat, dalam kehidupan yang serba moderen seperti sekarang di mana intensitas kerja dan aktivitas manusia meningkat, perlu dikhususkan waktu untuk refreshing keluarga.Â
Apapun bentuknya baik pergi ke mal, nonton bioskop, piknik, mengunjungi saudara jauh perlu dilakukan untuk melepas penat bersama keluarga. Ini akan meningkatkan harmonisasi dalam keluarga. Ada sisi menarik dan fun yang akan keluar dari setiap anggota keluarga termasuk suami dan istri. Sebab dalam kondisi pikiran yang capek, orang akan cenderung lebih cepat marah.
Kelima, saling menolong dan melayani. Pasangan itu adalah anugerah dari Tuhan Sang Pemilik kehidupan. Pasangan diciptakan bukan saja sebagai pendamping, tetapi juga sebagai penolong.Â
Bila pasangan dalam kesulitan, ia harus hadir sebagai penolong bagi pasangannya. Dan hendaknya pasangan itu saling melayani. Jangan marah bila istri tidak sempat menyediakan kopi karena repot mengurus anak. Jangan pula menuntut rumah harus bersih sedangkan ia sendiri tidak mau turun tangan untuk membersihkan rumah.
Keenam, dewasa dan bertanggung jawab. Dalam kedewasaan akan membuat seseorang memiliki perhatian, empati, dan kepedulian terhadap pasangannya. Juga bertanggung jawab.Â