Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pentingnya Kualitas dalam Sebuah Hubungan Rumah Tangga

5 September 2020   10:39 Diperbarui: 11 September 2020   02:00 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hidup harmonis dalam rumah tangga (Sumber: www.fimela.com)

Pasang surut dalam sebuah hubungan itu biasa. Tidak hanya yang masih dalam tahap pacaran saja. Yang sudah menikah bertahun-tahun pun pasti mengalami. Mengapa demikian? Karena menyatukan isi dua kepala itu bukanlah hal yang sederhana. Semua orang punya ego, semua orang punya pendirian, dan semua orang juga punya keinginan, apalagi berangkat dari latar belakang keluarga yang berbeda. 

Aryo adalah seorang pria muda yang dibesarkan dalam keluarga yang hangat nan romantis. Ayah dan ibunya adalah pasangan romantis yang selalu menyempatkan diri untuk sekedar menggelar makan malam berdua. Pun ulang tahun setiap anggota keluarga pun selalu dirayakan secara bersama-sama dan memiliki tradisi tukar kado. Ketika berumur 27 tahun, ia memutuskan menikah dengan kekasih pujaan hatinya, wanita yang sudah dipacarinya semenjak dua tahun terakhir. Ia menikah dengan Martha.

Berbeda halnya dengan Aryo, Martha memiliki masa kecil yang jauh berbeda. Orangtuanya bercerai sejak ia berumur 10 tahun. Sebelum bercerai, orangtuanya sering cek-cok yang membuat anak-anak melihat betapa kacaunya rumah tangga mereka. Akhirnya ketika sudah dewasa, Aryo dan Martha memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai perceraian.

Bagi Aryo, pernikahan itu sakral. Tidak akan mungkin berpisah kecuali maut yang memisahkan. Masalah dalam rumah tangga baginya adalah hal yang lumrah. Tidak merusak esensi pernikahan. Emosi, perbedaan pendapat, perbedaan pilihan, serta ego adalah hal yang memang wajar terjadi dalam sebuah hubungan suami-istri. Bagaikan bumbu pernikahan.

Sementara Martha beranggapan bahwa perceraian itu adalah hal yang lumrah bila ada ketidakcocokan dan sepertinya masalah itu terus berlarut-larut hingga seolah-olah sulit dicari titik temunya. Maka ketika ada masalah besar dalam kehidupan pernikahannya dengan Aryo, berkali-kali ia memikirkan kemungkinan untuk bercerai. Sesuatu yang tidak pernah diamini oleh Aryo.

Cerita di atas hanya sebuah ilustrasi untuk menjelaskan kepada kita bahwa perbedaan latar belakang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cara pandang orang dalam menyikapi sebuah hubungan. 

Ada latar belakang keluarga, ada pula latar belakang budaya. Beda suku, beda budaya, pasti ada juga perbedaan nilai yang dianut. Perbedaan ini tidak jarang membuat perselisihan antara suami dan istri. Maka dalam sebuah hubungan pernikahan itu diperlukan sebuah kualitas. Kualitas yang akan menentukan keberlangsungan rumah tangga.

Ilustrasi pasangan (Sumber: www.steemit.com)
Ilustrasi pasangan (Sumber: www.steemit.com)
Saya meyakini tidak ada satu pasangan pun di seluruh dunia yang merencanakan perceraian pada saat mereka menikah. Tidak ada orang yang ingin bercerai pada saat ia menikah. Saya merangkum beberapa kualitas yang diperlukan dalam membangun sebuah hubungan suami istri.

Pertama, saling menerima kelemahan dan kekurangan pasangan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang sempurna. Semua orang memiliki kelemahan. Oleh karenanya, pasangan perlu menerima secara lahir batin akan kekurangan pasangannya. 

Hendaklah yang memiliki kelebihan menutupi kelemahan pasangan. Bukan malah semakin merendahkan karena kelemahannya. Ini adalah esensi bahwa suami istri itu diciptakan untuk saling memperlengkapi.

Seorang istri yang kurang pandai dalam hal masak-memasak hendaknya selalu didukung setiap usahanya untuk menyediakan makanan bagi suaminya. Janganlah dibilang masakannya tidak enak, apalagi sampai tidak dimakan.

Kedua, menyadari bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang sangat lumrah. Jangan memaksakan pandangan kita harus diterima dan dianut juga oleh pasangan kita. 

Menerima pendapat orang lain belum tentu meyakini bahwa itu benar. Terkadang suami sebagai kepala keluarga memaksakan kehendak kepada istrinya. Bukan tidak boleh, tapi kurang tepat menurut saya. Mengapa? Karena seribu orang akan memiliki seribu pemikiran. Artinya pemikiran setiap orang itu berbeda-beda. Maka bila ada salah satu yang mengemukakan pendapat, terimalah dengan baik. Namun bila tidak diyakini sebagai suatu kebenaran ya tidak apa-apa. Inilah yang saya sebut demokrasi dalam keluarga.

Semua orang bebas berpendapat. Namun hendaknya pendapat itu jangan dipaksakan. Kalau masih pacaran dan ingin belajar, tak apa ribut dengan pacarnya. 

Kalau perlu ribut yang gede sekalian. Ini akan membuat calon pasangan mengerti watak asli pasangannya. Karena biasanya kalau masih pacaran yang ditunjukkan hanya yang baik-baik saja.

Ketiga, komunikasi hendaknya diciptakan, bukan terjadi secara random. Pasangan suami istri hendaknya selalu memiliki waktu khusus untuk saling berkomunikasi. 

Bukan karena ada masalah baru kemudian berkomunikasi. Perlu sekali menyediakan waktu berdua untuk sekedar bercerita atau tukar pikiran. Ini yang disebut dengan quality time. 

Keempat, dalam kehidupan yang serba moderen seperti sekarang di mana intensitas kerja dan aktivitas manusia meningkat, perlu dikhususkan waktu untuk refreshing keluarga. 

Apapun bentuknya baik pergi ke mal, nonton bioskop, piknik, mengunjungi saudara jauh perlu dilakukan untuk melepas penat bersama keluarga. Ini akan meningkatkan harmonisasi dalam keluarga. Ada sisi menarik dan fun yang akan keluar dari setiap anggota keluarga termasuk suami dan istri. Sebab dalam kondisi pikiran yang capek, orang akan cenderung lebih cepat marah.

Kelima, saling menolong dan melayani. Pasangan itu adalah anugerah dari Tuhan Sang Pemilik kehidupan. Pasangan diciptakan bukan saja sebagai pendamping, tetapi juga sebagai penolong. 

Bila pasangan dalam kesulitan, ia harus hadir sebagai penolong bagi pasangannya. Dan hendaknya pasangan itu saling melayani. Jangan marah bila istri tidak sempat menyediakan kopi karena repot mengurus anak. Jangan pula menuntut rumah harus bersih sedangkan ia sendiri tidak mau turun tangan untuk membersihkan rumah.

Keenam, dewasa dan bertanggung jawab. Dalam kedewasaan akan membuat seseorang memiliki perhatian, empati, dan kepedulian terhadap pasangannya. Juga bertanggung jawab. 

Bukan hanya suami, istri pun juga bertanggung jawab. Suami dan istri sama-sama memiliki tanggung jawab untuk membuat bahtera rumah tangga terus berdiri tegak. Namun tentu saja pembagian tanggung jawabnya bisa berbeda-beda.

Ketujuh, cinta tetaplah di atas segalanya. Cinta tetaplah yang utama. Ada yang mengatakan jatuh cinta itu gampang, hanya butuh 5 menit dan orang sudah jatuh cinta. Tetapi merawat cinta itu yang sulit. Butuh pembelajaran seumur hidup. Maka cinta harus tetap dipupuk. Cinta mula-mula harus selalu diperbaharui. Apa itu cinta mula-mula? 

Cinta mula-mula adalah cinta yang kita rasakan pada awal mula jatuh cinta. Awal mula orang jatuh cinta itu kan indah sekali. Tai kucing pun seakan jadi rasa cokelat. Bila keluargamu di ujung tanduk perpisahan, ingatlah bagaimana awal anda jatuh cinta.

Menikah itu memang diperlukan kematangan. Bila belum siap menikah, lebih baik ditunda dulu. Pastikan siap secara mental dan finansial. Karena menikah membuatmu bukan lagi dua, melainkan satu.

Semoga bermanfaat.

Salam hangat selalu 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun