Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengapa Ilmu Pengelasan Itu Rumit?

18 Agustus 2020   06:11 Diperbarui: 21 Agustus 2020   02:34 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pengelasan. Gambar: thermofischer.com

Bagi sebagian orang, pengelasan itu dianggap pekerjaan yang mudah, tak perlu berilmu. Cukup belajar seminggu dan orang sudah bisa melakukan pekerjaan las. Bikin pagar rumah misalnya. Atau membuat pintu dan teralis besi. 

Ya tidak salah memang. Kalau hanya seperti itu saja tentu mudah. Tak perlu sekolah atau kursus guna memiliki sertifikat. Tapi apakah hasilnya bagus? Belum tentu. 

Bisa saja dengan berjalannya waktu sudah keropos disana-sini dan mengakibatkan rapuh lalu patah. Kurang kuat. Tapi ya okelah tidak perlu las yang bagus kalau hanya mau membuat pagar atau teralis. 

Namun pernahkah anda membayangkan bagaimana pengelasan pembuatan tangki truk penyalur BBM Pertamina? Tidak mungkin juru las (welder) pagar besi yang disuruh mengelas tangki tersebut.

Mengapa? Karena untuk mengelas tangki diperlukan welder yang memiliki kompetensi khusus. 

Ambil contoh lagi. Pernahkah anda membayangkan sebuah konstruksi jalan layang (fly over)? Bolehkah mengambil welder yang melakukan las tangki truk Pertamina tadi untuk mengelas tulangan pondasi sipilnya? Nanti dulu. Tidak boleh sembarangan. 

Desain pengelasan tangki dan desain konstruksi sipil pada fly over adalah dua struktur yang peruntukkannya tidak sama. Maka weldernya pun tidak bisa disamakan. Mereka harus memiliki kompetensi las dibidangnya masing-masing. 

Lho, bukannya mesinnya sama? Iya benar. Sama-sama mesin las namanya. Tetapi cara dan parameter penggunaannya berbeda. Proses lasnya juga berbeda.

Apa akibatnya bila welder truk tangki disuruh untuk mengelas konstruksi sipil fly over?  Bisa-bisa ambruk karena aturan pengelasan untuk konstruksi tersebut tidak dijalankan. 

Sebegitu besarnya kah resikonya? Iya bisa terjadi hal demikian.

Itu tadi hanya ilustrasi sederhana saja. Sampai disini sudah ada sedikit bayangan mengenai kompleksitas welding? Karena welding adalah bahasa orang teknik maka saya tidak akan menggunakan bahasa yang terlalu teknis supaya lebih mudah dipahami.

Apa itu Welding (pengelasan)?

Welding adalah proses penyambungan dua material dengan cara mencairkan material dengan bantuan panas. Sederhananya seperti kalau anda menggabungkan dua bahan dengan lem atau isolasi (tape). 

Oleh karena itulah las ini sangat banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Semua konstruksi baik yang ringan sampai ke yang kompleks memerlukan proses las. 

Pembuatan mobil misalnya. Itu mereka pembuatan rangkanya menggunakan pengelasan juga. Robotic welding, artinya proses las menggunakan sistem automatic supaya cepat prosesnya, konsisten hasilnya, dan resiko kegagalan prosesnya (defect) kecil.

Apa saja yang perlu diperhatikan pada proses welding?

1. Desain konstruksi, dalam arti barang yang akan dilas ini nanti akan digunakan untuk apa. Ini akan menentukan standar yang dipakai.

Standar adalah aturan baku yang telah ditetapkan secara internasional. Ada tiga standar yang umum dipakai: ASME IX, AWS D1.1, atau API 1101. Standar ini tak bisa sembarangan dipakai.

Sudah ada aturannya masing-masing dipakai untuk pengelasan apa. Sebagai contoh, bila konstruksi sipil menggunakan AWS D1.1. Untuk pembuatan boiler dan vessel menggunakan standar ASME IX. Sedangkan API 1101 contohnya digunakan untuk pipa-pipa yang ditanam dalam tanah.

2. Material, setelah mengetahui standar yang dipakai lalu ketahui apa material yang akan dilas. Stainless kah, besi carbon kah, aluminium kah atau yang lainnya. 

Ini pengaruhnya kemana-mana sudah.Dari proses las yang akan digunakan (SMAW, GMAW, GTAW, FCAW), elektroda, gas pelindung, dan prosedur lasnya. 

Lho, mengelas ada prosedurnya? Ada. Orang welding menyebutnya Welding Procedure Specification (WPS). Disini komplit dijelaskan semua parameter lasnya.

3. Welder (juru las). Harus dipastikan welder memenuhi syarat kualifikasi yang diperlukan. Bila ia tidak bisa menunjukkan sertifikat keahlian, ia tidak boleh melakukan pekerjaan las. 

Bagaimana mendapatkan sertifikat? Ada sekolahnya atau kursus keahlian welder. Ini sama seperti SIM. Sepintar apapun seseorang mengendarai mobil atau motor, bila belum mempunyai SIM ia belum boleh berkendara.

4. Pengujian. Las itu perlu diuji kekuatannya. Pembuatan sebuah konstruksi jembatan layang itu harus dilakukan pengujian terlebih dahulu sebelum dinyatakan layak atau diterima. Pengujiannya pun dilakukan pada saat sebelum dan sesudah pengelasan. 

Maka bila anda melintasi jembatan layang tak perlu kuatir ambrol. Pengujian sendiri ada dua, Uji merusak (Destructive test) dan Uji tidak merusak (Non Destructive test). Dua tipe pengujian itu masih dibagi lagi ke dalam beberapa jenis pengujian.

Misalnya untuk uji merusak dibutuhkan uji tekuk (bending) atau uji tarik (tensile). Untuk uji tidak merusak ada inspeksi secara visual (dilihat), Uji dengan cairan penetrant, atau dengan diuji dilab radiography. Siapa yang melakukan pengujian? adalah orang yang memiliki sertifikat keahlian pengujian las.

5. Lingkungan

Mengelas di Jakarta dengan mengelas di Puncak Jaya itu berbeda. Atau barang yang akan ditempatkan di Jakarta dengan barang yang akan ditempatkan di Puncak Jaya itu berbeda perlakuannya. 

Karena di Puncak Jaya kondisi udaranya lebih lembab dibandingkan Jakarta. Ini akan mempengaruhi perubahan mekanikal barang. Daya tahan material itu tidak sama.

Nah disinilah pentingnya seorang welder harus mengetahui fungsi dan tugasnya.

Apa saja pendidikan Las itu?

Dalam suatu proses pengelasan, sesungguhnya ada tiga personil utama: welding engineer, welding inspector, dan welder.

Welding engineer adalah orang yang membuat desain pengelasan sekaligus membuat prosedur las yang harus dijalankan. Membuat prosedur tidak bisa sembarangan. Ada semacam undang-undang yang digunakan referensi. 

Welding Inspector adalah orang yang memastikan proses las dijalankan sesuai prosedur yang telah ditetapkan dan hasilnya sesuai dengan kriteria penerimaan. 

Sedangkan welder adalah orang yang melakukan proses pengelasan. Untuk menjadi seorang welding engineer dibutuhkan sertifikasi dan pelatihan yang umumnya selama 3-4 bulan.

 Biayanya 30-40 juta. Untuk menjadi welding Inspector seseorang harus mengikuti pelatihan dan sertifikasi yang umumnya kursus ditempuh dalam waktu 1-3 bulan dengan biaya 15-30 juta. 

Welding Inspector pun masih terbagi menjadi beberapa level. Untuk menjadi seorang welder profesional, ia juga harus dikualifikasi terlebih dahulu dengan mengikuti pelatihan sebelumnya. Kualifikasi biasanya memakan biaya 7-15 juta tergantung sertifikat keahliannya.

Semua itu tadi hanya gambaran singkat saja. Didalamnya masih sangat kompleks sekali penjabarannya.

Demikian sekedar sharing sedikit wawasan tentang pengelasan.

Salam,

Meirri Alfianto.

Welding Inspector

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun