Bagi sebagian orang, pengelasan itu dianggap pekerjaan yang mudah, tak perlu berilmu. Cukup belajar seminggu dan orang sudah bisa melakukan pekerjaan las. Bikin pagar rumah misalnya. Atau membuat pintu dan teralis besi.Â
Ya tidak salah memang. Kalau hanya seperti itu saja tentu mudah. Tak perlu sekolah atau kursus guna memiliki sertifikat. Tapi apakah hasilnya bagus? Belum tentu.Â
Bisa saja dengan berjalannya waktu sudah keropos disana-sini dan mengakibatkan rapuh lalu patah. Kurang kuat. Tapi ya okelah tidak perlu las yang bagus kalau hanya mau membuat pagar atau teralis.Â
Namun pernahkah anda membayangkan bagaimana pengelasan pembuatan tangki truk penyalur BBM Pertamina? Tidak mungkin juru las (welder) pagar besi yang disuruh mengelas tangki tersebut.
Mengapa? Karena untuk mengelas tangki diperlukan welder yang memiliki kompetensi khusus.Â
Ambil contoh lagi. Pernahkah anda membayangkan sebuah konstruksi jalan layang (fly over)? Bolehkah mengambil welder yang melakukan las tangki truk Pertamina tadi untuk mengelas tulangan pondasi sipilnya? Nanti dulu. Tidak boleh sembarangan.Â
Desain pengelasan tangki dan desain konstruksi sipil pada fly over adalah dua struktur yang peruntukkannya tidak sama. Maka weldernya pun tidak bisa disamakan. Mereka harus memiliki kompetensi las dibidangnya masing-masing.Â
Lho, bukannya mesinnya sama? Iya benar. Sama-sama mesin las namanya. Tetapi cara dan parameter penggunaannya berbeda. Proses lasnya juga berbeda.
Apa akibatnya bila welder truk tangki disuruh untuk mengelas konstruksi sipil fly over? Â Bisa-bisa ambruk karena aturan pengelasan untuk konstruksi tersebut tidak dijalankan.Â
Sebegitu besarnya kah resikonya? Iya bisa terjadi hal demikian.