Mohon tunggu...
Alfian Alghifari
Alfian Alghifari Mohon Tunggu... Jurnalis - Environment/Volunter/Pemuda Desa

Perkenalkan Nama saya Alfian Alghifari, bisa dipanggil ian, asal Sulawesi Barat, Polewali Mandar. Saya suka nulis, editing video, ikut kegiatan Volunter atau pengabdian masyarakat, serta suka mendakwahkan Islam Washatia kepada masyarakat yang butuh pencerahan seputar keislaman.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dilema, Taat tapi Sakit Atau Membangkang tapi Bahagia!

10 Agustus 2022   09:02 Diperbarui: 10 Agustus 2022   09:13 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Arkkkkk, " Ara teriak kemudian membuka mata, ia tidak sanggup membayangkan kondisi tidak ideal seperti itu. Wajahnya berkeringat, mukanya pucat, badannya gemetar.

Walau kejadian ini hanya khayalan, Ara bisa melihat potensi kejadian ini benar-benar terjadi dalam hidupnya bila ia menikah dengan bang Satt. Ara sangat ketakutan.

Tidak sadar matahari mulai petang, Ara memutuskan untuk pulang kerumahnya dan berencana speak up kepada ibunya bahwa ia tidak ingin menikah dengan bang Satt.

Sepeda mulai Ara goes menuju ke rumah. dalam perjalanan, diatas sepeda, Ara mengulang-ulangi kata "tidak mau nikah dengan bang Satt...tidak mau nikah dengan bang Satt. "

Setibanya ia di rumah, perasaannya mulai tidak enak. "Sensasi macam apa ini? ". Ara bertanya-tanyaa.

Benar kata orang-orang, perasaan perempuan tidak pernah salah. Baru saja hendak membuka pintu, betapa terkejutnya Ara mendengar suara bang Satt dibalik pintu sedang asyik bercerita dengan ibunya. Ketika Ara membuka pintu rumahnya, petaka Ara benar-benar terjadi. Bang Satt dan keluarganya sudah siap untuk melamar Ara.

Ara menangis dalam hati, wajahnya pucat, detak jantungnya melambat, badannya mati rasa, tatapannya kosong. Seolah ia punya raga yang utuh tapi jiwanya sudah mati.

"O puang..." Ara menghela nafas.

Meski begitu, sebagai anak yang santun Ara tidak punya pilihan lain. Ia mencoba menyembunyikan rasa sedihnya dengan berusaha tersenyum dihadapan bang Satt dan keluarganya. Bayangkan betapa tegarnya Ara. Apakah anda juga  mampu bila dihadapkan dengan kondisi demikian?

"Eh...calon istriku sudah datang, " kata bang Satt dengan penuh senyum karena melihat calon istrinya yang juga tersenyum. Padahal bang Satt tidak tahu bahwa sebenarnya Ara sedang bersedih.

"Ibu mertua? kira-kira kapan aku bisa meminang anakmu yang cantik dan cerdas ini? " bang Satt bertanya dengan nada semangat yang menggebuh gebuh. Ia tidak sabar lagi menjalin hubungan dengan Ara, si wanita manis dari kampung adat Toledor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun