Dari beberapa penelitian dan jurnal, perilaku Agresivitas yang dimunculkan oleh seseorang terhadap teman sebaya tentu bervariasi. Bentuk yang paling sering muncul ialah bentuk agresivitas seperti memukul dan mencubit, ada yang selalu membenarkan diri sendiri, ada yang berkuasa dalam setiap situasi, ada yang menunjukan sikap permusuhan dan ada yang keras kepala dalam perbuatannya.Â
Perilaku tersebut sering dimunculkan oleh anak pada saat berinteraksi dengan teman sebayanya. Bentuk perilaku agresif lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang disebabkan karena pertemanan antar remaja antara lain berupa memprovokasi, mengintimidasi, memukul, menendang, dan membentak teman lainnya.Â
Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi berbagai perilaku seseorang terutama perilaku agresivitasnya. Fungsi dari kelompok teman sebaya bisa berpengaruh positif dan bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan seseorang, contoh teman sebaya dapat memperkenalkan seseoranmg pada alkohol, obat-obatan (narkoba), kenakalan, dan berbagai bentuk perilaku yang dipandang orang dewasa sebagai maladaptif. Kemudian, pengaruh negatif lain dari kelompok teman sebaya adalah kecenderungan untuk menguatkan prasangka atau sikap memusuhi orang luar, terutama anggota etnis atau ras tertentu.
Seseorang yang mudah terpengaruh hal negatif dari teman sebaya maka cenderung memiliki perilaku agresivitas yang tinggi contoh perilaku agresif yang terjadi pada remaja seperti, tawuran, memukul, menendang, dan sebagainya.Â
Sedangkan remaja yang mendapatkan pengaruh positif dari teman sebaya, maka remaja akan cenderung memiliki perilaku agresivitas yang rendah. Terdapat hubungan negatif antara persepsi penerimaan teman sebaya dengan tendensi agresivitas relasional pada siswa, dengan kategori menunjukkan semakin positif persepsi terhadap penerimaan teman sebaya maka semakin rendah tingkat tendensi agresivitas relasional siswa, begitu pula sebaliknya semakin negatif persepsi terhadap penerimaan teman sebaya maka tingkat tendensi agresivitas relasionalnya semakin tinggi.Â
Berdasarkan paparan tersebut dapat diketahui bahwa kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku agresivitas remaja dikarenakan, masa remaja adalah masa pencarian jati diri, remaja cenderung belum dapat memilahmilah hal-hal yang dapat ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Maka dari itu, penanganan paling dasar agar dapat mencegah perilaku agresivitas faktor utamanya dari diri sendiri.
Terdapat 6 fungsi positif dari kelompok teman sebaya, antara lain, mengontrol impuls agresif, memperoleh dorongan emosional dan sosial, meningkatkan ketrampilan sosial dan belajar mengekspresikan perasaan dengan cara yang lebih matang, mengembangkan sikap terhadap seksualitas, memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai, serta meningkatkan harga diri. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh positif dari kelompok teman sebaya dapat membuat remaja lebih mengontrol kematangan emosinya sehingga menjadikan perilaku agresif remaja menjadi rendah. Sehingga, dapat diketahui bahwa pengendalian perilaku agresivitas juga dapat dilakukan oleh teman sebaya itu sendiri.
Selain penanganan atau pengendalian perilaku agresivitas yang dilakukan melalui masing-masing individu dalam pertemanan itu sendiri, penangan atau pengendalian tersebut bisa dilakukan oleh pihak lain, sebagai contoh guru apabila perilaku agresivitas antara teman sebaya terjadi disekolah. Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru ialah seperti :
Guru memberikan perhatian lebih terhadap murid-muridnya, sebagai contoh dengan memberikan kasih sayang, menasehati, dan berusaha mencari sumber perilaku agresivitas yang dilakukan anak serta guru peka terhadap situasi dan kondisi yang terjadi pada anak.
Guru memberikan sikap yang tepat terhadap perilaku murid-muridnya, sebagai contoh memberikan pujian terhadap murid yang tidak menunjukan perilaku agresivitasnya dan tidak lupa memberikan hukuman ringan apabila ada murid yang menunjukan perilaku agresivitasnya agar tidak mengulangi perilakunya lagi.Â
Penanganan yang dilakukan guru bisa dilakukan dengan memberikan banyak perhatian, memberikan pujian, senyuman, dan belaian, mendukung anak menerjemahkan perasaannya, membantu anak mengungkapkan perasaannya, mengenali apa yang dapat memicu tindakan agresif, memberikan pembelajaran yang menarik, menjadi guru yang ramah,hangat, kemonikatif, simpatik, dan keibuan, menjadi guru yang ramah, hangat, kemonikatif, simpatik, dan keibuan, melatih anak bersosialisasi, memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak, memberikan hadiah, (reward), memberi alternatif untuk menghilangkan kemarahannya Menciptakan atau menegakan kedisiplinan.