Berdasarkan fakta ini, peneliti akuntansi tidak boleh menjadi positivis dan menggunakan metode penelitian yang berakar pada sosiologi atau antropologi. Peneliti awal mulai memperkenalkan studi akuntansi menggunakan metode etnografi berdasarkan perspektif interaksi simbolik yang berakar pada filsafat interpretatif (Triyuwono, 2000). Dengan menerapkan metode ini, peneliti akuntansi diharapkan memiliki pemahaman yang jelas tentang realitas antara akuntansi, lingkungan, dan budaya organisasi.
Sangat penting untuk mengamati perkembangan ini dalam konteks riset akuntansi Indonesia. Di Indonesia, Indonesia menunjukkan adat istiadat, suku, budaya dan agama yang berbeda, secara mendalam mengungkap realitas dan fenomena yang sedang terjadi. Tulisan ini berupaya memberikan penjelasan yang jelas dan terperinci mengenai metodologi hermeneutika dalam paradigma interpretasi studi akuntansi.
Hermeneutika terperinci dapat memberikan kerangka metodologis untuk memandu pelaksanaan analisis budaya dalam konteks pemahaman. Selain itu, dalam analisis ideologis yang dipaparkan oleh Thompson, Thompson juga memperhatikan bentuk tanda yang berkaitan dengan konteks historis dan sosial.Â
Oleh karena itu, analisis ideologi yang sistematis dapat digambarkan sebagai bentuk khusus hermeneutika yang dalam. Tetapi kami memperhatikan hubungan antara makna dan kekuasaan. Bayangkan sesuatu yang lain yang secara pribadi penting dalam cara simbol digunakan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dalam analisis dominasi. Ini menimbulkan pertanyaan baru tentang penggunaan dan interpretasi bentuk simbolik, hubungan antara introspeksi dan kritik.
Sebagai metode interpretasi, "hermeneutika" tidak hanya mengacu pada teks dalam ruang tertutup, tetapi interpretasi teks dilakukan melalui pembukaan ke teks di sekitarnya. Dalam penelitian akuntansi, kemampuan peneliti untuk menafsirkan makna di balik angka akuntansi dalam laporan keuangan adalah kunci bagaimana hermeneutika memahami realitas. Konsisten dengan pemahaman ini, Faiz (2003: 11) menyebutnya "pertimbangkan cakrawala yang mengelilingi teks: cakrawala teks, cakrawala penulis, dan cakrawala pembaca." Berdasarkan ketiga perspektif tersebut, diharapkan upaya pemahaman dan penafsiran akan menjadi kegiatan untuk merekonstruksi dan mereproduksi makna kalimat.
Artinya, itu tidak hanya tergantung pada bagaimana penulis membuat teks, konten apa yang dimasukkan penulis dan ingin dimasukkan dalam teks yang mereka buat, tetapi juga pada keadaan dan kondisi di mana teks dibaca.
Aristoteles pernah menggambarkan peri De Interpretatione dalam bukunya: dia tidak memiliki bahasa yang sama dengan orang lain. Dia seperti satu orang tidak berbagi bahasa yang dia tulis dengan orang lain. (Sumaryono, 1999: 24) Sejarah adalah istilah "hermeneutika". "Istilah ini dipahami dalam dua cara: hermeneutika sebagai seperangkat prinsip metodologis interpretasi dan hermeneutika sebagai penggalian filosofis dari sifat dan kondisi pemahaman yang tak terhindarkan (Palmer, 2003: 8).
2. Akuntansi sebagai seni model Semiotika
Semiotika adalah bidang penelitian yang membahas teori umum tanda dan tanda di bidang linguistik (fonetik, tata bahasa, morfologi, dan linguistik yang berhubungan dengan makna kata dan ekspresi). Simbol atau simbol Bahasa dan Tata Bahasa membentuk ekspresi bahasa yang merupakan media komunikasi.
Gallhofer dan Haslam (1991) berpendapat bahwa "akuntansi dan seni umumnya memiliki banyak kesamaan" (hlm.489). Karena mereka menggunakan bahasa kode, mereka memiliki bentuk ekspresi dan berinteraksi dengan konteks sosial. Mereka juga menemukan dalam studi teori kritis Frankfurt School, terutama "aura" artistik atau mistisisme dan kredibilitas yang diidentifikasi dalam Benjamin (1999), dalam kredibilitas dan netralitas yang diberikan kepada akuntansi.
Gallhofer dan Haslam (1996) kembali ke teori seni dan berpendapat bahwa lebih banyak perhatian harus diberikan pada "konten, konteks, dan bentuk".Â