Mohon tunggu...
Shahreza agung
Shahreza agung Mohon Tunggu... Guru - Pengingat Umat Islam

Berjuang di Jalan Allah SWT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepotong Hati yang Baru; Ketulusan adalah hal yang utama

25 Februari 2018   21:31 Diperbarui: 25 Februari 2018   22:40 4900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di sinilah munculnya awal konflik yang mengisahkan tentang Sie-Sie tidak mau menikah dengan wong lan. Tetapi, karena ibunya sedang sakit dan pendapatan yang minim untuk menafkahi ke enam saudaranya, akhirnya Sie Sie menyetujui menikahi tersebut dengan syarat membayar pengobatan ibu Sie Sie dan menafkahi semua keluarga sie-sie. Dengan itu Sie-Sie berjanji kepada ibunya bahwa dia akan menjadi istri yang baik, tetapi ternyata suaminya bertindak sebaliknya. Dia tidak di berlakukan layaknya seorang istri. Sampai akhirnya Sie-Sie di usir dari rumah sehingga pada saat itulah Sie-sie kembali berjuang seperti yang di alami di kampungnya saat itu.

"Usia gadis itu dua puluh ketika masa-masa siksaan fisik datang. Pagi ditampar, siang

      dijambak, malam ditendang. Dan situasi terus memburuk dari hari ke hari. Teman

     teman dekat Wong Lan pergi, tak ada uang, tak ada kesenangan, semua menjauh

     darinya. Pekerja pabrik macam kartu remi dirobohkan, satu persatu berhenti, termasuk

     orang-orang kepercayaan orang tua Wong Lan dulu, pembantu di rumah, hanya soal

    waktu minta berhenti, tidak tahan dengan marah-marah sepanjang hari. Hanya tersisa

    Sie Sie sebagai sansak, pelampiasan seluruh tabiat buruk suaminya sendiri. Siang

   malam Sie tersiksa lahir-batin, macam di terowongan gelap tanpa titik terang. Bangun

   pagi hanya untuk menjemput hari menyedihkan berikutnya. Sementara pabrik tekstil

   Wong Lan mati segan hidup tak mau, mereka bertahan hidup dari sisa harta benda. -- Halaman 29

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun