Dalam riwayat lain bahkan dikatakan, ketika mayat Usman berada di sebuah pintu, Umair bin Dzabi'i datang meludahinya, lalu ia mematahkan salah satu persendiannya. Dalam riwayat lain pun dikatakan, tatkala proses penguburannya di Hisy Kaukab berlangsung, orang - orang islam melemparinya dengan batu sampai - sampai para penandunya harus berlindung di sebuah tembok. Di samping tembok itulah ia kemudian dimakamkan (Hal :37).
Pertanyaannya kemudian, apakah yang menyebabkan umat islam begitu marah kepada salah satu sahabat yang telah dijamin masuk surga ini ?. Apakah mereka tidak menyadari posisi Usman sebagai suami dari salah satu putri Rasulullah dan secara usia beliau telah menginjak 83 tahun ?. Â Berikut jawaban pertanyaan tersebut yang saya padatkan dari buku ini.
Pertama, tentang mekanisme pembatasan kekuasaan yang belum ada presedennya (contoh) dari pemimpin sebelumya -- Umar dan Abu Bakar. Maka tatkala Usman melakukan kesalahan misalnya, maka rakyatnya tidak dapat meminta pertanggungjawabannya.Â
Dengan kata lain, tidak ada peradilan sanksi buat sang khalifah dan tentunya juga ia tidak bisa diturunkan atau mencabut mandatnya dari tampuk kekuasaan sebab tidak pernah dicontohkan atau belum ada ketentuan di masa kepemimpinan sebelumnya.
Kedua, ketika Usman diminta untuk mengundurkan diri oleh rakyatnya, Usman pun menjawab dengan ungkapannya yang terkenal itu : " Demi Allah, aku tidak akan melepas baju yang telah disematkan Allah kepadaku!".Â
Ketika situasinya bertambah genting dan Usman sudah nyaris dikeroyok oleh rakyatnya sendiri, mereka masih memberikan tiga opsi yang masuk akal kepada Usman. Pertama, ia akan diperkarakan dalam suatu sidang untuk memastikan ia bersalah atau tidak dan setelah itu ia bisa melanjutkan kekuasaannya. Kedua, ia melepaskan kekuasaannya atau mengundurkan diri dari jabatan khilafah dengan kesadaran sendiri. Ketiga, mereka akan mengirim bala tentara dan penduduk Madinah untuk mendemonstrasikan bahwa mereka tidak lagi taat terhadap Usman (Hal :42).
3. Perseteruan Ali dan Ibnu Abbas
Ibnu Abbas adalah salah satu sahabat Nabi SAW yang paling banyak meriwayatkan hadist. Tetapi kemuliaan itu sedikit tercoreng oleh kisah perseteruannya dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Kisah itu diawali dengan sepucuk surat dari pengurus Baitul Mal Bashrah yang dikirimkan kepada sang khalifah. Inti dari isi surat itu adalah penyelewengan amanah oleh Ibnu Abbas.Â
Farag Fouda mengutip isi surat tersebut dalam kitab Tarikh al-Tabari yang menceritakan bahwa " tangan kananmu dan sepupumu telah mengambil apa yang bukan menjadi haknya tanpa sepengatahuanmu".
Tentu kita tidak percaya sekelas Ibnu Abbas melakukan penyelewangan amanah. Maka seketika Ali hendak melakukan verifikasi isi surat tersebut dengan mengirimkan surat kepada Ibnu Abbas. Melalui surat itu, Ali ingin membuktikan dengan cara pembuatan laporan penggunaan uang, tetapi tak kunjung diberikan oleh Ibnu Abbas. Hingga suatu ketika perseteruan tersebut semakin tajam dengan cara saling melempar tuduhan. Ali menuduhnya telah menggelapkan keuangan negara, sementara Ibnu Abbas menuduh Ali telah menumpahkan banyak darah umat islam demi merengkuh kekuasaan.
Setelah perseteruan yang tak kunjung usai, akhirnya Ibnu Abbas mengundurkan diri. Dibalik penguduran dirinya ternyata mengundang polemik baru. Ternyata Ibnu Abbas menghimpun semua apa yang tersisa dari Baitul Mal yang jumlahnya sekitar 6 juta dirham. Ia mengumpulkan sanak keluarganya dan kalangan Bani Hilal di Basrah untuk melindunginya sebab ia hendak melarikan diri ke Makkah dan pada akhirnya ia sampai dengan selamat sentosa (Hal :99).