Mohon tunggu...
Abdurrahman Al Farid
Abdurrahman Al Farid Mohon Tunggu... -

Study in Turkey, Pecinta Bulu Tangkis Indonesia, Photografer, Traveller, Penulis lepas. http://catatanalfarid.blogspot.com./

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Tegaklah dan Terus Berkata “Umurku Masih Ratusan Tahun Lagi”

27 Maret 2016   01:51 Diperbarui: 28 Maret 2016   11:14 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami berusaha membuat mereka melupakan sejenak rasa sakit dan tersenyum ceria walaupun menderita penyakit. Hari itu benar-benar indah, aku merasakan adanya ikatan kami dengan anak kecil itu seperti saudara sendiri. Akupun jadi teringat adikku di Indonesia, mungkin mereka seumuran dengan adikku. Semoga Allah selalu menjaga adik, dan keluargaku di rumah. Doaku dalam hati.

Kemudian kami keluar dari rumah sakit menuju bis yang tadi pagi mengantar kami kesini. Kami langsung menuju daerah Cankaya. Kami menuju Hilal Mah. 626. Cad. (Aleksander Dupçek Cad.) 680. Sok di daerah Cankaya, disana ada panti jompo (Huzurevi) bernama ALTINÇATI HUZUREVİ. Kami berencana makan siang bersama para kakek dan nenek yang tinggal disana. 

Dan ketika sampai disana kami langsung masuk dan banyak sekali kakek dan nenek yang mengambur kepelukan kami, banyak yang ingat anaknya, ingat cucunya dan lain sebagainya. Kami berusaha menghibur mereka, dan kamipun makan bersama mereka di huzurevi tersebut. Sungguh hari ini beranr-benar berkesan, kami di ajak untuk melihat lingkungan kami, ada anak kecil yang sakit ada juga orang tua yang sepuh ditinggal oleh anaknya dll. Kami, di ajarkan untuk tetap peduli. Karena pemuda seperti kamilah yang memang harus peduli dalam kondisi seperti ini di masyarakat.

Program hari ke empat ini kami akan mengunjungi salah satu perusaan air minum bersoda di beypazari. Kami melakukan perjalanan hampir 1.5 jam lebih dari pusat kota Ankara. Beypazari ini walaupun tergolong jauh dari Ankara, namun masih masuk dalam wilayah Ankara. Akhirnya kami sampai di perusahaan air minum tersebut. Kami langsung disuguhi satu botol minuman tersebut secara gratis. Kemudian kami mendengarkan penjelasan dari salah seorang karyawan di perusahaan tersebut. Sedikit yang aku tangkap, bahwa air soda ini sangat bermanfaat, jika diminum setelah menghisap rokok, maka bahasa rokoknya akan sedikit berkurang. Juga bahwa perusahaan ini sekarang sudah mengekspor air minum ini hampir ke 15 negara di eropa dan Asia. Dan Di Turki ini, perusahaan ini merupakan perusahaan air minum soda terbaik imbuhnya.

Kami kemudian di antar sampai di Pazar nya, dan meneruskan jalan-jalan sendiri disana dan diberi waktu satu setengah jam untuk berkumpul kembali. Aku dan Hamid hanya ikut dengan beberapa rombongan yang lain, ada yang masuk museum, ada yang beli oleh-oleh ada juga yang hanya duduk menunggu. Di Beypazari ini terkenal sekali dengan wortelnya. Beypazar ini merupakan penghasil wortel nomer satu di turki. Makanya di tengah-tengah pasar ada monumen wortel besar. Kemudian juga dengan rumah khasnya, dibeypazari ini rumah-rumah masih khas seperti rumah kuno di Anadolu.

Setelah akhirnya berkumpul semua, akhirnya kami bersiap pulang. Namun sebelum itu kami diampirkan dulu di sebuah bukit tertinggi di beypazari ini, dari bukit itu terlihat seluruh pemandangan beypazari ini, indah sekali. Rumah-rumah bermodel kuno yang masih di rawat. Tebing-tebing berwarna kecoklatan yang mencorak. Dan tentunya sunset martahari dari bukit ini begitu menyita perhatian kami. Dan momen itu tentunya kami abadikan di kamera dan ponsel kami.

Dan ini adalah hari terakhir, kami akan disuguhi oleh tempat permainan sky di daerah puncak Ankara, elmadag. Ternyata yang di daerah kota Ankara tak turun salju, namun gunung di Ankara ini sudah dipenuhi pemandangan putih dari jauh. Kami berangkat pukul 10.00, dan sampai di tempat tepat hampir satu jam. Langsung kami menuju tempat penyewaan sepatu, alat sky dan kebutuhan lain. Setelah semua siap, tanpa pengarahan kami langsung bubar sendiri-sendiri menuju hamparan salju di puncak gunung ini. 

Yang jelas, kami hanya diberitahu bahwa kami bisa main sky sampai pukul 15.00. Semuanya langsung pada posisi masing-masing, ada yang berseluncur dari atas ke bawah, ada yang masih latihan berdiri, ada yang malah duduk karena takut, ada pula yang malah mainan salju. Sedang aku yang sudah pernah bermain sky, sepertinya tanpa perlu pengarahan sudah langsung berseluncur. Walaupun pertama-tama perlu pemanasan agar tidak kram nanti. Begitupula dengan Hamid, dia sepertinya sudah agak profesional, meski kadang masih terjatuh karena kesulitan mengerem.

Tepat hari itu kami menuntaskan program kami selama 4 hari dengan Youth Without Frontiers. Kami benar-benar diajak bekerjasama mengelola acara ini. Kami juga diajak memikirkan bagaimana sih sejatinya menjadi pemuda yang bermanfaat bagi diri kita sendiri maupun orang lain di sekitar kita. Dan tentunya itupun kembali pada diri kita sendiri. Sudikah kita yang memulai perubahan itu dari diri kita. Ataukah kita yang menunggu orang lain, sedang yang ditunggu ternyata hanya diam saja. Rasanya aku benar-benar puas diajak berlibur Hamid di Ankara musim dingin ini. Dan tak disangka ternyata liburanku sudah hampir selesai disini. Aku harus pulang ke Istanbul 2 hari lagi sebelum kuliah semester 2 dimulai.

***

Selat Bosphorus yang setiap harinya menyeberangkan ratusan kapal dari asia ke eropa atau sebaliknya begitu tenang hari ini. Jembatan yang menjulang tinggi dan gagah mempersatukan dua benua itu padat merayap. Burung camar berkicau dan berhamburan dari berbagai arah menuju kapal yang lewat. Pemandangan di Istanbul tak pernah berubah, namun memandangnya pun jua tak pernah bosan. Aku yang sudah hampir 3 tahun disini tak pernah bosan tinggal disini. Walaupun kemacetan, kriminal dan kepadatan disini begitu menyiksa. Namun kota ini selalu menjadi harapan untuk tetap hidup dan bertahan di Turki sampai menyelesaikan pendidikan disini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun