Linguistik memiliki cabang-cabang ilmu yang menjelaskan ranah-ranah berbeda dalam bahasa. Ranah yang dimaksud adalah bahwa bahasa itu terdiri dari beberapa unsur, seperti bunyi, bentuk, dan makna.
Cabang-cabang tersebut dapat disusun mulai dari yang terendah dan yang tertinggi. Istilah tataran juga biasa digunakan untuk menyebutkan setiap cabang tersebut. Nama cabang-cabang ilmu tersebut antara lain fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana.
Fonologi
Secara bahasa fonologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang bunyi. Dalam linguistik, fonologi adalah ilmu yang mempelajari, menganalisa, serta membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa (Chaer, 2012:102). Istilah satuan bunyi biasa digunakan untuk menyebutkan gagasan umum tentang objek yang dibahas dalam fonologi, yaitu bunyi bahasa. Kajian fonologi, menurut hierarki satuan bunyinya, terbagi menjadi dua yaitu kajian fonetik dan fonemik.
Fonetik dikenal sebagai cabang kajian fonologi yang membahas satuan bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah satuan bunyi tersebut memiliki fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Dengan kata lain dalam fonetik kita hanya akan mengkaji bunyi-bunyi/fon yang ada dalam bahasa Indonesia. Hanya bunyinya saja, tidak kurang dan tidak lebih.
Jadi jika Anda mengatakan bahwa memerah (dalam klausa petani memerah susu sapi) dan memerah (dalam klausa pipinya memerah) adalah berbeda makna karena berbeda pelafalan, maka Anda sudah melewati batas fonetik.
Fonemik sendiri adalah cabang kajian fonologi yang membahas satuan bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna. Jadi dalam kajian ini kita akan membahas bagaimana sebuah bunyi dapat memengaruhi makna dalam berbahasa.
Morfologi
Sebelum memulai pembahasan, apakah Anda pernah memikirkan bagaimana proses abjad-abjad/huruf-huruf dapat disusun sehingga dapat disebut dengan istilah kata? Dengan kata lain apakah Anda berpikir ada sebuah proses tertentu untuk menjadikan kumpulan huruf menjadi sebuah kata? Jika demikian, berarti kita berbeda server. Mari saya jelaskan kenapa saya dan Anda berbeda server.
Chaer (2012:146) menjelaskan bahwa di atas silabel (suku kata) ada satuan yang kualitasnya berada di atasnya yang fungsional. Satuan tersebut disebut dengan morfem. Oleh karena itu, morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Jadi di bawah kata itu ada morfem yak guys. Dan di bawah morfem secara berurutan ada silabel, fonem, dan fon, dengan satuan bunyi terkecilnya adalah fon.
Untuk menyempurnakan pemahaman, mari kita ambil contoh bentuk di mana dengan ditulis yang telah kita bahas di artikel sebelumnya. Kita akan membuat pertanyaan apakah bentuk di pada di mana dengan bentuk di pada ditulis adalah morfem atau bukan? Jika benar, apakah kedua bentuk tersebut adalah morfem yang sama atau bukan? Kita batasi masalah dengan dua pertanyaan itu.
Morfem biasanya dimasukkan ke dalam kurung kurawal untuk menandainya sebagai morfem. Jadi untuk langkah pertama kita akan memasukkan kedua bentuk tersebut dalam kurawal menjadi {di mana} dan {ditulis}, dengan asumsi bahwa keduanya adalah morfem. Jadi secara tidak langsung kita sudah memformat pola pikir untuk mencari kebenaran pada asumsi kita.
Selanjutnya kita buat bentuk lain yang susunannya mirip. Perhatikan beberapa ujaran di bawah ini.
Di mana
Di sini
Di pasar
Di antara
Ditulis
Ditambah
Dimakan
Dipanjat
Terakhir kita bandingkan maknanya. Bentuk di yang dipisah dari bentuk yang ada di depannya cenderung bermakna sebagai penunjuk tempat atau posisi tertentu, sedangkan bentuk di yang bergabung dengan bentuk setelahnya cenderung menunjukkan makna aktivitas atau pekerjaan.
Dari analisa di atas, kita dapat langsung menjawab dua pertanyaan dengan jawaban bahwa keduanya adalah, benar termasuk dalam, morfem karena bentuk di merupakan satuan gramatikal terkecil (tidak bisa diurai menjadi lebih kecil lagi) dan memiliki makna. Kedua bentuk tersebut adalah dua morfem berbeda karena kedua maknanya berbeda, sehingga digunakan dalam kondisi yang berbeda pula.
Jadi sebuah kata bisa memiliki kesamaan graf dan fon (tulisan dan bunyi) kemudian kita tertipu hanya karena penampilannya tersebut dan kebingungan sendiri di tengah kegiatan menulis. Padahal secara morfologi keduanya adalah morfem yang berbeda, namun dengan bentuk yang sama, yang juga fungsinya berbeda.
Saya termasuk orang-orang yang kaget ternyata ada proses yang bisa dijelaskan sebelum kumpulan kumpulan huruf-huruf itu disebut sebagai kata. Jadi Anda yang punya pertanyaan tentang seperti apakah ada suatu proses yang menjelaskan asal-usul kata, sudah pasti Anda punya tingkat kecocokan yang lebih tinggi untuk belajar linguistik daripada saya. Hikmahnya, kita tidak boleh hanya melihat sesuatu dari bentuk lahirnya saja.
Kayaknya agak nggak nyambung deh. Hmm, sudahlah kita lanjut ke cabang linguistik selanjutnya.
Sintaksis
Sintaksis adalah ilmu yang mempelajari hubungan kata dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran (Chaer, 2012:206). Jadi pembahasan tentang kata terbagi menjadi dua, yaitu internal kata dan eksternal kata. Bagian internal kata sudah dibahas dalam morfologi, sedangkan dalam sintaksis akan membahas sebuah kata dan hubunganya dengan kata lain.
Pembahasan sintaksis biasanya dimulai dari kata sebagai satuan terkecil sintaksis, diikuti frasa, klausa, dan kalimat. Masing-masingnya dibahas secara rinci dalam linguistik struktural.
Analisa sintaksis biasanya menggunakan struktur sintaksis yang tiga, yaitu fungsi (yang diisi dengan subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan), kategori (yang dengan oleh kelas kata), dan peran (yang diisi dengan pelaku, pekerjaan/aktivitas, penderita, alat).
Semantik
Sebelum adanya semantik, kajian tentang makna pada masa lalu lebih populer disebut dengan kajian semiotik. Namun sekarang semiotika adalah bagian dari kajian semantik. Semantik sendiri adalah sebuah ilmu yang objek kajiannya adalah makna bahasa.
Chaer (2012:284) mempermasalahkan istilah tataran pada frasa tataran semantik yang kurang tepat. Hal itu dikarenakan dalam hierarki unsur gramatikal mulai dari fon sampai wacana tidak ditemukan unsur makna tidak berdiri secara mandiri, melainkan ada dalam setiap unsur-unsur tersebut.
Semantik sendiri membahas banyak hal yang berkaitan dengan makna dalam bahasa, seperti hakikat, jenis, hubungan/relasi, perubahan, dan medan makna. Pembahasan semantik hanya berfokus pada makna internal dalam bahasa. Untuk makna yang sudah dilibatkan dengan konteks pemakaian bahasa dalam komunikasi akan ada kajian ilmu berbeda yang disebut dengan pragmatik.
Wacana
Wacana forever, pernahkan mendengar istilah tersebut? Apakah arti dari wacana?
Dalam buku Linguistik Umum buah pikiran Chaer (2012) wacana termasuk dalam kajian sintaksis. Jika kita lihat secara gramatikal, maka wacana dapat dipahami sebagai satuan gramatikal terbesar dan terlengkap. Hal tersebut didasarkan pada hierarki di mana wacana sendiri merupakan kesatuan dari paragraf-paragraf bermakna yang terdiri dari kalimat-kalimat yang berisi konsep, gagasan, atau ide-ide tertentu.
Namun secara praktis wacana itu lebih dari kumpulan kalimat yang membentuk paragraf-paragraf untuk menyampaikan ide. Wacana sudah menjadi produk nyata dari bahasa yang tidak bisa dipisahkan oleh unsur-unsur eksternal bahasa, seperti lingkungan sosial, politik, ekonomi, dan religi yang memengaruhi penulis serta tulisannya.
Unsur-unsur eksternal itu tidak dapat diabaikan karena akan menjadi salah satu hal yang memengaruhi perkembangan bahasa, baik itu penambahan kosakata atau perubahan makna pada bahasa. Wacana yang dianalisa dengan tanpa mengabaikan hal-hal luar yang memengaruhi wacana itu sendiri disebut dengan Analisis Wacana Kritis (AWK).
Jadi bagaimana memaknai kata wacana? Untuk pemakaian praktis kata wacana sendiri, kita bisa menggunakan makna umum yang ada di KBBI, yaitu percakapan. Dengan mengenal bahwa wacana bisa berupa tulisan maupun ucapan, maka kita dapat memaknai frasa wacana forever atau cuma wacana dengan arti "Yang diperbincangkan hanya omongan untuk bahan obrolan saja. Tidak untuk dilakukan/direalisasikan."
Jadi begitu penjelasan tentang cabang linguistik yang terdiri dari beberapa tataran. Jika ada kritik dan saran silakan tulis di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H