Hasil dari kuisioner ini sangat akurat, di mana seorang yang yakin terhadap keimanan serta agama, mereka lebih berpikir secara moral dibanding analitis.
Tetapi perihal ini tidak menampilkan kalau metode berpikir yang satu lebih baik daripada yang lain. Metode berpikir seorang timbul bersumber pada permasalahan tertentu yang dialami oleh seorang.
Konflik agama serta sains di abad modern terjalin pada sebagian ranah, di antara daerah konflik itu antara lain; dalam kosmologi ialah pertentangan tentang asal usul pertumbuhan alam semesta. Setelah itu pada ranah medic, semacam perkara aborsi, KB, gays, seksualitas serta lesbian, serta pula terjalin konflik pada ranah religious practices, religious events.Â
Sehingga berujung pada ukuran konflik berkaitan tentang kesatuan tuhan, kriteria kebenaran serta hingga pada perkara siapa yang mengendalikan alam. Kerapkali benturan antara agama( moralitas) dengan sains yang seakan leluasa dari nilai- nilai moralitas kemanusiaan. Kala mendengar kata" sains" dan" agama", dan merta kita berpikir hendak sejarah jalinan seru di antara keduanya.Â
Tetapi catatan sejarah perjumpaan agama serta sains tidak cuma berbentuk pertentangan belaka( conflict), hendak namun secara konstruktif sains serta agama sanggup jadi kekuatan yang sangat luar biasa. Pada peluang ini kita mencoba mengurai 4 trik bagi Haught( 2004: 1) yang khas dalam jalinan sains serta agama, ialah:
Pendekatan Konflik
Sesuatu kepercayaan kalau pada dasarnya sains serta agama tidak sanggup dirujukkan. Sebab utama meraka jika agama jelas- jelas tidak sanggup memverifikasi kebenaran ajaran- ajarannya dengan tegas, pada tentang sains mampu melangsungkannya. Agama berusaha bertabiat diam- diam serta tidak ingin berikan petunjuk fakta konkret tentang keberadaan tuhan.Â
Di pihak lain, sains ingin menguji seluruh hipotesis serta seluruh teorinya menurut" pengelaman".Â
Agama tidak dapat menerapkan perihal tersebut dengan metode yang dapat memuaskan pihak yang netral, klaim kalangan skeptic; sebab itu, mesta terdapat sesuatu" pertentangan" antara cara- cara uraian ilmiah serta uraian keagamaan.Â
Dalam catatan sejarah ataupun pertimbangan- pertimbangan filosofis, keduanya terlihat menguatkan keputusan yang serbakabur.Â
Dari segi sejarah, kita butuh ingat kembali beberap contoh yang sangat jelas: penyiksaan oleh Gereja terhadap Galileo pada abad ke- 17 serta tersebarnya agama dan teologi yang antiteori evolusi Darwin pada abad ke- 19 serta 20.Â