Mohon tunggu...
Alfain Aknaf Rifaldo
Alfain Aknaf Rifaldo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia

Hanya mas mas biasa yang tidak kuat mengonsumsi kopi tanpa air Instagram : @aaknafr

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mencintai Alam Tanpa Jadi Pendaki

23 Maret 2021   20:07 Diperbarui: 23 Maret 2021   20:23 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : bobo.grid.id

Disadari atau tidak, planet bumi yang kita huni sekarang ini sedang dalam keadaan yang tidak karuan. Bagaimana tidak? Penghuninya seakan sudah tidak peduli lagi akan keseimbangan yang ada di dalamnya. Ketidak pedulian tersebut diwujudkan dalam banyak hal, seperti pembabatan hutan, pencemaran lingkungan, penambangan secara masif dan masih banyak lagi yang lainnya.

Hal ini sangat jauh berbeda apabila dibandingkan dengan jaman nenek moyang kita dahulu. Nenek moyang kita sangat memperhatikan keseimbangan alam, betapapun menggiurkannya yang ditawarkan alam tersebut. Demi menjaga kelestarian alam, nenek moyang menciptakan aturan-aturan tidak tertulis untuk ditaati, minimal oleh kelompok/sukunya. Contohnya seperti budaya sasi milik masyarakat Maluku yang melarang pemanfaatan hasil laut dan sungai dalam jangka waktu tertentu.

Kembali lagi ke masa sekarang. Seperti yang saya singgung di awal, planet bumi semakin tua dan manusia malah semakin asyik memeras kekayaan alamnya. Tapi bagaimanapun, alam punya hukumnya tersendiri. Cuaca mulai susah diprediksi, bencana alam semakin banyak terjadi dan lain-lain. Singkatnya, alam sudah merasa tidak lagi dicintai.

Mengatakan alam sudah tidak lagi dicintai rasanya terlalu berlebihan memang. Mengingat banyak juga kelompok aktivis lingkungan. Mereka bersusah payah berupaya menjaga kelestarian alam dan menyebut diri mereka sebagai pecinta alam. Rupanya banyak juga yang tertarik dengan kegiatan positif mereka dan ingin ikut bergabung menjadi pecinta alam.

Namun belakangan ini, istilah 'pecinta alam' sering diasosiasikan dengan kegiatan mendaki gunung atau menjelajah belantara. Ini tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah. Tidak sepenuhnya benar karena rasanya, kata 'mencintai' terlalu sempit bila hanya dimaknai dengan kegiatan menjelajah ataupun mendaki. Pun demikian tidak sepenuhnya salah karena kegiatan menjelajah dan mendaki adalah cara sebagian orang dalam mencintai alam dan mengapresiasi ciptaan tuhan tersebut.

Lalu jika benar mencintai tidak harus menjelajah belantara ataupun mendaki gunung, bagaimana cara kita mencintai alam secara baik dan (syukur pisan) benar? Tenang saja, karena di tulisan kali ini saya akan membagikan cara mencintai alam tanpa harus jadi pendaki. 

Tulisan ini khususnya untuk teman-teman yang memiliki keterbatasan untuk melakukan kegiatan mendaki, karena harus diakui bahwa mendaki gunung maupun menjelajah belantara memerlukan fisik, mental dan finansial yang kuat. 

Cara-cara yang akan saya bagikan ini juga tidak menghabiskan banyak waktu dan saya yakin cocok dikerjakan oleh semua orang. Berikut inilah cara-cara mencintai alam tanpa harus jadi pendaki

Menghemat listrik dan air

Listrik di jaman digital seperti sekarang merupakan hal yang sangat penting karena hampir semua sektor kehidupan di masyarakat kita menggunakan listrik. Listrik yang kita pakai sehari-hari tersebut dihasilkan oleh PLN melalui pembangkit listrik. 

Sumber pembangkit listrik tersebut bermacam-macam, seperti diesel, gas ataupun tenaga air, tapi umumnya adalah batu bara. Batu bara sendiri termasuk ke dalam bahan bakar fosil yang tidak bisa diperbarui. Artinya, jika kita boros dalam pemakaian listrik sama saja kita membuat persediaan batu bara semakin langka. Maka solusinya adalah dengan cara menghemat konsumsi listrik.

Menghemat konsumsi listrik bisa dilakukan dengan berbagai cara. Dari yang termudah seperti mecabut kabel barang elektronik jika sedang tidak dipakai sampai mengurangi barang elektronik dengan konsumsi daya listrik yang besar. Hal ini saya rasa bisa dilakukan oleh semua orang, bahkan oleh anak kecil sekalipun, tentu dengan pengawasan orang tua.

Sama seperti listrik, air pun harus kita hemat. Di beberapa tempat, air bersih yang layak konsumsi bisa jadi sangat langka. Konsumsi dalam konteks ini tidak mesti diminum, namun untuk keperluan lainnya juga seperti mandi dan mencuci. Untuk itulah bagi daerah yang diberi kecukupan dalam hal air agar lebih berhemat dalam konsumsinya.

Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menghemat air, seperti contohnya memastikan tidak ada air lagi yang menetes dari keran atau menggunakan air secukupnya saja. Mulailah ganti keran air yang ada di rumah dengan keran yang memiliki debit air yang lebih sedikit. Jika hal ini dilakukan oleh banyak kepala keluarga, tentu akan semakin banyak air yang tidak terbuang sia-sia.

Menghemat listrik dan air selain membantu menjaga kelestarian lingkungan juga pastinya sangat membantu meringankan biaya tagihan rumah tanggamu. Ingatlah bahwa salah satu hal yang paling membahagiakan dalam hidup adalah ketika alam lestari dan rekening berisi.

Mengurangi, memilah dan mengolah sampah

Sampah-sampah yang dihasilkan oleh manusia rupanya kian hari kian banyak, apalagi kebanyakan adalah sampah plastik, sehingga apabila dibiarkan akan semakin menumpuk dan menyebabkan berbagai masalah lingkungan. Sudah banyak contoh penyakit yang timbul akibat lingkungan yang dekat dengan limbah dan sampah, seperti diare, demam berdarah dan lainnya.

Oleh karena tidak bisa dibiarkan begitu saja, maka banyak relawan pemerhati lingkungan yang mempunyai ide untuk mengolah sampah menjadi sesuatu yang mempunyai nilai guna dan nilai jual. 

Sampah yang perlu diperhatikan untuk diolah kembali adalah sampah anorganik karena sampah tersebut tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme. Sedangkan sampah organik bisa diuraikan oleh makhluk hidup, namun masih bisa diolah pula untuk menjadi pupuk kompos.

Karena ada perbedaan jenis sampah tersebut, maka diperlukan pemilahan sampah agar tidak tercampur antara sampah organik dengan sampah anorganik. Tujuannya jelas agar memudahkan pekerjaan para pengolah sampah tersebut. 

Cara memilahkan sampah pun sebenarnya sangat sederhana, cukup sediakan dua tempat sampah dengan ditempeli label keterangan 'sampah organik' dan 'sampah anorganik'.

Sampah-sampah anorganik yang tidak bisa diurai oleh mikroorganisme bisa diolah menjadi banyak hal, tergantung kreatifitas pengolahnya masing-masing. 

Di Lombok, NTB ada sekelompok orang yang mengolah sampah menjadi barang-barang yang bernilai seni. Sampah-sampah tersebut banyak yang berasal dari turis baik lokal maupun internasional.

Anda sendiri pun bisa mencoba mengolah sampah menjadi barang yang mempunyai nilai guna, nilai seni maupun nilai jual. Caranya bisa dilihat di video-video tutorial yang banyak tersedia di platform Youtube. 

Cukup bermodalkan internet dan sedikit waktu anda sudah ikut serta dalam membantu pelestarian alam, bahkan jika hasilnya bagus, bisa anda jual dan tentunya mendapatkan uang.

Akan tetapi jika anda tidak punya cukup waktu untuk melakukannya, cukup kurangi pemakaian plastik, karena sebagian besar sampah yang ada sekarang adalah sampah plastik. 

Banyak sekali cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi penggunaan plastik, seperti membawa tas sendiri ketika berbelanja, memakai sedotan stainless alih-alih sedotan plastik, membawa botol minuman sendiri ketika berpergian dan masih banyak yang lainnya.

Memelihara kucing secara indoor

Cara mencintai alam yang satu ini sebenarnya mungkin hanya berlaku untuk yang memelihara kucing, namun tetap saya cantumkan karena dilingkungan saya tinggal sekarang ini memang banyak sekali orang yang memeliharanya. Sehingga saya bisa berasumsi bahwa meskipun pembaca tulisan ini bukanlah owner kucing tetapi pasti ada orang terdekatnya yang memelihara kucing. Jadi kenapa kucing sebaiknya dipelihara secara indoor dan tidak dibiarkan saja bebas berkeliaran?

Bersumber dari nationalgeographic.grid.id, kucing adalah mamalia yang bertanggung jawab atas kepunahan 63 spesies mamalia, burung hingga reptil, terlepas dari tampangnya yang imut dan lucu. Maka dari itulah di beberapa tempat, kucing dinyatakan sebagai predator yang invasif, artinya keberadaannya menjadi ancaman kelestarian hewan endemik setempat.

Di Indonesia, kita tentu bisa melihat sendiri kucing-kucing yang memangsa kadal, ular kecil, burung, serangga dan lainnya. Pada skala kecil mungkin masih bisa ditolerir, tapi lain cerita jika skalanya membesar seiring bertambahnya populasi kucing. 

Memelihara kucing secara indoor bisa menjadi solusi karena kucing tidak akan memangsa hewan yang berada di luar rumah, paling hanya akan memangsa tikus rumah, itupun kalau rumah anda jorok.

Meski demikian, banyak para owner kucing yang menolak memelihara kucing karena merasa kasihan jika kucingnya harus berdiam diri di rumah. Untuk itulah saya sarankan agar memiliki rumah yang luas sebelum memelihara kucing, seperti artikel yang pernah saya tulis di Kompasiana beberapa waktu yang lalu. 

Untuk lebih lengkapnya silahkan buka sendiri artikel saya tersebut, tapi intinya saya hanya ingin mengatakan bahwa memelihara kucing secara indoor lebih ramah lingkungan dan baik untuk kesehatan si kucing itu sendiri.

Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi

Cara mencintai alam yang satu ini barangkali cukup susah dikerjakan oleh kita, apalagi jika kita tinggal di Indonesia. Kita tahu sendiri jika di Indonesia, orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibanding transportasi umum. Padahal, dengan menggunakan transportasi umum, kita turut membantu mengurangi pengeluaran gas karbondioksida yang memicu global warming.

Bayangkan saja, satu unit bus Trans Jogja saja mempunyai kapasitas 34 tempat duduk yang bisa menggantikan 19 sepeda motor jika diasumsikan satu sepeda motor dinaiki dua orang. Apalagi angka 34 tersebut hanya dihitung tempat duduknya saja, belum termasuk penumpang yang berdiri. Bisa disimpulkan sendiri berapa banyak polusi yang bisa ditekan.

Namun jika anda adalah seorang introvert parah yang benar-benar tidak bisa berada dalam keramaian, maka solusi yang bisa saya tawarkan adalah dengan mengendarai kendaraan non bermotor, seperti sepeda. Bersepeda selain ramah lingkungan juga membuat tubuh kita menjadi lebih sehat.

Jika anda juga enggan untuk bersepeda karena alasan fisik ataupun malas, maka solusi terakhir yang bisa saya sarankan adalah dengan nebeng teman anda. Jangan malu untuk minta nebeng karena nebeng yang kita lakukan adalah demi menjaga lingkungan.

Sekian beberapa cara mencintai alam tanpa harus jadi pendaki ataupun penjelajah alam liar. Sebenarnya ada satu lagi cara yang belum saya cantumkan, yakni dengan menulis dan mengkampanyekan tentang kelestarian alam. Namun apapun itu caranya, menurut senior komunitas saya, ada satu hal yang paling sulit ketika berbicara tentang isu lingkungan, yakni konsistensi. Wa Allahu a'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun