Mohon tunggu...
Alfa Anisa
Alfa Anisa Mohon Tunggu... Editor - Penulis Blitar

Saat sedang sendirian, lebih suka menikmati waktu untuk berimajinasi, melamun dan menyendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biarkan Aku Mencari Rumah

17 Januari 2024   21:50 Diperbarui: 17 Januari 2024   21:52 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay/Sari7

Saat itu kata Mas, Mbak Atiq benar-benar terluka, bukan karena hubungan yang selesai tetapi justru hubungan yang tanpa diperjuangkan sama sekali. Dalam sebuah hubungan, tak mungkin komitmen hanya dimiliki satu orang saja, kan.

"Perempuan punya masa tunggu, jauh berbeda dengan lelaki. Jika usianya mendekati angka tiga puluh, biasanya seorang perempuan akan menyerah pada waktu di mana lagi menemukan rumah yang nyaman untuk masa depan hatinya. Menyerah pada keadaan, dan memasrahkannya pada orang yang paling dipercayainya," ucapku menyimpulkan apa yang sedang dialami oleh Mbak Atiq.

**

Aku tak tahu bagaimana Mbak Atiq terus berharap pada Mas untuk membantu mencarikan pasangan, entah dikenalkan kepada teman, atau dibantu agar lekas menemukan pasangan. Salah satu sisi ada rasa kasihan, namun sisi lainnya justru khawatir.

Ya, khawatir dengan perasaan yang barangkali diam-diam tumbuh kembali di rongga dada Mbak Atiq lantaran sering berkirim pesan dengan Mas.  Meskipun rasanya mustahil karena batasan pernikahan dan kedewasaan, tapi perempuan tetaplah seseorang yang gemar menyimpan kegelisahan.

"Mbak Atiq kukenalkan dengan Mahfud, teman kuliahku dulu," kata Mas tiba-tiba sudah duduk di sampingku. Gerimis sore hari memang cocoknya bersantai di teras rumah sambil menikmati secangkir teh hangat dan pisang goreng yang masih mengepulkan uap tipis. 

Aku menggengam segelas teh dengan kedua tangan, rasa hangat seketika menyebar ke sekujur tubuh. "Kenapa Mbak Atiq masih memintamu untuk mencarikan pasangan, Mas?" tanyaku penasaran. 

Mas terlihat mengangkat kedua pundaknya, pertanda tak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Mbak Atiq.  "Barangkali temanku sebagian besar itu kerjanya di bagian konstruksi dan arsitek,"

"Mbak Atiq ingin jadi istri orang kaya? " tanyaku dengan polosnya. 

"Siapa sih yang nggak mau? Sebagian besar perempuan, kan, pengen punya pasangan yang mapan, dan kaya tentunya," sahut mas tertawa ringan.

Aku mengernyitkan kedua kening, lalu menatap jalanan yang sepi kendaraan. "Aku nggak mau kaya, apalagi pengen dapat pasangan yang kaya.  Aku dulu pengen punya suami yang bisa menata hidupku,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun