Aku memilih di rumah karena masih memiliki bayi, sambil menemani ibu yang sendirian menerima tamu yang terus berdatangan.
Pada siang hari ketika tak ada tamu, aku dan ibu bercerita tentang apapun mulai dari Ramadan tahun ini ibu bisa berkeliling masjid untuk i'tikaf serta ikut pengajian rutin, bercerita  banyaknya pesanan kerupuk sambal padahal lebaran tahun lalu pesanan hanya untuk keripik pare, hingga mendadak cerita berakhir tentang sejatinya manusia adalah sendiri.
Pada akhirnya nanti kita akan sendiri, tanpa ditemani sanak saudara, orang tua, anak, cucu, suami istri untuk mencari jalan menuju Illahi," kataku tiba-tiba sambil menyeruput minuman rasa nanas di meja ruang tamu.
Saat itu aku hanya merasa kasihan ketika sore hari pada lebaran hari pertama, ibu akan kembali menjalani hidup sendiri di kampung halaman karena anak dan cucu kembali ke rumah masing-masing.Â
Meskipun di hari biasa, ibu ditemani dengan tiga keponakan serta rumah saudara laki-lakiku yang berada di belakang rumah ibu, tapi ada sedikit kesedihan yang tumbuh di hati karena tak bisa sepenuhnya menemani di masa senjanya.
Sejak bapak telah tiada, ibu mulai belajar mengakrabi kesendirian dan kesunyian. Seolah waktu yang dimiliki kini hanya untuk mengabdi dan mencari jalan ridho Illahi," kata ibu sambil menatap jalanan yang sepi. Setelah itu kami terdiam lama, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Itulah cerita lebaranku tahun ini seputar tentang aku dan ibu. Aku yang harus belajar banyak dengan ibu perihal kehidupan, semoga  senantiasa diberikan ketabahan dan panjang umur yang barokah agar bisa membimbingku, Bu. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H