“Aya nu neangan. Ada yang nyari Kang Cahya. Penting katanya.”
“Siapa Kang?”
“Teu apal.” Ia menjawab bahwa ia tidak mengetahuinya.
Aku pun bergegas mempercepat langkahku. Sedikit berlari.
***
Aku yang baru saja datang di rumah Pak Rahmad, begitu terkejut melihat sosok laki-laki yang ada di depanku. Belum genap langkahku memasuki ruang tamu, tubuh laki-laki itu menghempas tubuhku dengan keras.
Bogem mentah serta merta ia luncurkan pada wajah dan perutku berkali-kali. Bertubi-tubi.
“Ampun Mas! Ampun!” kataku.
Tapi ia tidak menghiraukannya dan masih sangat keserupan untuk menyerangku.
Kang Asep dan Pak Rahmad, segera memegang tubuhnya. Menjauhkannya dari diriku.
“Sabar Kang.. Sabar.” Bujuk Pak Rahmad, berusaha menenangkannya.