Part 1
Suara-suara Kecil Itu
Sekelompok anak-anak SMK datang ke kantor kami pagi ini. Rencananya mereka akan melaksanakan magang selama sebulan di kantor kami. Setiap tahun memang kantor kami bisa ada dua atau tiga sekolah yang menitipkan siswanya di kantor kami.
“Selamat pagi Pak.” Sapa seseorang diantara mereka sambil menunduk pelan saat aku berjalan melintas.
“Iya… Pagi.” Sapaku sekenanya.
AKu lantas meninggalkan mereka, menuju mejaku. ‘Berisik sekali mereka’, pikirku. Aku lantas memasang headphone di telingaku, mendengarkan lagu-lagu kesukaanku.
Seseorang di antara mereka lantas duduk beberapa meja jaraknya dari mejaku. Aku mencuri pandang sejenak, lantas melengos sambil memindahkan pandanganku ke arah lain. Semua orang di ruanganku, entah kenapa terlalu baik kepada anak magang itu. Bertanya ini itu, mengenai nama, asal maupun hal yang macam-macam. Beberapa dari mereka juga mengajarinya cara memfotokopi, dan memberikan beberapa berkas untuk ia gandakan.
‘Halah, ngapain coba. Sok akrab banget sama anak baru.’ Pikiran busukku kembali menyelinap.
AKu lantas menggeleng, dan mengucap ‘Astagfirullah’. Aku kembali mencoba fokus kepada berkas kerjaan yang sudah menumpuk di atas mejaku. Di waktu istirahat, ada Bu Jaja, senior di kantor datang membawakan makanan kecil untuk kami seruangan. Teman-teman menawari Rezki, si anak magang itu, mengambilkan piring kecil dan menyisihkan makanan untuknya.
‘Ngapain pake diambilin, kaya anak kecil aja. Cukup ditawarin aja napa.’
Entah kenapa hati ini merasa dengki saat melihat pemandangan itu. Aku mengambil piring kecil, menyisihkan beberapa potong kue dan mengucapkan terima kasih kepada Bu Jaja.