Apapun bentuknya, yang pasti segala bentuk penjajahan ini akan menggerogoti kemandirian dan kedaulatan politik, ekonomi maupun kebudayaan sebagai peneguh jati diri bangsa.
Ghost Fleet
Saya pun teringat pada Prabowo ketika mengomentari perihal novel fiksi "Ghost Fleet" karya PW Singer and August Cole, yang kemudian dikomentari silang multitafsir. Di Kompasiana.com (22/12/2018), saya menulis dengan judul "Indonesia Akan Punah Manakala Amanah Trisakti Bung Karno Tergadaikan".
Indonesia tidak akan punah seperti dalam cerita "The Lost Atlantis". Justru kedaulatan Indonesia akan punah manakala amanah "Trisakti" BK tergadaikan pada cengkeraman kekuatan asing baik secara politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Pada titik inilah Indonesia akan "punah" dalam hal menjaga kemandirian martabat kedaulatan sebagai sebuah negara lantaran kita sudah bertekuk lutut pada cengkeraman dan kendali kekuatan bangsa asing.
Itu yang saya tangkap dari semiotika pernyataan Prabowo perihal "Ghost Fleet", yang  lontarkan Prabowo jelang saat Pilpres 2019. Adakah saat ini kita sedang menghadapi "Tahun Vivere Pericoloso?".
Makanya saya sangat mengapresiasi atas keberadaan "Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya" (KKIR) sebagai pendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Dalam perspektif semiotika, makna kata KKIR, saya anggap lebih bermarwah, berpamor dan magis.
Dengan merujuk terminologis "kebangkitan", didalamnya sudah mencakup makan kata "maju". Jadi makna kata "kebangkitan" didalamnya sudah mengisyaratkan dan mensyaratkan kata "maju" atau "kemajuan", menuju Indonesia Maju.
Kita tidak akan bergerak maju tanpa kebangkitan. Justru dengan kebangkitan, kita bangkit untuk maju. Adalah saatnya kita bergerak maju menuju Indonesia Jaya dengan kebangkitan Indonesia Raya.Â
Karena saya anggap, kita butuh kebangkitan dari krisis multidimensional dalam kehidupan berbangsa. Salah satunya yaitu terkikisnya kemesraan sosial dalam kehidupan berbangsa akibat terjadinya polarisasi oleh stigmatiasi politik identitas bernada SARA.