Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Berkunjung ke Rumah Arsitek Freidrich Silaban di Bogor

8 Desember 2022   08:17 Diperbarui: 12 Desember 2022   13:04 2383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua pohon durian bertumbuh tinggi di halaman rumah yang luas. Ini kali kedua saya berkunjung ke sana. Rumah besar yang sepi. Makhlum, sepuluh orang putra-putri Friedrich telah hidup berpencar.

Jika pada kunjungan pertama saya bisa masuk dan memotret hingga ruang kerja beliau, kali ini hanya bisa memotret empernya saja. Tetapi ada bel di depan pintu berwarna biru. Saya tekan beberapa kali. Berselang lima menit seseorang keluar dari dapur. Saya beruluk salam. Memperkenalkan diri.

"Oh, silahkan memotret tapi di luar saja ya. Kalau mau potret di dalam harus seijin Panogu. Dia yang bertanggung jawab atas semua karya Papa," kata Haposan Silaban (64).

Nomer rumah dan dinding dari potongan batu kali (foto:Lex)
Nomer rumah dan dinding dari potongan batu kali (foto:Lex)

Panogu yang dimaksud adalah Panugo Silaban, anak ke-7, yang mendalami bidang arsitektur seperti ayahandanya. Sementara Haposan adalah putra kelima Friedrich. Melihat tahun kelahiran mereka, berarti dokter Tigor adalah putra keempat.

"Di atas saya ada dua perempuan. Nomer satu laki-laki," kata Haposan lagi.

Ketika menulis artikel tentang Friedrich pada 2015, saya beberapa kali terkait dengan keluarga mereka. Termasuk mewawancarai Panugo Silaban. Sayang, artikel itu tidak saya temukan lagi. Entah ketlingsut di laptop atau PC mana?

"Saya pernah jumpa Pak Panogu di kantornya di Cikini beberapa tahun lalu," kata saya kepada Haposan.

"oh, begitu ya. Dia tinggal di Cinere sekarang," ujar dia.

Dari Panogu pula saya mendengarkan kisah tentang hubungan antara Friedrich dan Presiden Soekarno ketika itu. Antara lain ketika Friederich diminta Soekarno "mengecilkan" rancangan Tugu Monas, sebab dalam hitungan Soekarno terlalu besar dan menelan biaya banyak sekali. Karena Friedrich berkeras tak mau mengubahnya, akhirnya Soekarno menyuruh arsitek lain yang mengecilkan. Meskipun bentuk aslinya masih tetap sama.

Penulis berpose di depan rumah F.Silaban (Dokpri)
Penulis berpose di depan rumah F.Silaban (Dokpri)

Saya tak ahli soal arsitektur bangunan. Tetapi selalu senang melihat dan menelusuri gedung-gedung tua. Pada rumah keluarga Friedrich saya suka halamannya yang luas, dan bangunanya yang memanjang.  Potongan-potongan batu kali yang dipasang di dinding  sangat rapi dan presisi.  

Saya pikir ruang tamu yang luas di depan, serta kamar-kamar yang banyak di dalam sengaja dibikin agar bisa menampung jumlah anggota keluarga mereka yang banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun