Dua pohon durian bertumbuh tinggi di halaman rumah yang luas. Ini kali kedua saya berkunjung ke sana. Rumah besar yang sepi. Makhlum, sepuluh orang putra-putri Friedrich telah hidup berpencar.
Jika pada kunjungan pertama saya bisa masuk dan memotret hingga ruang kerja beliau, kali ini hanya bisa memotret empernya saja. Tetapi ada bel di depan pintu berwarna biru. Saya tekan beberapa kali. Berselang lima menit seseorang keluar dari dapur. Saya beruluk salam. Memperkenalkan diri.
"Oh, silahkan memotret tapi di luar saja ya. Kalau mau potret di dalam harus seijin Panogu. Dia yang bertanggung jawab atas semua karya Papa," kata Haposan Silaban (64).
Panogu yang dimaksud adalah Panugo Silaban, anak ke-7, yang mendalami bidang arsitektur seperti ayahandanya. Sementara Haposan adalah putra kelima Friedrich. Melihat tahun kelahiran mereka, berarti dokter Tigor adalah putra keempat.
"Di atas saya ada dua perempuan. Nomer satu laki-laki," kata Haposan lagi.
Ketika menulis artikel tentang Friedrich pada 2015, saya beberapa kali terkait dengan keluarga mereka. Termasuk mewawancarai Panugo Silaban. Sayang, artikel itu tidak saya temukan lagi. Entah ketlingsut di laptop atau PC mana?
"Saya pernah jumpa Pak Panogu di kantornya di Cikini beberapa tahun lalu," kata saya kepada Haposan.
"oh, begitu ya. Dia tinggal di Cinere sekarang," ujar dia.
Dari Panogu pula saya mendengarkan kisah tentang hubungan antara Friedrich dan Presiden Soekarno ketika itu. Antara lain ketika Friederich diminta Soekarno "mengecilkan" rancangan Tugu Monas, sebab dalam hitungan Soekarno terlalu besar dan menelan biaya banyak sekali. Karena Friedrich berkeras tak mau mengubahnya, akhirnya Soekarno menyuruh arsitek lain yang mengecilkan. Meskipun bentuk aslinya masih tetap sama.
Saya tak ahli soal arsitektur bangunan. Tetapi selalu senang melihat dan menelusuri gedung-gedung tua. Pada rumah keluarga Friedrich saya suka halamannya yang luas, dan bangunanya yang memanjang.  Potongan-potongan batu kali yang dipasang di dinding  sangat rapi dan presisi. Â
Saya pikir ruang tamu yang luas di depan, serta kamar-kamar yang banyak di dalam sengaja dibikin agar bisa menampung jumlah anggota keluarga mereka yang banyak.