Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gereja Anglikan, Bukan Katolik Bukan Protestan

4 Desember 2022   07:16 Diperbarui: 4 Desember 2022   07:19 3090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Gereja Anglikan di Jalan Arief Rahman Hakim, Jakarta Pusat (Foto: Lex)

"Karena itu kami memakai istilah persekutuan penuh. Artinya ada kesepakatan bersama tentang doktrin dan  sakramen, tetapi otonom dalam cara melaksanakannya asalkan tidak menyimpang dari Firman Tuhan," terang Pastor Daniel.

 Misalnya, kata dia, mereka memiliki doktrin tentang  berbicara kepada jemaat dalam bahasa yang dimengerti umat. Bunyinya; Buruk sekali menurut Firman Allah dan menurut kebiasaan gereja purbakala untuk melakukan doa umum di gereja, atau melayani sakramen, di dalam bahasa yang tidak dimengerti kaum awam.

"Ini berarti kontekstualisasi. Jadi di Indonesia ya pakai bahasa Indonesia," ujarnya.

Dalam Gereja Anglikan dikenal istilah "high chruch" dan "low chruch" pada peribadatannya. 

"High chruch" berarti ibadah yang liturginya ketat, sama seperti misa dalam Gereja Katolik atau ibadat dalam Gereja Protestan beraliran mainstream. Sementara "low chruch" lebih mirip ibadah pada gereja-gereja beraliran Injili atau Karismatik. Boleh diiringi band, bisa bertepuk tangan dengan lagu-lagu pop rohani.

Ahli Sejarah Gereja dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi  (STFT) Jakarta Prof. Dr. Jan Aritonang mengatakan, istilah di atas mengacu pada fraksi-fraksi di dalam Gereja Anglikan. 

Para pengikut fraksi "high chruch" memberi tekanan kuat pada pewarisan jabatan rasuli, pelayanan rohani, sakramen dan perwujudan lahiriah dari ibadah. Karena itu fraksi ini cenderung membina hubungan baik dengan Gereja Katolik dan  Gereja Ortodoks Timur.

Sebaliknya fraksi "low chruch" berciri Injili, menekankan kesinambungan ajaran gereja mula-mula dan sangat menekankan unsur Protestan dalam Anglikanisme.  Karena itu mereka tidak terlalu mengindahkan sakramen dan tidak suka hal-hal simbolis dalam ibadah.

Di antara keduanya muncul fraksi "middle Chruch" yang banyak meneruskan tradisi yang dibangun sejak zaman Elizabeth I yang menyatakan bahwa Anglikan adalah gabungan terbaik dari  Katolik Roma maupun Protestan.

Samuel menjelaskan tentang beberapa prasasti di GAI (Foto:Lex)
Samuel menjelaskan tentang beberapa prasasti di GAI (Foto:Lex)

 "Saya pikir mayoritas warga Anglikan merupakan pengikut fraksi ini," kata Aritonang.

"Kami sering dicap separuh Katolik separuh Protestan. Padahal kami ini bukan Katolik juga bukan Protestan. Kami mengambil yang terbaik dari Katolik dan Protestan, jadilah Anglikan," kata Pastor Daniel sembari tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun