Setelah peristiwa kematian balita dari Wame itu, Matius merasa  seolah-olah ia dikejar rasa bersalah. Ia tidak ingin lagi ada balita yang meninggal hanya karena orangtuanya belum tahu bahwa pertolongan pertama balita sakit bisa dilakukan oleh para kader.
Ia juga berpesan agar sesama anggota jemaat bisa saling mengingatkan. "Misalnya ada tetangga yang anaknya sakit agar diberitahu datang minta obat sama kader," ujar Matius.
Pesan ini, kata dia, telah dilakukan beberapa orang. Mereka bahkan menemani orang tua balita datang menemui Matius. Demikian juga dengan ibu hamil ketika ada Posyandu. Berita itu menyebar dari mulut ke mulut.
"Bahkan ada orang dewasa yang datang minta obat sama saya," kata Matius.
Dengan tenaga kesehatan yang langka, jarak ke puskesmas yang sangat jauh dan sarana transportasi yang belum lancar, para kader inilah yang menjadi ujung tombak kesehatan di wilayah Pegunungan Tengah Papua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H