Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Situs Perang Kodi 1911-1913: Gua Rambe Manu

22 Oktober 2022   22:37 Diperbarui: 17 November 2022   13:31 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian depan Gua Rambe Manu. Wily mengenakan jaket merah (dokpri) 

Ketika penulis masih duduk di kelas 2 SMP di Homba Karipit, Kodi, pada tahun 1986, sekali-dua kali masih berpapasan dengan Pati Ice Pede yang datang berkunjung ke SMP. Ketika itu Greg Gheda Kaka (1945-2005) menjadi kepala sekolah di sini. 

Greg adalah orang pertama yang mendokumentasikan tentang Perang Kodi, antara lain ia mewawancarai Pati Ice Pede yang tinggal di Wailabubur, kampung yang berjarak sekitar 2 km dari sekolah. Pati Ice Pede meninggal pada tahun 1989.

Tetapi Binya Pahha mudah diterobos. Letaknya di dasar lembah sangat riskan sebagai benteng pertahanan. Jika Belanda menyerang, tak ada jalan keluar. Pasukan Wona Kaka bisa langsung terkepung. Menjadi sasaran empuk.

Akhirnya Wona Kaka dan Dita Ngedo pergi mencari tempat yang lebih baik dan kokoh sebagai benteng pertahanan. Setelah beberapa hari berjalan kaki mereka menemukan sebuah bukit batu yang memiliki gua di dalamnya.

Hutan lebat mengelilinginya. Hanya ada satu pintu untuk keluar dan masuk. Kelak Ndita Ngedo menjadi narasumber utama Greg. Ia meninggal sekitar tahun 1987.

Itulah gua Rambe Manu yang kini masuk dalam wilayah Desa Mangganipi, Kecamatan Kodi Utara, SBD. Gua ini sudah ditetapkan sebagai situs sejarah.

Papan pengenal Gua Rambe Manu sebagai situs sejarah (Dokpri)
Papan pengenal Gua Rambe Manu sebagai situs sejarah (Dokpri)

***

Elisabeth Deta Dengi, jurupelihara situs Gua Rambe Manu masih memiliki pertalian darah dengan saya. Inya Tamo, ibundanya adalah saudara sepupu saya, dari kakek yang sama: Goka Lando. Lisa anak pertama Inya Tamo.

Begitu tahu kami akan ke Gua Rambe Manu, Wily Guna Hari, seorang guru, adik Lisa juga ingin ikut. "Untuk mengenang masa kecil," kata Wily kepada saya. 

Sebab Gua Rambe Manu bagi Lisa dan Wily sudah mengalir dalam darah. Ayahanda mereka, Daniel Ndara Kaka, adalah jurupelihara situs ini, sebelum pemerintah Kabupaten Sumba Barat (ketika itu) memintanya mencari pengganti. 

Lisa mau menggantikan tugas ayahandanya dan diangkat sebagai pegawai honorer. Daniel kini sedalam dalam masa persiapan pensiun. Tahun 2023 masa baktinya akan selesai.

Penulis (kanan) bersama jurupelihara Gua Rambu Manu, Elisabet (tengah) dan Bapa Nita (kiri) (Dokpri)
Penulis (kanan) bersama jurupelihara Gua Rambu Manu, Elisabet (tengah) dan Bapa Nita (kiri) (Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun