GKPB Blimbingsari terdiri atas 172 kepala keluarga. Sekitar 630 jiwa anggota jemaat. Sebagian besar adalah warga senior. Sisanya keluarga muda. Tahun 1990-an Blimbingsari hampir menjadi "desa mati" karena semua orang mudanya bekerja ke Denpasar atau melanjutkan studi ke Jawa. Ada yang pulang ke Blimbingsari. Namun lebih banyak yang enggan kembali. Desa hanya didiami oleh warga senior.
"Dulu komunikasi dan transportasi belum selancar sekarang, jadi wajar kalau selesai kuliah mereka memilih tidak kembali. Angkatan yang tidak pulang inilah yang kami sebut jemaat diaspora," kata Welda.
Tetapi yang membuat Welda prihatin saat pertama datang ke Bali adalah adat "kawin lari" yang dianggap sah di kalangan masyarakat Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu. Kebiasaan ini juga berimbas ke gereja.
Seorang anak perempuan Kristen menjalin hubungan dengan laki-laki beragama Hindu. Suatu hari ia pamit keluar rumah. Menjelang sore belum juga kembali. Esok pagi datang  utusan dari keluarga laki-laki dan bilang 'Putri  Bapak-Ibu sudah menikah. Jangan dicari lagi'.
Sesederhana itu.
Mengapa  tidak lapor polisi? "Jemaat bilang mereka sudah dewasa," jawab Welda.
Sisi lain yang mengkhawatirkan Welda adalah teknologi komunikasi yang merasuk ke Blimbingsari. Jika tidak mendapat perhatian serius, teknologi ini seperti pisau bermata dua yang diam-diam akan mencerabut identitas kaum muda Blimbingsari.
 "Identitas mereka adalah orang Bali yang Kristen dan para pendahulunya memperjuangkan identitas ini dengan pengorbanan yang sangat berat. Dengan teknologi komunikasi yang menawarkan kehidupan gemerlap, saya khawatir mental mereka tidak setangguh para pendahulunya," Welda memberi alasan. Â
Bagi Welda, pemuda-remaja adalah penerus kekristenan di Blimbingsari. Mereka adalah generasi muda Bali yang beragama Kristen di tengah masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu. Karena itu, "Mereka harus tetap loyal sebagai orang Kristen, tidak sekadar menjadi orang Kristen karena keturunan," tegasnya.
***
Identitas  Blimbingsari sebagai desa Kristen diakui oleh warga dan pemerintah Bali. Karena itu perlu dipertahankan. Salah satu caranya menurut Welda adalah belajar tentang Blimbingsari dan tentang iman Kristen secara sungguh-sungguh.