"Semua tipe genetik Austronesia yang ada di desa lain ada di Wunga," ujarnya.
Dengan mencermati pola genetikanya, menurut Herawati, bisa digambarkan perjalanan migrasi nenek moyang penutur Austronesia di Sumba. Dari Wunga sebagian kemudian berjalan ke selatan.Â
Begitu tiba di tengah pulau ini, mereka memisahkan diri dalam dua kelompok besar, satu ke arah timur dan lainnya ke arah barat. Dalam setiap migrasi ini terjadi percampuran dengan non-Austronesia yang telah lebih dulu tinggal di pulau itu.
Pembauran genetik ini juga terlihat dengan adanya penggunaan bahasa Austronesia dan non-Austronesia di Sumba. Contoh kata di Sumba yang berakar pada bahasa Austronesia, misalnya kata "bulu" yang dilafalkan sebagai "wulu" di Mamboru (Sumba Tengah) dan juga di Kodi (Sumba Barat Daya). Kata "mata" juga dilafalkan sebagai "mata", baik di Mamboru maupun Kodi.
Sementara beberapa contoh bahasa non-Austronesia yang bisa dijumpai di Sumba, misalnya kata "daging" yang dilafalkan sebagai "tolu" di Mamboru dan "kabiyo" di Kodi. Â Kata "rambut" di Mamboru dilafalkan sebagai "longgi", sedangkan di Kodi disebut "longge".
Analisis genetika lebih lanjut menggunakan autosomal SNPs oleh Murray Cox dari Institute of Fundamental Sciences, Messey University, Selandia Baru (2015) menemukan dugaan terjadinya percampuran genetika Austronesia dan non-Austronesia yang pertama di Sumba sekitar 4.085 tahun lalu. Seperti analisis marka Y-kromosom, penelitian Cox ini juga menemukan keberagaman genetika Austronesia tertinggi berada di Wunga.
Dua penelitian ilmiah di atas telah menguatkan cerita lisan yang selama ini diturunkan dari generasi ke generasi di Sumba, seperti disebutkan oleh budayawan FWH di atas.***
Sumber:Â
[1] https://sains.kompas.com/read/2016/08/03/16291471/riset.perkuat.kisah.di.sumba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H