Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Basoeki Probowinoto: Pelintas Batas dari Salatiga

8 Agustus 2022   20:31 Diperbarui: 8 Agustus 2022   20:47 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata Supardan, atap itu menggambarkan tangan seseorang yang bersidekap menghatur sembah ke Sang Pemilik Kehidupan.

Bait Allah untuk Segala Bangsa di Dusun Bancaan Timur. Dokpri
Bait Allah untuk Segala Bangsa di Dusun Bancaan Timur. Dokpri

Rumah ini sengaja dibangun Probowinoto untuk orang Kristen dari denominasi mana pun yang ingin datang menyepi dan berdoa. Namun, gara-gara rumah doa ini pula, ia dicap telah mendirikan aliran baru dalam gereja Jawa. Banyak yang kurang sepaham dengannya. Mereka menilai ia condong kepada ajaran karismatik. Padahal Probowinoto seorang Calvinis totok.

"Sayang, pemikiran Bapak banyak tidak dipahami oleh teman-teman pendeta dan jemaat. Barangkali Bapak terlalu maju pemikirannya kala itu," kata Endang Wilandari.

Penilaian yang lebih fair datang dari Dr. Flip Litaay, ahli Sosiologi Agama pada  Departemen Pascasarjana Studi Agama-Agama UKSW.

"Pemikiran-pemikiran yang baru akan selalu memancing pro dan kontra. Pak Probo berada pada posisi itu. Ia mengenyam pendidikan tinggi, bergaul dengan beragam orang, paham politik, jadi wajar kalau pemikiran-pemikirannya lebih maju. Pemikiran yang maju kerap tidak berterima dengan baik. Itu yang terjadi dengan Pak Probo," jelasnya.

Flip mengenal Probowinoto saat ia menjadi utusan Gereja Protestan Maluku (GPM) untuk studi lanjut di UKSW.  Belakangan ia mendapat scholarship untuk studi doktor di Belanda.

"Saya justru ketemu pemikiran Probowinoto di salah satu kliping koran di Belanda. Ia mengatakan bahwa orang Belanda jangan pernah memaksa jemaat Kristen di Indonesia menjadi seperti mereka. Menurut   dia, orang Kristen di Indonesia harus tumbuh dari budaya dan kebiasaan Indonesia, bukan cangkokan dari Belanda," kata Flip.

Pemikiran ini,menurut dia, sangat luar biasa majunya pada tahun 1950-an dan  masih relevan dengan situasi kekristenan di Indonesia hari ini.

Flip adalah penulis buku Pemikiran Sosial Johannes Leimena tentang Dwi-kewargaan di Indonesia, salah satu buku rujukan paling lengkap tentang Johannes Leimena. Ia juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah Parkindo (Partai Kristen Indonesia) di Maluku dan anggota DPRD Propinsi Maluku kala itu. Seperti diketahui Probowinoto adalah salah satu penggagas dan pendiri Parkindo pada 1945.

Layak Jadi Pahlawan Nasional

Saya bertemu budayawan Salatiga, Slamet Rahardjo di Jambe Wangi siang itu. Ia mengajak saya ke Balaikota untuk melihat kantor Probowinoto saat ia menjadi anggota DPRD Sementara Kota Salatiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun