Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Basoeki Probowinoto: Pelintas Batas dari Salatiga

8 Agustus 2022   20:31 Diperbarui: 8 Agustus 2022   20:47 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemakaman Cungkup itu sedikit lebih tinggi dari Jalan Yos Sudarso di bawahnya. Tak jauh dari situ, sekitar sepelemparan batu jaraknya, adalah kompleks Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga.

 "Anak-anak dan cucu yang tinggal di Salatiga  selalu datang menaruh bunga segar di atas makam Bapak-Ibu,"kata Endang Wilandari, putri kedua Probowinoto di tengah kesunyian makam.

Dahulu, Supardan dan Wilandari satu almamater di UKSW Salatiga. Mereka  saling mencintai, dan kemudian menikah. Usai pensiun sebagai  Sekretaris Umum Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) di Jakarta, mereka berdua pulang kampung di Kutoarjo, Jawa Tengah.

Perintis Berdirinya UKSW

Probowinoto adalah perintis dan pendiri Persekutuan Perkumpulan-Perkumpulan Sekolah-sekolah Kristen (PPSK) di Jawa Tengah pada 1951. Organisasi ini kemudian berubah nama menjadi  Yayasan Perguruan Kristen (YPK) di Salatiga yang menaungi sekolah-sekolah dari tingkat SD, SMP, SMEP, SMA, SMEA dan SGA.  

Tahun 1955 Probowinoto mendirikan Yayasan PTPG Kristen Indonesia yang kemudian menjadi Yayasan Universitas Kristen Satya Wacana. Yayasan ini  yang mendirikan UKSW.

"Probowinoto melakukan langkah strategis waktu itu. Jepang kalah perang dan akan mengembalikan sekolah-sekolah zending kepada Belanda. Sesuai Kesepakatan Kwitang (Kwitang Accoord), Belanda akan menyerahkan sekolah-sekolah Kristen dan zending kepada gereja dan badan-badan Kristen. 

Pak Probo mendirikan yayasan untuk menunjukkan bahwa badan-badan Kristen siap menerima penyerahan itu," kata Dr. Nico L. Kana, penyusun biografi Probowinoto di atas. Nico adalah sosiolog dan pengajar pada Fakultas Ilmu Sosial  UKSW.

Dari Kutoarjo, saya bersama Supardan dan istrinya Wilandari berangkat naik mobil ke Salatiga. Sebenarnya hanya sekitar 3 jam dengan berjalan santai. Kutuarjo-Salatiga sekitar 50 km saja jaraknya.

Namun sial tak dapat ditolak. Di Magelang, di pertigaan menuju Terminal Tidar, ketika lampu lalu-lintas akan menyala merah, dua nona yang berboncengan sepeda motor memotong laju mobil kami dari kiri ke kanan. Sementara kami harus mengambil kiri sebelum lurus ke arah terminal. Tabrakan kecil terjadi, persis di depan polisi lalu-lintas.

Sebenarnya nona-nona itu yang salah.Tapi dengan kaki yang pincang tertindih motor, siapa yang tega membiarkan mereka? Jadilah keduanya dibawa ke RS Tidar di tengah kota Magelang. Ah, rupanya berurusan dengan polisi telaj membuat kami berada sepanjang siang di Magelang hingga pukul 21.00 ketika kami tiba di Salatiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun