Tiba di Jakarta saya mendatangi Pastor Adolof Heuken, SJ.  Dia ahli soal bangunan-bangunan kuno di Jakarta, dan sudah menuliskannya ke dalam  beberapa buku yang kini menjadi klasik.  Terhadap Sadrach, ia mengatakan seperti ini:Â
"Gerakan Sadrach merupakan inkulturasi. Dia termasuk berani, sebab arus penginjilan zaman itu masih sangat Eropa. Sekarang juga Gereja Katolik dan Protestan masih mewarisi banyak kebiasaan dari kekristenan di Eropa," kata dia.
Pada tanggal 14 November 1924 dalam usia 90 tahun, tokoh besar dalam pekabaran Injil di Karangjasa, Radin Abas Sadrach Soerapranata, meninggal dengan tenang di padepokannya.
                              ***
Hamparan makam itu berada di luar Kampung Langenrejo, Karangjoso. Makam orang Kristen dan Muslim dipisah jalan setapak. Lurus dari timur ke barat. Â Saya diajak masuk ke sebuah bangunan kecil dalam kompleks makam itu. Menyerupai rumah. Saya melepas sandal. Menyuruk ke dalamnya. Ada nisan hitam. Salib berkorpus tertancap di bagian atas. Â Ubinnya hitam dan dingin. Â Hening.Â
"Di sini Kyai dimakamkan," kata Mulyono.***
Sumber:Â
[1] Komunitas Sadrach dan Akar Kontekstualnya, BPK Gunung Mulia, Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H