Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendekar Kesehatan dari Bukit Iriliga (Selesai)

3 Agustus 2022   21:30 Diperbarui: 3 Agustus 2022   21:31 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kader dilengkapi dengan peralatan manual untuk menghitung kecepatan detak jantung. “Kalau lebih dari 100 denyut permenit dan nafasnya naik-turun (tersengal) kita harus bawa ke Puskesmas. Apalagi kalau panas tinggi,” kata Lanni.

Lanni pria sederhana yang murah senyum. Ia tidak memakai sandal sepanjang perjalanan dari Koragi-Iriliga. Ia mengajari saya cara menghitung detak jantung dengan peralatan aritimer.

(ki-ka) Sara Uaga, Lanni Koroba dan Demina Uaga, para kader kesehatan dari Bukit Iriliga/dok pribadi
(ki-ka) Sara Uaga, Lanni Koroba dan Demina Uaga, para kader kesehatan dari Bukit Iriliga/dok pribadi

“Saya berterima kasih sama WVI yang sudah ajar kami seperti ini,” kata Lanni dengan terbata-bata.

Sore menjelang. Matahari tersisa remang-remang sebelum masuk ke balik gunung. Suhu menjadi 15 derajat celsius. Sangat sejuk. Saya sengaja menjauh. Berdiri di belakang gereja, menikmati alam seasli-aslinya. Lembahnya seperti penuh misteri. Kicau burungnya. Bayangan bukitnya. Temaram cahaya matahari sorenya. Semua menyatu dalam keheningan yang dalam.

Saya bersyukur bisa bertemu dengan para kader, orang-orang sederhana yang berjibaku menyelamatkan kehidupan di bukit-bukit di Iriliga, Koragi, Onggabaga dan Kumudluk. Mereka benar-benar memeras keringat dan tidak mengeluh. Dalam segala keterbatasannya, mereka mau berbuat untuk sesamanya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun