Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hospice Surya Kasih: Biarlah Mereka Meninggal sebagai Manusia

2 Agustus 2022   10:54 Diperbarui: 2 Agustus 2022   11:00 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bruder Agustinus Adil, OFM, Pengelola Hospice Surya Kasih Papua (Dokpri)

Terlebih lagi pasien yang sudah pada tahap terminal. Mereka harus didampingi agar bisa menerima kematiannya dengan tenang.

"Saya bilang, Santo Fransiskus  Xaverius dahulu mengobati dan hidup bersama para penderita kusta. Kusta zaman modern adalah HIV-AIDS ini. Saya bersyukur bahwa tarekat bisa memahaminya. Tahun 2007 Hospice dibangun," kata Br. Agus.

Rumah pertama hanya bisa menampung tiga pasien. Seiring waktu pasien kian banyak. Dibangunlah gedung baru. Rumah yang di sisi bukit itu.

=000=

ODHA harus minum obat seumur hidup. Pengetahuan tentang disiplin minum obat dan sanitasi pribadi ditanamkan selama mereka berada di Hospice. Beberapa pasien yang "normal" memilih pulang kampung. Mereka secara mandiri bisa  mengambil obat ke Puskesmas terdekat.

Ratusan ODHA sudah merasakan hospitalitas di Hospice Surya Kasih. Mereka datang ke Jayapura dari seluruh penjuru Papua, untuk mencari "kesembuhan". Mereka tahu RS Dian Harapan salah satu rumah sakit yang mendapatkan mandat pemerintah untuk menangani ODHA. Obat diberikan secara gratis. Di Hospice, mereka kembali merasa sebagai manusia. Martabatnya dihargai. Setelah perlakuan tidak manusiawi keluarga dan masyarakat.

"Waktu saya kena, kakak kandung mengusir saya dari rumah. Saya hidup terlunta-lunta, dalam kondisi sakit. Saya pulang ke Serui, sama saja. Akhirnya saya kembali ke Jayapura. Waktu berobat di RS Dok II, Bidan Siti anjurkan saya untuk ketemu Bruder. Tahun 2018 saya tinggal di Hospice. Belajar teratur minum obat. Setahun kemudian saya keluar dan dicarikan kost,  sambil terus minum obat," kata Jeffry, pasien yang sudah berani membuka statusnya.

Jeffry kini bekerja di Klinik Reproduksi RS Dian Harapan yang dikepalai Br. Agus. Ia menjadi pendamping sebaya. "Banyak teman sebaya yang kena juga. Saya mendampingi mereka mulai dari minum obat sampai memberi mereka semangat. Kalau kita rajin minum obat, menjaga kesehatan dengan makan makanan bergizi, kita bisa beraktifitas seperti orang pada umumnya," kata Jeffry.

Pernah sebuah rombongan besar datang dari Malang, Jawa Timur. Mereka adalah anggota DPRD Kota dan Kabupaten Malang yang melakukan studi banding. Mereka hendak mendorong pemerintah di sana untuk membangun rumah singgah seperti Hospice. Entah bagaimana hasilnya?

"Beberapa mahasiswa S1 juga pernah menjadikan Hospice sebagai bahan skripsi mereka," kata Bruder Agus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun