Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tembakau Lilit dari Kodi, Pulau Sumba

2 Agustus 2022   06:33 Diperbarui: 2 Agustus 2022   06:39 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tembakau "lilit" dari Kodi 

Masuk akal belaka, sebab kalau tembakau yang enak dijual Rp 5.000 per lilitan, satu batang tembakau terdapat 500-1000 lilitan tali. Antara Rp 2,5---Rp 5 juta. Biasanya petani memiliki beberapa "batang" tembakau lilit ini. 

=000=

Tidak semua orang Kodi merokok. Apalagi dengan tembakau Kodi yang terasa berat itu. Seperti juga di daerah lain, orang Kodi lebih banyak membeli rokok bikinan pabrik. Kalau pun dijadikan rokok, biasanya diiiris tipis seperti tembakau rajangan, digulung dalam kulit jagung yang sudah dihaluskan, dibakar, dihisap. 

Persis rokok klobot kalau di Jawa. Tapi tanpa campuran "bumbu" apa pun di dalamnya. Di daerah Sumba Timur biasanya pakai daun lontar yang sudah digerus. Sehingga tidak sobek ketika digulung.

Orang Kodi biasanya mengunyah tembakau. Sepotong kecil tembakau diambil dan disisipkan di sela-sela gigi sembari mengunyah sirih-pinang. Istilah yang dipakai "muyo rombaku". Arti harafiahnya "makan tembakau". Barangkali karena dimasukan ke mulut sambil digigit perlahan itu.

Meskipun tak sepopuler berbagi sirih-pinang, jika sesama orang Kodi bertemu, tembakau menjadi salah satu "bahasa pergaulan". Ia barang yang dibagikan sebagai tanda keakraban.

Biasanya para "pemakan" tembakau menyimpannya dalam kleku (tempat sirih pinang), atau menyimpannya dalam "dompet" khusus yang diselipkan dalam saku baju atau celana. 

Pas nginang,  tembakau diambil untuk ditambahkan dalam sirih-pinang yang dikunyahnya. Terlepas dari sehat atau tidak sehat, saya pikir mengunyah tembakau lebih bisa diterima daripada merokok.

Kerap pula di Kodi ditemui orang yang teler karena mabuk tembakau. Apalagi pada hari pasar ketika orang melakukan test terhadap banyak tembakau yang dijual. Rasanya seperti kalau kita mabuk pinang. Kepala terasa pusing. Keringat mengucur deras. Mata berkunang-kunang. Tapi tak sampai pingsan. "Obat"nya mudah. Makan gula pasir. Atau minum air kelapa muda. Mabuk tembakau  pemandangan biasa di sana.

Tembakau juga adalah obat. Terutama bagi hewan yang terluka dan mulai membusuk. Dan mengeluarkan belatung. Daun tembakau mentah diperas lalu disiramkan ke luka tersebut. Atau tembakau yang sudah dililit, dikunyah dan ditempelkan pada luka. Biasanya belatung akan berebut keluar atau mati di dalamnya. Luka pun sembuh.

Saya pikir, zaman dahulu nenek-moyang orang Kodi sudah memakai tembakau sebagai bahan obat-obatan, minimal untuk pengobatan luka luar. Sementara di Jawa, rokok, sejak ratusan tahun silam telah menjadi medium untuk memasukkan obat-obatan ke dalam tubuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun