Mohon tunggu...
Alexandra Melinda
Alexandra Melinda Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMA

Pencinta semua jenis olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dan Persahabatan

25 November 2022   21:39 Diperbarui: 25 November 2022   21:42 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rere sedang mengerjakan pr matematika, tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan malas gadis itu mengambil ponselnya dan terkejut saat melihat nama yang tertera di ponselnya. Dibiarkannya beberapa saat ponselnya berdering sampai akhirnya berhenti sendiri. 

Rere bingung kenapa cowok itu tiba-tiba menelponnya dan darimana cowok itu dapat no hpnya padahal mereka tidak dekat. Setiap hari di sekolah mereka selalu bertemu dan selama ini pun mereka tidak pernah terlibat pembicaraan. 

Mereka memang beda kelas Rere kelas IPA XIIB dan cowok itu XIIA kelas mereka memang berdampingan makanya mereka sering berpapasan. Rere tahu nama cowok itu William wajahnya tampan, badannya tinggi, dan tegap. Pantaslah Liam anak-anak memanggilnya seperti itu karena dia adalah pemain basket. 

Kapten basket sekolah kita sifatnya yang cool dan kadang berkesan dingin menjadi tantangan bagi anak-anak cewek untuk mendekati Liam ataupun hanya untuk menarik perhatian. Tak terkecuali  sahabatku Sella yang selalu memuji-muji Liam dan selalu menonton setiap Liam bermain basket. Aku yakin Sella  pasti suka tuh sama Liam. 

"Re lo dah ngerjain pr mat? Pinjam dong gue mau nyontek punya lo Re," kata Sella dengan wajah memelas ketika aku baru saja memasuki kelas. "Kebiasaan lo Sell kalau datang pagi pasti ada maksudnya," jawabku. "Padahal kemaren hari Minggu loh ngapain aja sampe ga bisa ngerjain pr,"  ujarku sambil memberinya buku.

"Ya lo tahu sendirilah kalau kak Selly dah pulang selalu aja neror gue terus minta anter sana anter sini sampe tepar gue," sungut Sella. Aku hanya tersenyum mendengar Sella bersungut-sungut karena aku tahu gimana kak Selly kalau sudah ngerjain adiknya. "Re lo ngerasa ga sih kalau Liam makin ganteng aja."

"Ah itu sih mata loe aja yg katarak Sell."

"Loe perhatiin bener-bener deh Re matanya yang coklat hidungnya kayak perosotan bibirnya yang.... "Stop! Stop! Sella gue ga mau ya lo jadi gila  ini tuh masih pagi pelajaran aja belum mulai dah mikirin yang aneh-aneh aja deh lo," gerutu Rere sebal. 

Jam istirahat Rere dan Sella pergi ke kantin. Mereka memesan batagor dan mie ayam kesukaan mereka. Emang Rere dan Sella adalah sahabat yang tidak terpisahkan sama-sama cantik dan pintar. 

Bedanya Sella yang ceria cenderung cerewet sedangkan Rere anaknya pendiam bahkan temannya pun tidak sebanyak Sella. Tiba-tiba William and the gang yang sudah pasti anak-anak basket memasuki kantin. Anak-anak cewek semua pada melihat ke arah mereka dengan pandangan memuja. 

Siapa yang ga suka cuci mata melihat 7 cowok ganteng-ganteng dengan ciri khas masing-masing yang sudah pasti jadi incaran cewek-cewek. "Sell boleh ya kita duduk disini," tanya Ray dengan mata menggoda. 

Aku yang tadinya menunduk langsung mengangkat wajahku dan tanpa sengaja mataku bersiborok dengan mata coklat milik William beberapa detik dan aku merasa ada debar aneh di jantungku. Segera ku alihkan mataku melihat ke arah Sella yang sedang menjawab Ray tapi matanya memandang ke arah William.

"Apa yang sih yang ga boleh buat kalian," jawab Sella sambil tersenyum dan terus memandang William.

"Dasar Sella lebay," rutukku dalam hati. 

Apa maksudnya coba memperbolehkan mereka duduk bersama yang sudah pasti membuatku tidak bisa lagi menikmati batagor kesukaanku. Aku hanya diam mendengarkan Sella berbicara dengan mereka berpura-pura menikmati makananku.

"Sell temen lo bisu ya daritadi perasaan diam aja tuh,"tanya salah satu dari mereka yang aku tidak tahu namanya. "Ha...ha..." cowok-cowok  lainnya kulihat tertawa kecuali  William yang langsung menatapku lekat ketika aku mengangkat kepalaku dan memandang mereka dengan sengit." "Jaga omongan lo Van," tegur William

"Ya apaan sih loe Van ngomongin sobat  gue bisu awas loe ya!" Ancam Sella.

"Ya sorry!sorry! Ucap Revan menyesal."

"Liam kamu kapan tanding lg gue pengen nonton?" tanya Sella dengan tatapan memuja. "Bulan depan tapi tanggal pastinya belum ditentukan," jawab Liam.

"Jangan lupa kasih tahu ya gue pasti nonton dan akan selalu mendukung lo," kata Sella dengan senyum penuh harap.

"Sell gue ke kelas dulu," kataku memotong pembicaraan Sella dan teman-teman Liam. "Eh...tunggu bentar napa Re?" masih istirahat juga jawab Sella kesal.

"Terserah lo gue cabut," sahutku sambil jalan meninģgalkan mereka.

Menuju kelas aku berpikir kenapa Liam dari tadi seperti melirik-lirik ke arahku saat mengobrol di kantin apakah dia tidak merasa kalau Sella yang suka pada dirinya bukan aku.

Entahlah....awas aja kalau sampe hubunganku dengan Sella renggang gegara dia.

Hari Minggu pagi aku pergi jogging di taman komplek perumahan. Banyak penjual makanan di sana, itu salah satu alasan yang membuatku senang. Aku akan membeli setelah selesai lari pagi.

"Renata! Renata! aku mendengar ada yang memanggil namaku." Dan ketika aku membalikkan badanku aku terkejut melihat William ada di belakangku sambil terengah-engah.

"Re cepet banget sih larinya."

"Lo ngapain di sini?"tanyaku heran baru pertama kalinya aku melihatnya disini padahal dari dulu aku jogging di sini ga pernah tuh ketemu dia. "Ya jogging ya Re masa main basket sih," jawab William kesal.

"Masalahnya gue ga pernah liat lo di sini atau jangan bilang lo diam-diam ngikutin gue ya,"cecarku.

"Ya engga lah," jawabnya.

"Re duduk disana yuk! Dah cape gue, kita ngobrol-ngobrol dulu," William menunjuk bangku yang kosong di pinggir taman.

"Sebenarnya aku malas ngikutin dia sih aku bukan orang yang mudah bergaul gitu." Tapi kupikir lagi gapapa deh sekalian aku bisa mengorek hatinya gimana perasaannya terhadap sahabatku Sella." Akhirnya kami sampai di bangku taman, cukup lama kami terdiam sampai akhirnya

"Ree...!"

"Liam...!"

Tak sengaja kami berbarengan memanggil nama masing-masing.

"Ladies first," kata Liam sambil tertawa.

"Ok, gue mau tanya kenapa loe kemaren tiba-tiba menelpon  apa lo mau bertanya tentang sahabat gue Sella? Lo mau tahu banyak tentang dia? Berhubung gue adalah orang terdekatnya,"tanyaku antusias.

"Wait...wait...kenapa Sella?" "Gue nelpon loe ya karena gue emang mau ngobrol sama loe,"jelas William.

"Ha...maksud loe?"tanyaku bingung. 

"Ayolah Re kita mulai dari menggunakan aku kamu ya jangan loe gue,"pinta William

"Kamu beneran lupa ya sama aku?"tanya William sedih "Aku Rafael, Re," William mengatakan itu sambil menatapku tajam.

"Rafael!"

"Rafael! ulangku sambil berpikir keras." Tiba-tiba aku mengingat sesuatu....aahh....Ra ra fa "Kamu Rafa ndut," seruku keras.

"Aku dah ga gendut Re," protes William kesal.

"Itukan panggilan kesukaanku," balasku sambil tertawa melihat wajah kesal William.

"Seorang Rafa ndut telah menjelma menjadi Willian Rafael  yang tampan yang menjadi incaran cewek-cewek sekolah gimana aku bisa kenal kamu Rafa," godaku sambil menaik turunkan alisku. "Akhirnya kamu mengakui juga kalau aku tampan,"William balas menggodaku. "Padahal setiap bertemu kamu sombong banget Re kayak ga nganggep aku gitu," keluh William.

"He....he...sorry-sorry karena aku bukan fans kamu," jawabku sambil tertawa.

"Selama ini kamu kemana aja Rafa tiba-tiba menghilang ninggalin aku tanpa pesan apapun," tanyaku sedih.

Aku masih ingat betul waktu itu kami kelas 5 SD, kami berteman dekat karena emang ga ada yang mau berteman dengan Rafa karena badannya yang gendut membuatnya sering dibully dan aku lah yang selalu menjadi tamengnya. Kami selalu bersama bahkan kami suka pergi ke danau dekat sekolah hanya untuk bermain dan mengobrol. Hingga pada suatu hari aku tidak menemukan Rafa di danau padahal kita telah berjanji untuk bertemu di sana, dan keesokan harinya pun Rafa tidak masuk sekolah. Sehari seminggu sebulan bahkan sampe kenaikan kelas aku tidak pernah melihat Rafa lagi. Sedih tentu saja marah apalagi seakan Rafa tidak menganggapku sahabatnya. Seiring berjalannya waktu akhirnya aku bisa melupakan Rafa.

"Maafkan aku Re, waktu itu aku mau pergi ke danau sesuai janji kita tapi naas aku mengalami kecelakaan sebuah motor yang berlari kencang menabrakku. Aku tersadar saat  aku telah berada di rumah sakit di Singapura. Kata mama aku ga sadar sampai 10 hari karena aku terlambat dibawa ke rumah sakit, aku korban tabrak lari Re,"Rafa menjelaskan sambil menatapku sedih.

"Setelah sebulan aku di rumah sakit aku diperbolehkan pulang tetapi tetap harus menjalankan terapi untuk melancarkan jalanku. Dan ternyata kami pindah ke Singapura karena papa dipindah tugaskan, 2 tahun lalu papa kembali pindah ke Indonesia dan selanjutnya kamu tahu kan ceritanya aku sebagai anak baru di sekolahmu dan menjadi cowok most wanted dikalangan cewek-cewek cantik,"guraunya dengan sombong.

"Sebenarnya saat pertama kali melihatmu aku sangat terkejut dan senang aku ingin menyapamu tapi ketika melihatmu begitu acuh dan sangat pendiam aku jadi ragu Re tapi aku penasaran apakah kamu Rere sahabat kecilku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menelponmu. Ya...walaupun ga diangkat sih," jelas Rafa sedih.

Akhirnya kami terlibat pembicaraan seru sambil diselingi tawa,  sampai kami tak sadar kalau hari sudah beranjak siang. Bahkan taman pun sudah mulai sepi.

Akhirnya kami kembali pulang ke rumah setelah berjanji akan memulainya kembali seperti dulu. Tanpa mereka sadari di ujung taman seseorang memperhatikan kedekatan mereka sejak tadi dengan hati yang patah.

"Hari Senin aku pergi ke sekolah dengan perasaan teramat senang dan aku pergi lebih pagi dari biasanya. Aku akan menceritakan tentang Rafa pada Sella dan akan menjadi mak comblang buat mereka he..he...," aku sangat senang memikirkan rencanaku. "Sella! Sella!" Teriakku ketika memasuki kelas dan kulihat di kelas pun tidak ada siapa-siapa kecuali Sella tentunya makanya aku berteriak he....he....  

Aku segera menghampiri Sella dan duduk di sebelahnya karena kami memang sebangku. Tapi kulihat ada yang aneh pada diri Sella tidak biasanya Sella diam saja dan tidak mempedulikanku.

"Sella loe kenapa?"tanyaku sambil menatap wajahnya yang kulihat sangat sedih dan mata yang sedikit membengkak seperti habis menangis. Sella tetap diam memandangku dengan sorot kebencian. "Sella kamu kenapa apakah ada yang menyakiti kamu?"tanyaku lagi.

Sella menatapku tajam dan marah. "Ya memang ada seseorang yang membuat aku sakit hati dan sangat membuat aku kecewa," jawab Sella sinis sambil menatapku dengan penuh kebencian.

"Siapa Sell?"tanyaku bingung.

"Gak usah pura-pura bodoh deh Re kamu tahukan aku paling ga suka sama orang yang munafik,"jawabnya sinis.

"Apa maksudmu Ra, gue  ga ngerti," ujarku bingung. "Ha...ha...kamu masih gak ngerti kamu tuh orang paling munafik yang aku kenal Re dan sayangnya kamu tuh sahabatku. Tapi sekarang lo bukan sahabatku  lagi Re. Aku ga mau punya sahabat yang menusuk sahabatnya sendiri dari belakang." teriak Sella dengan marah.

"Masih belum ngerti juga?"ejek Sella dengan sinis. "Siapa yang bilangnya gak suka sama William siapa yang bilang William tuh cowok angkuh dan gak peka siapa yang bilang kamu tuh cantik Sell bisa dapetin cowok yang lebih segalanya dari William, siapa Re siapa?"teriak Sella keras dan marah.

"Kamu Re! Kamu Rere!" "Sekarang aku tahu kenapa kamu bilang begitu karena kamu juga suka sama William kan? Karena kamu ingin William hanya untuk kamu kan!" ucap Sella sambil menudingkan telunjuknya ke mukaku.

"Jawab Re jawab!" Dan kuharap kamu tidak akan mengelak karena gue punya buktinya, teriak Sella lagi. "A..a..ku  aku gak ngerti. Kamu salah paham Sell. "Aku dan William tidak ada hubungan seperti yang kamu maksud. Kami hanya bersahabat, William ternyata sahabat kecilku yang hilang Sell sungguh,"jelasku sambil menenangkan Sella.

"Ha...ha...kulihat Sella tertawa sedih." "Sudahlah Re ga usah mengelak lagi aku bahkan melihat sendiri bagaimana akrab dan dekatnya kalian. Selamat ya kalian sudah berhasil membohongiku selama ini," ucap Sella getir sambil meninggalkanku.

Sejak kejadian itu hubunganku dan Sella benar-benar putus. Sella selalu menghindariku dan menolak setiap kali kuajak bicara. Sedih sudah pasti kurasakan apalagi jika aku melihat Sella suka melamun dengan wajah yang sedih. Aku takut itu akan mengganggu pelajarannya walaupun kutahu Sella anak yang pintar, tapi perasaan kuatir tetap ada karena aku selalu menganggap Sella sahabatku dan sekarang kami sedang salah paham saja.

William juga tahu hubunganku dengan Sella yang tidak sedang baik-baik. Dia menawarkan untuk membantuku dengan memberi penjelasan kepada Sella, tapi aku menolaknya dan mengatakan akan menyelesaikannya sendiri. Aku juga meminta William untuk menjaga jarak denganku seperti dulu karena aku tidak mau Sella semakin salah paham dan membenarkan pikirannya yang salah.

Hingga pada suatu hari William mengatakan bahwa Sella menungguku di ruang musik setelah pulang sekolah. Dengan semangat aku menuju ruang musik dan ketika aku membuka pintu kulihat Sella sedang berdiri di dekat jendela.

"Sella,"panggilku pelan.

Sella membalikkan badannya dan terkejut melihatku. "Ooh jadi ini akal2an kamu Re dengan memakai nama William supaya aku datang menemuimu. "Ha??"justru William yang memintaku untuk menemuimu di ruang musik?"jelasku

"Aaahhh ternyata kita ditipu oleh William,"geram Sella sambil melangkah hendak meninggalkan ruangan. "Sell tunggu!"Rere menahan Sella dengan memegang tangannya. 

"Tolong sekali ini dengarkan penjelasanku! Kalau nanti kamu masih tidak bisa menerima, itu hak kamu, yang pasti aku sudah berusaha untuk mempertahankan persahabatan kita karena bagiku persahabatan lebih penting daripada cinta Sell." jelas Rere sedih berusaha meyakinkan Sella.

"Sell..Rere menggoyangkan tangan Sella ketika dilihatnya Sella hanya diam saja.

"Oke oke!" "Aku akan mendengarkan penjelasanmu tapi ga pake lama aku ga mau membuang waktuku sia-sia,"jawab Sella galak.

Rere tersenyum mendengar jawaban Sella. Rere menceritakan semuanya tentang William yang ternyata adalah Raffael sahabat kecilnya, tentang kebersamaan mereka di waktu kecil tanpa ada yang disembunyikan.

"Hari minggu itu dimana kamu melihat aku dan William di taman komplek, itu  pertama kalinya aku tahu kalau William adalah Raffael." Kamu tahu Sel aku bahagia sekali mengetahuinya dalam pikiranku sudah berencana untuk menjadi mak comblang antara kamu dan William tapi ternyata rencanaku gagal karena kamu yang salah paham menjadi sangat marah bahkan membenciku,"ucap Rere sedih.

"Siapa yang gak salah paham kalo sehari sebelumnya William mengatakan padaku untuk berhenti mengejarnya karena di hatinya sudah ada gadis yang dicintainya. Dan ketika keesokan harinya aku ke rumahmu untuk menceritakan kesedihanku,  Om Danu mengatakan kalau kamu sedang jogging di taman komplek. Aku segera menyusul ke sana tapi apa yang kulihat disana? Kamu dan William sedang tertawa gembira begitu akrab dan dekat. Siapa yang ga akan marah Re? Aku benar-benar kecewa hatiku hancur Re.”

Dari pemandangan yang kulihat aku tahu bahwa gadis yang dicintai William adalah kamu Re sahabatku," Sella terisak sambil menunduk.

"A...a...ku aku ga tahu Sell sungguh aku ga tahu kalau William mencintaiku tapi bisa jadi bukan aku kan?" "Dia tidak menyebutkan siapa gadis itu kan?"tanya Rere getir dia bisa merasakan kesakitan yang Sella rasakan kalau memang benar. Dalam hati, Rere mengutuk William dan berjanji akan mengetuk kepala William jika bertemu. Beraninya Rafa menyakiti Sella sahabatnya gadis yang cantik, pintar, baik dan ramah. "Dasar Rafa nduutt," teriak Rere dalam hati sambil mengepalkan tangannya.

"Gak usah disebutin juga semua orang akan tahu melihat bagaimana dia memandangmu Re," jawab Sella lesu.

Rere mengambil kedua lengan Sella dan menggenggamnya.

"Sell kamu kenal aku sudah lama dan kamu dah tahu dalam-dalamnya aku, baik dan buruknya aku. Kamu percaya kan sama aku? Kamu juga tahu kan motto aku gak mikirin cinta selama di SMA? Aku ingin meraih cita-citaku untuk menjadi dokter, jadi apapun yang William katakan aku tidak akan terpengaruh, aku harap kamu pun masih ingat cita-citamu untuk menjadi arsitek handal. 

Perjalanan kita masih panjang Sell, kita ga tahu siapa jodoh kita . Jadi hayu kita fokus dengan cita-cita kita jangan hanya karena cinta, cita-cita kita terhalang dan persahabatan kita terputus Sell. Sebentar lagi kita ujian dan setelah itu kita akan berpisah untuk melanjutkan mimpi dan cita-cita kita. Jadi kuharap persahabatan kita tidak terputus bahkan setelah kita berpisah pun nantinya," Rere mengatakan itu dengan pandangan penuh harap.

Tiba-tiba Rere merasa dirinya dipeluk dan baju di pundaknya sedikit basah, Rere mendengar Sella terisak sambil berkata, “maafkan aku Re...maaf....aku jahat banget ya sama kamu.”

"Aku janji Re kita tetap akan menjadi sahabat yang tak terpisahkan walaupun tempat yang akan memisahkan, kita tetap akan bersama."janji Sella

Mereka berdua berpelukan sambil menangis kemudian tertawa bersama.

Di luar pintu William yang mendengarkan merasa senang melihat Rere dan Sella telah berbaikan. Walaupun tidak bisa dipungkiri ada sedikit dari hatinya yang tercubit sakit mendengar penolakan Rere secara tidak langsung. Tapi dia merasa apa yang dikatakan Rere memang benar, jalan mereka masih panjang sebentar lagi mereka akan lulus dan berpisah untuk melanjutkan cita-cita bahkan William berencana melanjutkan ke luar negeri.

Tiba-tiba pintu ruang musik terbuka. Dua sahabat yang sedang berpelukan tersentak kaget dan pelukan mereka terlepas. Keduanya segera menengok ke arah pintu dan terkejut melihat siapa yang berjalan ke arah mereka.

"Liam!" teriak mereka berbarengan.

Dengan tersenyum William menghampiri mereka dan menggandeng tangan mereka berdua sambil berkata," Aku salut sama kalian, persahabatan kalian yang begitu tulus dan cita-cita kalian yang luar biasa, untuk itu aku akan menjadi saksi untuk kalian berdua bagaimana kalau 5 tahun lagi kita bertiga berjanji untuk bertemu kembali dengan kondisi yang  berbeda."

"Apa maksudmu?" Tanya Rere tidak mengerti begitu pun Sella yang hanya memandang William dengan wajah bingung.

William tersenyum melihat kebingungan mereka. "5 tahun lagi kalian sudah harus menjadi orang yang berguna seperti cita-cita kalian, Rere menjadi dokter, Sella menjadi arsitek, dan aku menjadi businessman yang handal."

"Bagaimana?" Tanya William sambil tersenyum. "Siapa takut!" Jawab Rere spontan. "Ya kan Sell?" tangan Rere menyenggol Sella.

"Ya...siapa takut!" Ucap Sella tegas.

"Ok deal!" "5 tahun lagi kita bertemu kembali," teriak mereka serempak sambil menautkan tangan mereka. Akhirnya mereka tertawa bersama dan masing-masing menceritakan tentang harapan mereka untuk diterima kuliah di kampus yang mereka inginkan.

Sella yang tetap di Bandung memilih arsitek ITB, Rere yang pindah ke Jakarta karena ingin diterima di kedokteran UI dan William yang ingin mengambil sekolah Bisnis di London. Mereka hanya bisa mendoakan agar cita-cita mereka tercapai.

END

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun