Mohon tunggu...
Alexander Ginting
Alexander Ginting Mohon Tunggu... -

penikmat warta (berkunjung juga ya, ke blog saya : www.solusiinspirasi.wordpress.com)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hati Yang Menepi

31 Agustus 2011   06:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:20 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Nek, saya ke sini atas saran ibu saya.”

“Ibu kamu siapa ?”

Leila beranjak dari duduknya. Ia melangkahkan kakinya mendekati Bu Sadariah, dan duduk di sampingnya. Ia tampak akrab dengan Bu Sadariah.

“Ibu saya Nuraini, Nek.”

Mendengar nama itu, Bu Sadariah mencoba mengingat-ngingatnya. Sedalam ingatannya menelusuri waktu bergulir berlalu, ia tetap saja tak mengingatnya. Dahinya mengerut. Akhirnya, ia mengalah.

“Saya tak ingat nama itu, Nak.”

“Kalau dengan Pak Nurdin ?”

“Nurdin yang rumahnya di samping kantor kepala kampung ?”

Leila mengangguk.

“Nurdin yang anak perempuannya dulu mau menggugurkan janinnya ?”

Leila mengangguk lagi, dan tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun