“Nek, saya ke sini atas saran ibu saya.”
“Ibu kamu siapa ?”
Leila beranjak dari duduknya. Ia melangkahkan kakinya mendekati Bu Sadariah, dan duduk di sampingnya. Ia tampak akrab dengan Bu Sadariah.
“Ibu saya Nuraini, Nek.”
Mendengar nama itu, Bu Sadariah mencoba mengingat-ngingatnya. Sedalam ingatannya menelusuri waktu bergulir berlalu, ia tetap saja tak mengingatnya. Dahinya mengerut. Akhirnya, ia mengalah.
“Saya tak ingat nama itu, Nak.”
“Kalau dengan Pak Nurdin ?”
“Nurdin yang rumahnya di samping kantor kepala kampung ?”
Leila mengangguk.
“Nurdin yang anak perempuannya dulu mau menggugurkan janinnya ?”
Leila mengangguk lagi, dan tersenyum.