Gelap malam telah menyelimuti jagad raya. Kini hanya terang semu sang lampu yang mampu menyinari jagad raya ini. Terang tersebut menampilkan siluet seorang anak yang sedang duduk dipelataran rumah yang berdindingkan geribik. Posisi rumah yang tidak jauh dari perkotaan, membuat bisingnya kendaraan kerap kali terdengar di kuping masyarakat sekitar. Namun kebisingan-kebisingan tersebut tidak mengurangi niat masyarakat pedesaan dan anak tersebut untuk tetap bersemayam dipedesaan itu.
Anak yang kerap disapa Boy tersebut, tinggal disebuah rumah geribik bersama seorang wanita yang sudah lanjut usia. Seseorang tersebut yang membesarkan dan mengurusinya hingga sekarang, wanita itu kerap kali dipanggil Emak oleh si Boy. Setiap hari Emak bekerja di pasar untuk menjual anyaman bambu, walau kerap kali tidak laku. Akan tetapi Emak tetap menggeluti pekerjaannya itu, karena menurutnya hanya itulah pekerjaan yang dia bisa kerjakan.
***
Gelap yang berangsur-angsur menghilang, digantikan oleh terang sang mentari. Kini saatnya bagi Boy untuk berangkat sekolah. Seperti biasa, sebelum Boy berangkat sekolah Ia akan berpamitan kepada Emaknya.
"Mak, Boy berangkat sekolah dulu ya"
"Iya nak, hati-hati"
"siap mak"
Sesampai di sekolah Boy langsung membaurkan diri dengan teman-temannya. Kegiatan di sekolah berjalan semestinya. Boy dan teman-temannya mengikuti pelajaran dengan baik. Jam sudah menunjukkan pukul 09.00, kini waktunya untuk beristirahat.
Seperti biasa, pada saat istirahat Boy bersama teman-temannya pergi ke kantin di belakang sekolahnya. Mereka berbincang-bincang dengan seru, walau tidak jelas apa yang mereka perbincangkan. Sambil berbincang-bincang Boy dan teman-temannya membeli makanan di pinggir jalan yang tidak tahu bagaimana kualitasnya. Dari jauh tampak seorang anak laki-laki yang sedang memperhatikan Boy dan teman-temannya.Ternyata anak itu adalah Udin tetangga Boy, tak lama kemudian Udin menghampiri Boy. Tanpa pikir panjang Udin langsung merampas makanan yang ada ditangan Boy dan langsung membuangnya. Wajah Boy menunjukkan kegeramannya, sehingga terjadilah adu mulut diantara mereka.
      "Maksudmu apa ? Buang-buang makananku" Kata si Boy dengan nada tinggi
      "Kamu kenapa kok makan makanan sembarangan?" Jawab si Udin
      "Terserah aku lah, emangnya kamu siapa aku kok sok-sokan ngatur aku ?"
      "Aku bukan bermaksud buruk sama kamu, aku Cuma peduli sama kamu"
      "Simpan aja pedulimu, aku gak butuh. Gak usah mengurusi hidup orang lain"
Boy pun pergi meninggalkan Udin.
***
Gelap yang telah menjadi terang menandakan hari yang baru telah datang. Kebetulan hari yang tunggu-tunggu karena besok adalah hari ulang tahun Boy. Walaupun jalan masih diselimuti embun pagi, Boy bergegas untuk pergi ke sekolah dengan penuh kesenangan. Bukan tanpa sebab Boy pergi lebih pagi dari biasanya, Boy pergi lebih pagi karena banyak tugas yang belum dia kerjakan dan dia ingin memberikan undangan kepada teman-temannya.
Sesampainya di sekolah, Boy langsung mengerjakan tugasnya. Tak berselang lama temannya Udin datang. Udin memang anak yang rajin, maka dari itu dia selalu berangkat lebih awal. Dari kejauhan Udin langsung mendekati Boy yang sedang mengerjakan tugas. Namun ketika didekati oleh Udin Boy justru pergi meninggalkan Udin. Itu karena Boy masih marah denga Udin karena perbuatannya kemarin.
***
"kring...kring...kring..." Bel sekolah berbunyi, menandakan kegiatan belajar mengajar selesai. Boy langsung bergegas menemui satu-persatu temannya untuk membagikan undangan pesta ulang tahunnya. Semua teman Boy menerima undangan tersebut termasuk Udin, walaupun dengan terpaksa membagikan undangan kepada Udin, Boy tetap membagikannya.
Saat sampai di rumah Boy langsung menemui emaknya dan meminta kepada emaknya agar besok diadakan pesta untuk ulang tahun Boy. Akan tetapi emak menolak tawaran itu, karena uang emak sudah habis untuk membayar keperluan sekolah Boy dan membayar hutang. Namun Boy tetap bersikeras agar ulang tahun tetap dirayakan dengan pesta. Emaknya ingin agar ulang tahun Boy dirayakan dengan perayaan biasa saja bukan dengan pesta.
      "mak... besok ulang tahun Boy dirayakan dengan pesta yang besar ya..."
      "tapi emak gak punya uang nak"
      "pokoknya harus dirayakan mak" Boy pergi meninggalkan emaknya
      (emak terdiam melihat ulah si Boy)
Dimalam harinya, emak menjelaskan kepada Boy tentang kondisi ekonomi keluarganya. Walaupun awalnya Boy tidak percaya, namun akhirnya dia sadar kalau dia bukan orang yang mampu dari segi ekonomi. Tetapi undangan sudah terlanjur disebarkan, Boy juga tidak tau apa yang dia katakana kepada temannya tentang hal ini.
***
Petang yang menyelimuti bumi kian memudar, digantikan dengan sinar terang san fajar. Dengan wajah yang murung Boy pergi ke sekolah. Langkah kaki yang seperti tidak ada niatan untuk hidup, menandakan bahwa hari ini adalah hari yang sangat sulit untuk Boy. Padahal seharusnya hari ini adalah hari yang menggembirakan untuk Boy, karena hari ini usia Boy bertambah menjadi 16 tahun. Dengan itu, menandakan bahwa Boy bertumbuh semakin dewasa.
Setelah sampai di sekolah, Boy menjelaskan tentang pesta ulang tahunnya yang dibatalkan kepada satu persatu temannya. Teman-temannya hanya diam dan menerima penjelasan dari Boy.
***
Semua pelajaran sudah berakhir hari ini, Kini saatnya bagi para murid untuk pulang ke rumah masing-masing begitu pun dengan Boy. Dia bergegas untuk pulang ke rumah karena dia sudah tidak sabar untuk merayakan ulang tahunnya.
Sesampainya di rumah, dia dan emaknya langsung mempersiapkan semuanya. Hampir satu jam dia berserta emaknya menunggu, tak ada satu pun teman yang datang. Dari kejauhan terlihat seorang anak laki-laki, dia kelihatan terburu-buru dengan membawa suatu benda yang berbentuk persegi panjang dan mengarah ke rumah Boy. Tak disangka, anak laki-laki itu adalah si Udin teman sekaligus tetangga si Boy. Benda berbentuk persegi panjang itu adalah kado, yang rencananya akan diberikan kepada Boy.
Saat diberikan kado itu, Boy sungguh terharu karena orang yang selama ini dia benci dan dia hindari, tanpa disadari menjadi orang yang sangat peduli dengannya. Kini Boy menyadari apa itu sahabat. Sahabat adalah orang yang selalu memberikan pendapatnya mengenai prilaku yang dilakukan oleh temannya, tanpa takut jika temannya marah atau benci dengannya. Karena itu dilakukan demi kebaikan temannya, sahabat bukanlah teman yang membiarkan temannya melakukan hal yang buruk dan sahabat bukanlah orang yang berprilaku baik saat di depan temannya dan berprilaku buruk di belakang temannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H