Mohon tunggu...
Aletheia
Aletheia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di SMP Alam Planet Nufo, Rembang, Jawa Tengah

Pelajar ingusan yang tengah bersengketa dengan kegabutan duniawi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sweet 17th

20 Oktober 2022   12:00 Diperbarui: 20 Oktober 2022   12:06 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"15 tahun," jawabku singkat. Ia kembali terkekeh. Lantas berbisik ke telinga kanan suami barunya itu, yang tak lain adalah omku. Mereka berdua terkekeh. Sial, ada apa ini?

"Sebentar lagi sweet seventeen dong, hehehe."

Masih dua tahun lagi. Ya, sebentar, atau lama, ini relatif. Lalu, ada apa dengan diriku di umur ketujuh belas?

"Memangnya bakal terjadi apa kalau saya sudah 17 tahun, Nan?"

Mereka bersitatap, kemudian kembali melihat kepadaku misterius.

"Usia 17 tahun itu adalah masa-masa yang rawan, Bang. 17 tahun itu, juga menjadi penentu bagaimana masa depan Abang, percaya nggak?" tukas Nantulang menggantung. Aku menggeleng.

"Di usia 17 tahun itu, manusia akan diuji dengan dunia yang lebih kompleks, dengan sisi dunia yang sebenarnya memiliki banyak hal-hal baru yang tampak menarik. Di usia 17 tahun itu, manusia mengalami perkembangan hormon besar-besaran, dan itu berdampak pada pola pikir manusia terhadap suatu hal, masa-masa di mana rasa ingin tahu mereka akan segala hal akan melonjak cukup tinggi," jelas Nantulang teliti.

"Jadi?" aku masih tak bisa menangkap maksudnya.

"Jadi, tanpa adanya iman yang kuat, pengawasan yang ketat, mereka akan hancur. Mengapa? Rasa ingin tahu mereka menjerumuskan mereka ke dalam kemaksiatan dan perbuatan yang bertolak belakang dengan norma."

Ah, benarkah? Lantas mereka kembali bertatapan, dan aku kembali dengan wajah cemberutku. Mereka selalu saja begitu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun