2) Budaya inovatif
- Memahami budaya semacam ini membutuhkan lingkungan di mana orang bebas untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan gagasan mereka. Setiap anggota bebas untuk berbagi ide dan upaya kreatif mereka. Insentif yang kuat bagi setiap orang untuk bebas berkreasi disediakan oleh rangsangan sekitar. Itu menarik dan dinamis karena ada sedikit batasan pada kinerja tugas dan jalur komunikasi terbuka lebar.
- Orang-orang yang senang bekerja di organisasi yang berinovasi, menimbulkan tantangan, berwirausaha, mengambil peluang, kreatif, dan berorientasi pada hasil akan mendapat manfaat dari budaya inovatif ini. Menemukan keseimbangan antara keluarga, karier, dan kesenangan di tempat kerja yang inventif bisa jadi menantang. Orang yang kreatif biasanya mampu bekerja keras, berpikir mandiri, pantang menyerah, dan mampu berkomunikasi dengan baik.
- Orang yang terpola dalam lingkungan seperti itu biasanya tidak pernah merasa bosan atau tidak tertarik. Karena kebosanan dan kejenuhan dibawa oleh konsepsi pribadi tentang pekerjaan sebagai urutan tugas rutin yang dapat diselesaikan dengan cepat: Di sisi lain, orang kreatif memiliki kapasitas untuk mengubah perspektif pekerjaan dan jenis pekerjaan yang monoton menjadi sesuatu yang lebih menarik dan menarik. tidak membosankan.
- 3) Budaya Suportif
Berbeda dengan kedua tipe di atas, budaya suportif menekankan nilai-nilai kekeluargaan seperti keharmonisan, keterbukaan, keramahan, kerjasama, dan kepercayaan, yang menciptakan kondisi kerja yang hangat dan menyenangkan. Keterbukaan terhadap lingkungan yang damai adalah ciri dari keluarga besar. Perusahaan mendukung pekerjanya dan memberi mereka otonomi. Budaya ini menekankan hubungan, keadilan, dan sosial.
Budaya ini digambarkan sebagai "fuzzy environment to work" oleh Wallach (1983). Dengan penggunaan atribut ini, orang dijadikan titik fokus organisasi, membuat interaksi peserta di bidang minat utama. Saling membantu, persahabatan, kepedulian terhadap orang lain, saling percaya, dan keadilan antara peserta dipupuk di tempat kerja.
Kesimpulan
Dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan, pengarahan, pengaturan, dan evaluasi, strategi yang dijalankan sangat terkait dengan fungsi manajerial. Selain itu implementasi strategi berkaitan dengan fungsi strategis dalam hal produksi, pemasaran, promosi, pendanaan, sumber daya manusia, penghubung dengan pihak lain, pemasok, konsultan, dan agen dengan tetap mengedepankan keadilan, kejujuran, dan keterbukaan. Kepemimpinan dan struktur juga dipertimbangkan. Kerangka kerja yang jelas dan kepemimpinan yang efektif akan membantu penerapan teknik pencapaian tujuan institusional menjadi lebih mudah dipahami. Komitmen dan kepuasan kerja menambah kontribusi. Jika karyawan senang dan bertepuk tangan dengan nilai-nilai dan budaya institusi, strategi bisa lancar. Plus, untuk mengimplementasikan rencana tersebut.
Saran
Perusahaan harus mempertimbangkan tujuan dan persyaratan SDM ketika mengembangkan dan menerapkan strategi untuk memotivasi karyawan dengan benar, mempertahankan budaya organisasi, dan bahkan mendorong pertumbuhannya sejalan dengan tujuan perusahaan. Ini akan memungkinkan kedua belah pihak untuk mendapatkan keuntungan dari kesuksesan perusahaan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H