Aku hanya bisa tersenyum melihat mereka melangkah menjauh sembari aku memasuki bus. Aku duduk tepat dibalik jendela menatapi rintik-rintik hujan. Pandanganku teralih keatas, melihat langit berawan dengan matahari yang ditutupinya. Aku hanya sanggup melihat awan, dan saat aku melihatnya, pikiranku teralih kepada sang gadis.
Awan mulai bergerak, membiarkan matahari kembali melakukan tugasnya. Mataku sakit sehingga harus mengalihkan pandangan. Sakit yang berbeda saat aku melihat lelaki yang tadi, yang menggenggam tangan awanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H