Steve kemudian turun dari mobil dan membuka pintu untukku lagi. Sinar matahari sore menyinari wajahnya, menajamkam bentuk-bentuk wajahnya yang sudah tidak kuingat sejak lama. Setelah aku keluar dari mobil, Steve menutup pintunya, kemudian kedua tangannya berada di samping kanan dan kiriku, mengunciku untuk diam dan tetap bersandar ke mobilnya.
"Ap-apa yang ingin kau lakukan?" aku bertanya dengan panik.
Wajah kami begitu dekat. Steve memejamkan matanya kemudian membawa wajahnya lebih dekat lagi. Semakin dekat, hingga aku takut dengan apa yang terjadi setelahnya jika aku tidak memalingkan wajahku.
Tapi kenapa aku tak ingin melakukannya?
Semakin dekat wajahnya membuatku takut dan ikut memejamkan mata. Apakah ini hanya mimpi?
Dan tiba-tiba saja..
To be continue
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H