Mohon tunggu...
Aldo Esiva
Aldo Esiva Mohon Tunggu... -

Seorang pemuda yang bertekad ingin menjadi Dirjen Pajak !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terbiasa Sabar Untuk Terbiasa Patah Hati

30 Juni 2015   08:37 Diperbarui: 30 Juni 2015   09:07 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

     Pagi itu langit sangat cerah, matahari berkilau dengan hebatnya, awan pun mengikutinya, tak lupa Alva yang begitu semangatnya untuk berangkat ke sekolah. Alva kecil sendiri masih kelas 4SD. Dia murid pindahan dari suatu kota besar yang ada di Jawa Timur. Awalnya Alva tidak begitu antusias untuk bertempat tinggal di kota barunya ini, Madiun. Pagi itu dia begitu semangat untuk berangkat ke sekolah, bukan karena tempat belajarnya, bukan karena pelajarannya, bukan karena gurunya dan juga bukan karena sekolah favoritnya, namun dia begitu bersemangat karena akan segera menemui teman 1 kelasnya yang dia sukai semenjak pertama kali melihatnya. Awal sekolah  Alva tidak terlalu peduli dengan lingkungan sekitarnya, namun pandangan dia berubah ketika Ratna mengajaknya mengobrol untuk pertama kalinya pada hari-hari sebelumnya.

   Alva kecil terenyuh, terpana, dan terkejut ketika salah satu perempuan cantik di kelas itu mengajaknya berbicara. Dan Alva kecil menjawab pertanyaan dari Ratna dengan terbata-bata. Tak tahu arah dan jalan kemana obrolan tersebut, yang pasti  ketika itu Alva kecil sangat bahagia. Hari-hari pun berlalu, di kelas tak jarang pula Alva melirik si kecil Ratna hanya untuk menggodanya, membuatnya tersenyum dan membuat Alva senang. Semakin hari Ratna juga sepertinya menyukai Alva, namun ketika itu masih kelas 4SD, pasti cinta anak kecil yang biasa disebut “Cinta Monyet”.  Alva kecil tak pernah kehilangan ide hanya untuk menggoda, mengobrol ataupun membuat Ratna tersenyum, tak sekalipun dia absen untuk melewati rencana tersebut, setiap hari. Tahun pelajaran pun berakhir, kami sama-sama naik kelas dan kembali bersama. Bersama untuk sekelas lagi. Wajar karena dari kelas 1-6, sekolah tersebut tidak pernah di rubah, jadi dari kelas 1 sampai kelas 6 pasti selalu bersama.

   Ketika kelas 5 pun Alva masih saja selalu dekat dengan Ratna , berbagai cara dia lakukan agar setidaknya mengobrol dengannya. Menawari pergi ke kantin bersama, meminjam buku ataupun alat tulis. Naik kelas 6 suasana berubah, karena teman-teman tak terkecuali Alva dan Ratna lebih fokus untuk belajar karena akan menghadapi Ujian Nasional dan memilih  SMP untuk melanjutkan pendidikan ini. Mulai jarang kebiasaan Alva yang selalu membuat Ratna tersenyum malu, karena mereka juga lebih serius ke pelajaran. Hal ini membuat Alva mengenang apa yang dia lakukan hanya untuk membuat Ratna tersenyum. Dia mengingat, pernah ketika bel pulang sekolah berbunyi, Alva menyempatkan bermain bola terlebih dahulu dengan teman-temannya, karena kakak yang biasa menjemput dia pulang tak kunjung datang. “Alva, Alva, kamu dijemput mama kamu tuh”. Kata itu yang terpikir oleh Alva ketika Ratna memanggilnya karena sudah di jemput oleh mamanya. Senyum manis yang masih belum Alva lupakan.

 

 

 

 

 

 

   Setelah tamat SD, Alva dan Ratna beserta teman-teman lainnya pun lulus, tiba saatnya untuk memilih SMP yang ada di kota Madiun. Sayang, Alva dan Ratna beda sekolah. Hal ini tak menyurutkan langkah Alva untuk menjalin kontak dengan Ratna. Namun, kenyataan bertolak belakang dengan apa yang diinginkan Alva, dia tidak mendapatkan kontak apapun dari Ratna. Tidak menyurutkan semangat, Alva pun berpikir positif dan melanjutkan kehidupannya  yaitu fokus kepada sekolahnya. 1 tahun berlalu, saatnya kenaikan kelas ke kelas VIII.  Namun, Alva akhirnya pindah sekolah karena mengikuti Ayahnya bertugas di kota lain. Mau tidak mau Alva harus meninggalkan kota Madiun untuk mengikuti keluarganya dan tak sempat untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Ratna.

 

   3 tahun berlalu, Alva dan Ratna tidak pernah menjalin kontak sama sekali. Ketika itu mereka kelas XI SMA, Alva bersekolah di Surabaya dan Ratna di Madiun. Bertahun-tahun tak menjalin kontak, Alva masih mengingat senyum dari Ratna. Ini membuat Alva untuk mencari tahu kontak dari Ratna agar bisa menjalin hubungan pertemanan yang sudah lama pudar. Pada tahun itu banyak sosial media yang bisa membantu agar Alva bisa menemukan Ratna. Akhirnya, setelah sekian lama mencari kabar dari Ratna yang Alva cari melalui teman-teman SD dulu, teman-teman dari Ratna dan sosial media, Alva menemukan profil sosial media yang dipakai oleh Ratna. Akhirnya Alva memutuskan untuk mem-follow akun dari Ratna tersebut. 1 minggu pun berlalu dan ternyata Ratna menyadari bahwa akun twitternya telah di follow oleh teman SD nya yaitu Alva. Dari situlah Alva lega, akhirnya bisa menjalin kontak lagi dengan Ratna. Masing-masing dari mereka pun telah cukup dewasa dimana obrolan yang mereka bicarakan tak lagi seperti 6 tahun yang lalu.

   Dari sini, Alva mengetahui bahwa Ratna masih berada di kota Madiun dan bersekolah di SMA paling favorit di kota tersebut. Segala info dari Ratna, Alva tahu, mulai dari tanggal lahir, hobi, keluarga dan lain-lain yang dianggap pantas untuk Alva ketahui. Namun, obrolan di dunia maya tersebut tak berlangsung lama. Setelah 2 sampai 3 bulan, mereka jarang untuk kontak lagi di karenakan kesibukan masing-masing, namun Alva tak sekalipun lupa dengan Ratna. Entah Ratna berpikiran yang sama atau tidak. Ketika kelas XII mendekati Ujian Nasional, Alva mencoba untuk menghubungi Ratna lagi. Dan lagi, hasilnya Ratna merespon positif. Mulai menanyakan kabar sendiri, kabar keluarga, apa saja yang dilakukan setahun ini, mau kuliah dimana setelah lulus, dan masih banyak lagi. Namun, Alva mencoba beranikan diri untuk bertanya sesuatu yang agak bersifat privasi. Alva ingin mengetahui apakah Ratna sudah mempunyai kekasih atau tidak, Ratna pun menjawab dengan nada seperti malu-malu. Hati Alva bergetar, berdegup kencang ketika mengetahui Ratna sudah mempunyai kekasih sejak kelas XI SMA hingga sekarang. Tak perlu bersedih karena Alva menyadari masih banyak kesempatan yang ia gunakan untuk mendekati Ratna. Mencoba berpikir positif lagi kedepannya untuk kesekiannya kalinya Alva bersabar. Walaupun hatinya sakit, tak apa, yang terpenting perempuan yang dia sukai sejak kelas 4 SD ini bahagia dan masih bisa tersenyum ceria. Itulah yang diinginkan Alva terhadap Ratna.

  

 

 

    Ketika lulus SMA dan memulai untuk memilih kuliah, lagi dan lagi Alva dan Ratna berbeda Universitas dan domisili tempat tinggal. Alva masih di Surabaya dan kuliah di Universitas negeri di kota tersebut dan Ratna memilih untuk berkuliah di Malang dan menjadi anak perantauan. 9 tahun telah berlalu sejak perasaan cinta pertama yang di rasakan Alva kepada Ratna, Alva masih belum mengubah perasaannya kepada Ratna, hanya saja Alva malu-malu untuk mengungkapkan perasaannya karena menurut dia, kita tidak pernah bertemu sekalipun, terakhir bertemu hanya ketika kelas 6SD pada acara lulusan SD. Alva pun mencoba untuk menghubungi Ratna kembali, namun Ratna yang sekarang sudah beda dengan Ratna yang Alva kenal dahulu. Dimana Alva sering melihat senyum ceria dari Ratna dan Ratna sering menjawab pertanyaan gombal atau tidak penting dari Alva dengan emot lucu di handphonenya.

  

 

 

   Sekarang, Alva tidak lagi mendapat senyuman manis , tulus, nyaman dari Ratna. Alva mencoba berpikir positif dan mungkin ini karena masalah waktu yaitu kedewasaan dari seseorang maupun masing-masing individu yang membuat kita bersifat lebih dewasa. Hal ini tak menyurutkan Alva untuk lebih menunjukkan perasaan yang dia rasakan selama 9 tahun ini. Namun, 6 bulan yang lalu ketika pertengahan semester I, Alva mengetahui bahwa Ratna telah putus dari pacarnya yang dari SMA. Hal ini dimanfaatkan Alva untuk mendekati dan menghibur Ratna walau hanya sebatas kata-kata atau pesan singkat yang dikirimkan Alva kepada Ratna. Saat akhir semester II kuliah ini, Alva memberanikan diri untuk mengontak Ratna lagi. Ya, sekedar basa-basi lagi, untuk menanyakan kabar, kuliahnya bagaimana, tak lupa juga dia sengaja menggoda menanyakan suati hal yang iseng, yaitu apakah Ratna sudah mempunyai pacar atau tidak. Lagi, ternyata Ratna telah memiliki pacar yang satu universitas dengannya. Hal ini membuat Alva down,  dan  berpikir apakah dia masih bisa menahan perasaan yang masih saja bergelut di hati dan pikirannya ini. Namun, Alva tidak pernah menceritakan apa yang di rasakannya kepada Ratna, karena dia tidak mau Ratna memikirkannya. Alva hanya mendoakan yang terbaik untuk Ratna semoga kuliahnya lancer dan langgeng dengan kekasih barunya tersebut.

    Tiap malam dia memikirkan Ratna, mendoakannya dia agar mendapat yang terbaik di hidupnya, pernah sekali Alva meneteskan air matanya karena kerinduan yang tak tertahankan kepada Ratna. Alva masih menyimpan dengan baik perasaan yang dia pendam kepada Ratna. Hanya saja Alva menunggu waktu yang tepat dan tempat yang tepat dimana pertemuan mereka yang Alva harapkan agar segera terwujud. Maklum, mereka terakhir ketemua kelas 6SD. Karena mengganggap Ratna sudah mempunyai pacar, Alva jarang untunk sekedar mengirim pesan teks atau melalui media sosial kepada Ratna. Hal ini membuat keduanya menjadi semakin jauh. Alva hanya bisa merenung melihat foto Ratna di handphonenya yang dia ambil dari akun media sosial Ratna. Dia hanya berharap suatu saat bisa bertemu dengan Ratna dan melihat senyum manis dibibirnya.

 

 

    Libur semester 3 kuliah yang singkat pun digunakan Alva untuk mengunjungi kota Malang, tempat Ratna kuliah, berharap Alva bisa bertemu dengan Ratna. Setibanya di Malang dengan tidak di temani siapapun, Alva mencoba menghubungi Ratna berkali-kali, namun tidak ada jawaban. Mungkin Alva berpikir hari sudah malam dan Ratna sudah tertidur lelap. Alva mencari penginapan atau hotel yang sekiranya di anggap murah di kota tersebut. Pagi harinya, Alva melihat smartphonenya dan masih belum ada jawaban dari Ratna, ini membuat Alva terlihat gundah dan mencoba untuk mengunjungi langsung Universirtas tempat Ratna berkuliah. Bermodalkan keberanian dan kecapakan dalam berkomunikasi dengan orang lain lain, tak lama Alva pun menemukan Universitas tempat Ratna berkuliah walaupun sempat tersesat dan tak tahu arah jalan. Alva melewati gerbang universitas tersebut yang masih banyaknya mahasiswa maupun mahasiswi yang berlalu-lalang untuk sekedar mengikuti kuliah semester pendek maupun untuk bimbingan skripsi.

   4 jam berlalu yang Alva lakukan hanya menyusuri Universitas yang katanya Universitas paling luas di kota Malang tersebut. Alva mencari Fakultas Ekonomi dimana Ratna mengambil jurusan di Fakultas tersebut. Tak lama dia menemukan tempatnya dan mencoba hanya melihat-lihat, barangkali dia melihat Ratna tak sengaja lewat untuk kuliah. Namun tak sabar, Alva mencoba menghubungi Ratna kembali dan maasih tetap tidak ada jawaban.  Akhirnya setelah berjam-jam menyusuri Universitas tersebut dan tidak menemui Ratna, Alva kembali ke penginapan.

   Malamnya dia mencoba untuk merefresh pikirannya dengan jalan-jalan di salah satu mall terbesar di kota Malang tersebut. Mal tersebut tak jauh dari penginapannya sehingga Alva memilih mal tersebut untuk sekedar “cuci mata”. Alva mengetahui dari sosial media Ratna  bahwa mal yang dia kunjungi ini adalah mal yang biasanya selalu dikunjungi Ratna dan dia berharap semoga saja bisa bertemu dengan Ratna di mal ini. Pemikiran Alva ternyata tak benar, dia tidak bertemu dengan Ratna di mal tersebut. Dengan langkah lemas, Alva kembali ke penginapannya dan memutuskan untuk kembali ke Surabaya esok hari. Malam sebelum tidur Alva sempat berpikiran apakah Ratna membenci dirinya atau apakah dia mempunyai salah kepada Ratna, tapi Alva akhirnya membuang jauh-jauh pikiran negatif tersebut karena percaya dan yakin bahwa Ratna adalah seorang perempuan yang anggun,sopan, baik , taat beribadah, dan  natural.

   Esoknya, dia bersiap meninggalkan penginapan tersebut dan menuju Stasiun untuk bersiap kembali ke Surabaya. Di stasiun Alva mencoba  menghubungi Ratna lewat pesan teks dan mengetik beberapa kata. “Ratna, aku sudah 2 hari ini di malang berharap bertemu kamu, namun tak ada jawaban, siang ini aku pamit kembali ke Surabaya dan semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu ya, Alva”. Pesan ini diketik Alva dengan optimis dan pikiran positif dengan senyuman kecilnya bahwa dia percaya Tuhan membuat pertemuan yang lebih indah dari yang Alva rencanakan untuk bertemu Ratna.

 

 

 

 

    Waktu pun berlalu, Alva melanjutkan kuliahnya di Surabaya. 1 minggu sejak dikirimkannya pesan tersebut, Ratna membalas pesan tersebut dan berisi permintaan maaf karena tidak bisa menemui Alva karena ketika itu handphone Ratna rusak dan tidak bisa dihubungi. Alva pun tersenyum dan memberi kata-kata yang melegakan hati Ratna, dan berlanjut ke obrolan biasa yang diinginkan Alva dan Ratna. Memang sejak dulu Alva menyukai Ratna, hanya saja Alva tidak berani mengatakannya kepada Ratna. Namun pada suatu hari ketika libur semester 4 kuliah, Alva mencoba memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan yang selama 10 tahun ini tersimpan di hatinya. Alva berani mengungkapkannya karena dia mengetahui bahwa Ratna sedang single dari obrolan-obrolan media sosial maupun pesan teks yang Alva dan Ratna bicarakan.

   Dengan perasaan campur aduk, Alva mengirim pesan teks yang isinya apa yang dirasakan oleh Alva kepada Ratna selama 10 tahun ini. Alva sebenarnya tidak berharap apa-apa, dia hanya menginginkan Ratna mengetahui yang sebenarnya apa yang dirasakan oleh Alva selama 10 tahun ini. Kesabaran,keuletan, pengorbanan yang dia lakukan untuk Ratna.  5 menit berselang setelah pesan teks tersebut terkirim, Ratna membalasnya. Namun ternyata, Ratna kaget, shock dengan apa yang dikatakan Alva. Ratna tidak percaya ternyata selama ini Alva begitu sabar menunggunya selama 10 tahun ini, karena selama ini Alva dan Ratna belum pernah bertemu, dan terakhir  ketemu ketika kelas 6 SD. Ratna juga meminta maaf dan seperti tidak enak kepada Alva karena ini. Alva pun menunggu jawaban dari Ratna dengan sabar lagi. Akhirnya seperti yang Alva duga, cintanya ditolak secara halus oleh Ratna. “Alva, Cinta itu harus dirawat dan dibangun dengan baik, aku engga bisa ngebangunnya karena kita sudah lama tidak pernah bertem”. Begitu inti dari balasan teks yang Ratna kirim.

   Alva pun sudah berbesar hati menerima keputusan yang Ratna berikan kepadanya, malam itupun dada Alva terasa sesak, kesedihan yang tak terkira ,tak sanggup dia berkata-kata, angin malam yang berhembus membuatnya lebih tertusuk lagi dengan apa yang dikatakan oleh Ratna. Alva mencoba tegar,ikhlas dengan apa yang dikatakan oleh Ratna. Hal itu sempat membuat Alva berputus asa untuk bisa bersama dengan Ratna. Setelah balasan dari Ratna tersebut, mereka melanjutkan obrolan, namun tak seperti sebelumnya, kali ini obrolan tersebut di akhiri oleh Alva untuk pamit beristirahat di malam yang sesak ini.

   Setelah malam itu, Alva pun jarang menghubungi Ratna lagi, seperti ingin menyembuhkan luka yang dia rasakan selama 10 tahun ini. Namun, hati Alva masih tetap untuk Ratna, entah mengapa. Apakah yang dirasakan oleh Alva ini adalah Cinta Sejati ?. Yang pasti setelah malam itu, Alva masih menyimpan rasa yang masih terawat untuk Ratna yang akan dia berikan ketika suatu saat nanti mereka bertemu.

   1 tahun pun berlalu semenjak Alva menyatakan perasaannya kepada Ratna. Alva mulai menyusun skripsi untuk syarat kelulusannya dan begitupun juga Ratna.  Namun, tak lama Alva kembali, lagi dan lagi ingin mengetahui bagaimana kabar Ratna, apakah skripsinya sudah selesai?, ingin bekerja dimanakan dia?, apakah dia masih bisa tersenyum seperti dulu lagi?. Ya, itu yang ada di benak Alva saat itu ketika menghubungi Ratna kembali. Mereka pun terlibat obrolan layaknya partner yang memberi semangat satu sama lain agar tujuan masing-masing tercapai.

 

    Alva seperti tidak lelah untuk terbiasa patah hati karena Cintanya ditolak oleh Ratna, walaupun Alva hanya sekali saja mengungkapkan perasaannya kepada Ratna. Dari sini Alva mencoba untuk lebih sangat bersabar dalam menunggu cinta masa kecilnnya ini. Sampai saat ini Alva pun mmasih menjalin kontak dengan Ratna walau tidak setiap hari, namun mungkin sekarang yang ada di pikiran Alva hanya ingin membuat bagaimana caranya agar Ratna selalu bahagia dan melihat senyuman manis Ratna yang tidak akan pernah Alva lupakan selama 11 tahun ini.

 

 

 

 

 

 

Terbiasa Sabar Untuk Terbiasa Patah Hati

     Pagi itu langit sangat cerah, matahari berkilau dengan hebatnya, awan pun mengikutinya, tak lupa Alva yang begitu semangatnya untuk berangkat ke sekolah. Alva kecil sendiri masih kelas 4SD. Dia murid pindahan dari suatu kota besar yang ada di Jawa Timur. Awalnya Alva tidak begitu antusias untuk bertempat tinggal di kota barunya ini, Madiun. Pagi itu dia begitu semangat untuk berangkat ke sekolah, bukan karena tempat belajarnya, bukan karena pelajarannya, bukan karena gurunya dan juga bukan karena sekolah favoritnya, namun dia begitu bersemangat karena akan segera menemui teman 1 kelasnya yang dia sukai semenjak pertama kali melihatnya. Awal sekolah  Alva tidak terlalu peduli dengan lingkungan sekitarnya, namun pandangan dia berubah ketika Ratna mengajaknya mengobrol untuk pertama kalinya pada hari-hari sebelumnya.

   Alva kecil terenyuh, terpana, dan terkejut ketika salah satu perempuan cantik di kelas itu mengajaknya berbicara. Dan Alva kecil menjawab pertanyaan dari Ratna dengan terbata-bata. Tak tahu arah dan jalan kemana obrolan tersebut, yang pasti  ketika itu Alva kecil sangat bahagia. Hari-hari pun berlalu, di kelas tak jarang pula Alva melirik si kecil Ratna hanya untuk menggodanya, membuatnya tersenyum dan membuat Alva senang. Semakin hari Ratna juga sepertinya menyukai Alva, namun ketika itu masih kelas 4SD, pasti cinta anak kecil yang biasa disebut “Cinta Monyet”.  Alva kecil tak pernah kehilangan ide hanya untuk menggoda, mengobrol ataupun membuat Ratna tersenyum, tak sekalipun dia absen untuk melewati rencana tersebut, setiap hari. Tahun pelajaran pun berakhir, kami sama-sama naik kelas dan kembali bersama. Bersama untuk sekelas lagi. Wajar karena dari kelas 1-6, sekolah tersebut tidak pernah di rubah, jadi dari kelas 1 sampai kelas 6 pasti selalu bersama.

   Ketika kelas 5 pun Alva masih saja selalu dekat dengan Ratna , berbagai cara dia lakukan agar setidaknya mengobrol dengannya. Menawari pergi ke kantin bersama, meminjam buku ataupun alat tulis. Naik kelas 6 suasana berubah, karena teman-teman tak terkecuali Alva dan Ratna lebih fokus untuk belajar karena akan menghadapi Ujian Nasional dan memilih  SMP untuk melanjutkan pendidikan ini. Mulai jarang kebiasaan Alva yang selalu membuat Ratna tersenyum malu, karena mereka juga lebih serius ke pelajaran. Hal ini membuat Alva mengenang apa yang dia lakukan hanya untuk membuat Ratna tersenyum. Dia mengingat, pernah ketika bel pulang sekolah berbunyi, Alva menyempatkan bermain bola terlebih dahulu dengan teman-temannya, karena kakak yang biasa menjemput dia pulang tak kunjung datang. “Alva, Alva, kamu dijemput mama kamu tuh”. Kata itu yang terpikir oleh Alva ketika Ratna memanggilnya karena sudah di jemput oleh mamanya. Senyum manis yang masih belum Alva lupakan.

 

 

 

 

 

 

   Setelah tamat SD, Alva dan Ratna beserta teman-teman lainnya pun lulus, tiba saatnya untuk memilih SMP yang ada di kota Madiun. Sayang, Alva dan Ratna beda sekolah. Hal ini tak menyurutkan langkah Alva untuk menjalin kontak dengan Ratna. Namun, kenyataan bertolak belakang dengan apa yang diinginkan Alva, dia tidak mendapatkan kontak apapun dari Ratna. Tidak menyurutkan semangat, Alva pun berpikir positif dan melanjutkan kehidupannya  yaitu fokus kepada sekolahnya. 1 tahun berlalu, saatnya kenaikan kelas ke kelas VIII.  Namun, Alva akhirnya pindah sekolah karena mengikuti Ayahnya bertugas di kota lain. Mau tidak mau Alva harus meninggalkan kota Madiun untuk mengikuti keluarganya dan tak sempat untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Ratna.

 

   3 tahun berlalu, Alva dan Ratna tidak pernah menjalin kontak sama sekali. Ketika itu mereka kelas XI SMA, Alva bersekolah di Surabaya dan Ratna di Madiun. Bertahun-tahun tak menjalin kontak, Alva masih mengingat senyum dari Ratna. Ini membuat Alva untuk mencari tahu kontak dari Ratna agar bisa menjalin hubungan pertemanan yang sudah lama pudar. Pada tahun itu banyak sosial media yang bisa membantu agar Alva bisa menemukan Ratna. Akhirnya, setelah sekian lama mencari kabar dari Ratna yang Alva cari melalui teman-teman SD dulu, teman-teman dari Ratna dan sosial media, Alva menemukan profil sosial media yang dipakai oleh Ratna. Akhirnya Alva memutuskan untuk mem-follow akun dari Ratna tersebut. 1 minggu pun berlalu dan ternyata Ratna menyadari bahwa akun twitternya telah di follow oleh teman SD nya yaitu Alva. Dari situlah Alva lega, akhirnya bisa menjalin kontak lagi dengan Ratna. Masing-masing dari mereka pun telah cukup dewasa dimana obrolan yang mereka bicarakan tak lagi seperti 6 tahun yang lalu.

   Dari sini, Alva mengetahui bahwa Ratna masih berada di kota Madiun dan bersekolah di SMA paling favorit di kota tersebut. Segala info dari Ratna, Alva tahu, mulai dari tanggal lahir, hobi, keluarga dan lain-lain yang dianggap pantas untuk Alva ketahui. Namun, obrolan di dunia maya tersebut tak berlangsung lama. Setelah 2 sampai 3 bulan, mereka jarang untuk kontak lagi di karenakan kesibukan masing-masing, namun Alva tak sekalipun lupa dengan Ratna. Entah Ratna berpikiran yang sama atau tidak. Ketika kelas XII mendekati Ujian Nasional, Alva mencoba untuk menghubungi Ratna lagi. Dan lagi, hasilnya Ratna merespon positif. Mulai menanyakan kabar sendiri, kabar keluarga, apa saja yang dilakukan setahun ini, mau kuliah dimana setelah lulus, dan masih banyak lagi. Namun, Alva mencoba beranikan diri untuk bertanya sesuatu yang agak bersifat privasi. Alva ingin mengetahui apakah Ratna sudah mempunyai kekasih atau tidak, Ratna pun menjawab dengan nada seperti malu-malu. Hati Alva bergetar, berdegup kencang ketika mengetahui Ratna sudah mempunyai kekasih sejak kelas XI SMA hingga sekarang. Tak perlu bersedih karena Alva menyadari masih banyak kesempatan yang ia gunakan untuk mendekati Ratna. Mencoba berpikir positif lagi kedepannya untuk kesekiannya kalinya Alva bersabar. Walaupun hatinya sakit, tak apa, yang terpenting perempuan yang dia sukai sejak kelas 4 SD ini bahagia dan masih bisa tersenyum ceria. Itulah yang diinginkan Alva terhadap Ratna.

  

 

 

    Ketika lulus SMA dan memulai untuk memilih kuliah, lagi dan lagi Alva dan Ratna berbeda Universitas dan domisili tempat tinggal. Alva masih di Surabaya dan kuliah di Universitas negeri di kota tersebut dan Ratna memilih untuk berkuliah di Malang dan menjadi anak perantauan. 9 tahun telah berlalu sejak perasaan cinta pertama yang di rasakan Alva kepada Ratna, Alva masih belum mengubah perasaannya kepada Ratna, hanya saja Alva malu-malu untuk mengungkapkan perasaannya karena menurut dia, kita tidak pernah bertemu sekalipun, terakhir bertemu hanya ketika kelas 6SD pada acara lulusan SD. Alva pun mencoba untuk menghubungi Ratna kembali, namun Ratna yang sekarang sudah beda dengan Ratna yang Alva kenal dahulu. Dimana Alva sering melihat senyum ceria dari Ratna dan Ratna sering menjawab pertanyaan gombal atau tidak penting dari Alva dengan emot lucu di handphonenya.

  

 

 

   Sekarang, Alva tidak lagi mendapat senyuman manis , tulus, nyaman dari Ratna. Alva mencoba berpikir positif dan mungkin ini karena masalah waktu yaitu kedewasaan dari seseorang maupun masing-masing individu yang membuat kita bersifat lebih dewasa. Hal ini tak menyurutkan Alva untuk lebih menunjukkan perasaan yang dia rasakan selama 9 tahun ini. Namun, 6 bulan yang lalu ketika pertengahan semester I, Alva mengetahui bahwa Ratna telah putus dari pacarnya yang dari SMA. Hal ini dimanfaatkan Alva untuk mendekati dan menghibur Ratna walau hanya sebatas kata-kata atau pesan singkat yang dikirimkan Alva kepada Ratna. Saat akhir semester II kuliah ini, Alva memberanikan diri untuk mengontak Ratna lagi. Ya, sekedar basa-basi lagi, untuk menanyakan kabar, kuliahnya bagaimana, tak lupa juga dia sengaja menggoda menanyakan suati hal yang iseng, yaitu apakah Ratna sudah mempunyai pacar atau tidak. Lagi, ternyata Ratna telah memiliki pacar yang satu universitas dengannya. Hal ini membuat Alva down,  dan  berpikir apakah dia masih bisa menahan perasaan yang masih saja bergelut di hati dan pikirannya ini. Namun, Alva tidak pernah menceritakan apa yang di rasakannya kepada Ratna, karena dia tidak mau Ratna memikirkannya. Alva hanya mendoakan yang terbaik untuk Ratna semoga kuliahnya lancer dan langgeng dengan kekasih barunya tersebut.

    Tiap malam dia memikirkan Ratna, mendoakannya dia agar mendapat yang terbaik di hidupnya, pernah sekali Alva meneteskan air matanya karena kerinduan yang tak tertahankan kepada Ratna. Alva masih menyimpan dengan baik perasaan yang dia pendam kepada Ratna. Hanya saja Alva menunggu waktu yang tepat dan tempat yang tepat dimana pertemuan mereka yang Alva harapkan agar segera terwujud. Maklum, mereka terakhir ketemua kelas 6SD. Karena mengganggap Ratna sudah mempunyai pacar, Alva jarang untunk sekedar mengirim pesan teks atau melalui media sosial kepada Ratna. Hal ini membuat keduanya menjadi semakin jauh. Alva hanya bisa merenung melihat foto Ratna di handphonenya yang dia ambil dari akun media sosial Ratna. Dia hanya berharap suatu saat bisa bertemu dengan Ratna dan melihat senyum manis dibibirnya.

 

 

    Libur semester 3 kuliah yang singkat pun digunakan Alva untuk mengunjungi kota Malang, tempat Ratna kuliah, berharap Alva bisa bertemu dengan Ratna. Setibanya di Malang dengan tidak di temani siapapun, Alva mencoba menghubungi Ratna berkali-kali, namun tidak ada jawaban. Mungkin Alva berpikir hari sudah malam dan Ratna sudah tertidur lelap. Alva mencari penginapan atau hotel yang sekiranya di anggap murah di kota tersebut. Pagi harinya, Alva melihat smartphonenya dan masih belum ada jawaban dari Ratna, ini membuat Alva terlihat gundah dan mencoba untuk mengunjungi langsung Universirtas tempat Ratna berkuliah. Bermodalkan keberanian dan kecapakan dalam berkomunikasi dengan orang lain lain, tak lama Alva pun menemukan Universitas tempat Ratna berkuliah walaupun sempat tersesat dan tak tahu arah jalan. Alva melewati gerbang universitas tersebut yang masih banyaknya mahasiswa maupun mahasiswi yang berlalu-lalang untuk sekedar mengikuti kuliah semester pendek maupun untuk bimbingan skripsi.

   4 jam berlalu yang Alva lakukan hanya menyusuri Universitas yang katanya Universitas paling luas di kota Malang tersebut. Alva mencari Fakultas Ekonomi dimana Ratna mengambil jurusan di Fakultas tersebut. Tak lama dia menemukan tempatnya dan mencoba hanya melihat-lihat, barangkali dia melihat Ratna tak sengaja lewat untuk kuliah. Namun tak sabar, Alva mencoba menghubungi Ratna kembali dan maasih tetap tidak ada jawaban.  Akhirnya setelah berjam-jam menyusuri Universitas tersebut dan tidak menemui Ratna, Alva kembali ke penginapan.

   Malamnya dia mencoba untuk merefresh pikirannya dengan jalan-jalan di salah satu mall terbesar di kota Malang tersebut. Mal tersebut tak jauh dari penginapannya sehingga Alva memilih mal tersebut untuk sekedar “cuci mata”. Alva mengetahui dari sosial media Ratna  bahwa mal yang dia kunjungi ini adalah mal yang biasanya selalu dikunjungi Ratna dan dia berharap semoga saja bisa bertemu dengan Ratna di mal ini. Pemikiran Alva ternyata tak benar, dia tidak bertemu dengan Ratna di mal tersebut. Dengan langkah lemas, Alva kembali ke penginapannya dan memutuskan untuk kembali ke Surabaya esok hari. Malam sebelum tidur Alva sempat berpikiran apakah Ratna membenci dirinya atau apakah dia mempunyai salah kepada Ratna, tapi Alva akhirnya membuang jauh-jauh pikiran negatif tersebut karena percaya dan yakin bahwa Ratna adalah seorang perempuan yang anggun,sopan, baik , taat beribadah, dan  natural.

   Esoknya, dia bersiap meninggalkan penginapan tersebut dan menuju Stasiun untuk bersiap kembali ke Surabaya. Di stasiun Alva mencoba  menghubungi Ratna lewat pesan teks dan mengetik beberapa kata. “Ratna, aku sudah 2 hari ini di malang berharap bertemu kamu, namun tak ada jawaban, siang ini aku pamit kembali ke Surabaya dan semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu ya, Alva”. Pesan ini diketik Alva dengan optimis dan pikiran positif dengan senyuman kecilnya bahwa dia percaya Tuhan membuat pertemuan yang lebih indah dari yang Alva rencanakan untuk bertemu Ratna.

 

 

 

 

    Waktu pun berlalu, Alva melanjutkan kuliahnya di Surabaya. 1 minggu sejak dikirimkannya pesan tersebut, Ratna membalas pesan tersebut dan berisi permintaan maaf karena tidak bisa menemui Alva karena ketika itu handphone Ratna rusak dan tidak bisa dihubungi. Alva pun tersenyum dan memberi kata-kata yang melegakan hati Ratna, dan berlanjut ke obrolan biasa yang diinginkan Alva dan Ratna. Memang sejak dulu Alva menyukai Ratna, hanya saja Alva tidak berani mengatakannya kepada Ratna. Namun pada suatu hari ketika libur semester 4 kuliah, Alva mencoba memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan yang selama 10 tahun ini tersimpan di hatinya. Alva berani mengungkapkannya karena dia mengetahui bahwa Ratna sedang single dari obrolan-obrolan media sosial maupun pesan teks yang Alva dan Ratna bicarakan.

   Dengan perasaan campur aduk, Alva mengirim pesan teks yang isinya apa yang dirasakan oleh Alva kepada Ratna selama 10 tahun ini. Alva sebenarnya tidak berharap apa-apa, dia hanya menginginkan Ratna mengetahui yang sebenarnya apa yang dirasakan oleh Alva selama 10 tahun ini. Kesabaran,keuletan, pengorbanan yang dia lakukan untuk Ratna.  5 menit berselang setelah pesan teks tersebut terkirim, Ratna membalasnya. Namun ternyata, Ratna kaget, shock dengan apa yang dikatakan Alva. Ratna tidak percaya ternyata selama ini Alva begitu sabar menunggunya selama 10 tahun ini, karena selama ini Alva dan Ratna belum pernah bertemu, dan terakhir  ketemu ketika kelas 6 SD. Ratna juga meminta maaf dan seperti tidak enak kepada Alva karena ini. Alva pun menunggu jawaban dari Ratna dengan sabar lagi. Akhirnya seperti yang Alva duga, cintanya ditolak secara halus oleh Ratna. “Alva, Cinta itu harus dirawat dan dibangun dengan baik, aku engga bisa ngebangunnya karena kita sudah lama tidak pernah bertem”. Begitu inti dari balasan teks yang Ratna kirim.

   Alva pun sudah berbesar hati menerima keputusan yang Ratna berikan kepadanya, malam itupun dada Alva terasa sesak, kesedihan yang tak terkira ,tak sanggup dia berkata-kata, angin malam yang berhembus membuatnya lebih tertusuk lagi dengan apa yang dikatakan oleh Ratna. Alva mencoba tegar,ikhlas dengan apa yang dikatakan oleh Ratna. Hal itu sempat membuat Alva berputus asa untuk bisa bersama dengan Ratna. Setelah balasan dari Ratna tersebut, mereka melanjutkan obrolan, namun tak seperti sebelumnya, kali ini obrolan tersebut di akhiri oleh Alva untuk pamit beristirahat di malam yang sesak ini.

   Setelah malam itu, Alva pun jarang menghubungi Ratna lagi, seperti ingin menyembuhkan luka yang dia rasakan selama 10 tahun ini. Namun, hati Alva masih tetap untuk Ratna, entah mengapa. Apakah yang dirasakan oleh Alva ini adalah Cinta Sejati ?. Yang pasti setelah malam itu, Alva masih menyimpan rasa yang masih terawat untuk Ratna yang akan dia berikan ketika suatu saat nanti mereka bertemu.

   1 tahun pun berlalu semenjak Alva menyatakan perasaannya kepada Ratna. Alva mulai menyusun skripsi untuk syarat kelulusannya dan begitupun juga Ratna.  Namun, tak lama Alva kembali, lagi dan lagi ingin mengetahui bagaimana kabar Ratna, apakah skripsinya sudah selesai?, ingin bekerja dimanakan dia?, apakah dia masih bisa tersenyum seperti dulu lagi?. Ya, itu yang ada di benak Alva saat itu ketika menghubungi Ratna kembali. Mereka pun terlibat obrolan layaknya partner yang memberi semangat satu sama lain agar tujuan masing-masing tercapai.

 

    Alva seperti tidak lelah untuk terbiasa patah hati karena Cintanya ditolak oleh Ratna, walaupun Alva hanya sekali saja mengungkapkan perasaannya kepada Ratna. Dari sini Alva mencoba untuk lebih sangat bersabar dalam menunggu cinta masa kecilnnya ini. Sampai saat ini Alva pun mmasih menjalin kontak dengan Ratna walau tidak setiap hari, namun mungkin sekarang yang ada di pikiran Alva hanya ingin membuat bagaimana caranya agar Ratna selalu bahagia dan melihat senyuman manis Ratna yang tidak akan pernah Alva lupakan selama 11 tahun ini.

 

 

 

 

 

 

Terbiasa Sabar Untuk Terbiasa Patah Hati
Pagi itu langit sangat cerah, matahari berkilau dengan hebatnya, awan pun mengikutinya, tak lupa Alva yang begitu semangatnya untuk berangkat ke sekolah. Alva kecil sendiri masih kelas 4SD. Dia murid pindahan dari suatu kota besar yang ada di Jawa Timur. Awalnya Alva tidak begitu antusias untuk bertempat tinggal di kota barunya ini, Madiun. Pagi itu dia begitu semangat untuk berangkat ke sekolah, bukan karena tempat belajarnya, bukan karena pelajarannya, bukan karena gurunya dan juga bukan karena sekolah favoritnya, namun dia begitu bersemangat karena akan segera menemui teman 1 kelasnya yang dia sukai semenjak pertama kali melihatnya. Awal sekolah Alva tidak terlalu peduli dengan lingkungan sekitarnya, namun pandangan dia berubah ketika Ratna mengajaknya mengobrol untuk pertama kalinya pada hari-hari sebelumnya.
Alva kecil terenyuh, terpana, dan terkejut ketika salah satu perempuan cantik di kelas itu mengajaknya berbicara. Dan Alva kecil menjawab pertanyaan dari Ratna dengan terbata-bata. Tak tahu arah dan jalan kemana obrolan tersebut, yang pasti ketika itu Alva kecil sangat bahagia. Hari-hari pun berlalu, di kelas tak jarang pula Alva melirik si kecil Ratna hanya untuk menggodanya, membuatnya tersenyum dan membuat Alva senang. Semakin hari Ratna juga sepertinya menyukai Alva, namun ketika itu masih kelas 4SD, pasti cinta anak kecil yang biasa disebut “Cinta Monyet”. Alva kecil tak pernah kehilangan ide hanya untuk menggoda, mengobrol ataupun membuat Ratna tersenyum, tak sekalipun dia absen untuk melewati rencana tersebut, setiap hari. Tahun pelajaran pun berakhir, kami sama-sama naik kelas dan kembali bersama. Bersama untuk sekelas lagi. Wajar karena dari kelas 1-6, sekolah tersebut tidak pernah di rubah, jadi dari kelas 1 sampai kelas 6 pasti selalu bersama.
Ketika kelas 5 pun Alva masih saja selalu dekat dengan Ratna , berbagai cara dia lakukan agar setidaknya mengobrol dengannya. Menawari pergi ke kantin bersama, meminjam buku ataupun alat tulis. Naik kelas 6 suasana berubah, karena teman-teman tak terkecuali Alva dan Ratna lebih fokus untuk belajar karena akan menghadapi Ujian Nasional dan memilih SMP untuk melanjutkan pendidikan ini. Mulai jarang kebiasaan Alva yang selalu membuat Ratna tersenyum malu, karena mereka juga lebih serius ke pelajaran. Hal ini membuat Alva mengenang apa yang dia lakukan hanya untuk membuat Ratna tersenyum. Dia mengingat, pernah ketika bel pulang sekolah berbunyi, Alva menyempatkan bermain bola terlebih dahulu dengan teman-temannya, karena kakak yang biasa menjemput dia pulang tak kunjung datang. “Alva, Alva, kamu dijemput mama kamu tuh”. Kata itu yang terpikir oleh Alva ketika Ratna memanggilnya karena sudah di jemput oleh mamanya. Senyum manis yang masih belum Alva lupakan.

 

 

Setelah tamat SD, Alva dan Ratna beserta teman-teman lainnya pun lulus, tiba saatnya untuk memilih SMP yang ada di kota Madiun. Sayang, Alva dan Ratna beda sekolah. Hal ini tak menyurutkan langkah Alva untuk menjalin kontak dengan Ratna. Namun, kenyataan bertolak belakang dengan apa yang diinginkan Alva, dia tidak mendapatkan kontak apapun dari Ratna. Tidak menyurutkan semangat, Alva pun berpikir positif dan melanjutkan kehidupannya yaitu fokus kepada sekolahnya. 1 tahun berlalu, saatnya kenaikan kelas ke kelas VIII. Namun, Alva akhirnya pindah sekolah karena mengikuti Ayahnya bertugas di kota lain. Mau tidak mau Alva harus meninggalkan kota Madiun untuk mengikuti keluarganya dan tak sempat untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Ratna.

3 tahun berlalu, Alva dan Ratna tidak pernah menjalin kontak sama sekali. Ketika itu mereka kelas XI SMA, Alva bersekolah di Surabaya dan Ratna di Madiun. Bertahun-tahun tak menjalin kontak, Alva masih mengingat senyum dari Ratna. Ini membuat Alva untuk mencari tahu kontak dari Ratna agar bisa menjalin hubungan pertemanan yang sudah lama pudar. Pada tahun itu banyak sosial media yang bisa membantu agar Alva bisa menemukan Ratna. Akhirnya, setelah sekian lama mencari kabar dari Ratna yang Alva cari melalui teman-teman SD dulu, teman-teman dari Ratna dan sosial media, Alva menemukan profil sosial media yang dipakai oleh Ratna. Akhirnya Alva memutuskan untuk mem-follow akun dari Ratna tersebut. 1 minggu pun berlalu dan ternyata Ratna menyadari bahwa akun twitternya telah di follow oleh teman SD nya yaitu Alva. Dari situlah Alva lega, akhirnya bisa menjalin kontak lagi dengan Ratna. Masing-masing dari mereka pun telah cukup dewasa dimana obrolan yang mereka bicarakan tak lagi seperti 6 tahun yang lalu.
Dari sini, Alva mengetahui bahwa Ratna masih berada di kota Madiun dan bersekolah di SMA paling favorit di kota tersebut. Segala info dari Ratna, Alva tahu, mulai dari tanggal lahir, hobi, keluarga dan lain-lain yang dianggap pantas untuk Alva ketahui. Namun, obrolan di dunia maya tersebut tak berlangsung lama. Setelah 2 sampai 3 bulan, mereka jarang untuk kontak lagi di karenakan kesibukan masing-masing, namun Alva tak sekalipun lupa dengan Ratna. Entah Ratna berpikiran yang sama atau tidak. Ketika kelas XII mendekati Ujian Nasional, Alva mencoba untuk menghubungi Ratna lagi. Dan lagi, hasilnya Ratna merespon positif. Mulai menanyakan kabar sendiri, kabar keluarga, apa saja yang dilakukan setahun ini, mau kuliah dimana setelah lulus, dan masih banyak lagi. Namun, Alva mencoba beranikan diri untuk bertanya sesuatu yang agak bersifat privasi. Alva ingin mengetahui apakah Ratna sudah mempunyai kekasih atau tidak, Ratna pun menjawab dengan nada seperti malu-malu. Hati Alva bergetar, berdegup kencang ketika mengetahui Ratna sudah mempunyai kekasih sejak kelas XI SMA hingga sekarang. Tak perlu bersedih karena Alva menyadari masih banyak kesempatan yang ia gunakan untuk mendekati Ratna. Mencoba berpikir positif lagi kedepannya untuk kesekiannya kalinya Alva bersabar. Walaupun hatinya sakit, tak apa, yang terpenting perempuan yang dia sukai sejak kelas 4 SD ini bahagia dan masih bisa tersenyum ceria. Itulah yang diinginkan Alva terhadap Ratna.

Ketika lulus SMA dan memulai untuk memilih kuliah, lagi dan lagi Alva dan Ratna berbeda Universitas dan domisili tempat tinggal. Alva masih di Surabaya dan kuliah di Universitas negeri di kota tersebut dan Ratna memilih untuk berkuliah di Malang dan menjadi anak perantauan. 9 tahun telah berlalu sejak perasaan cinta pertama yang di rasakan Alva kepada Ratna, Alva masih belum mengubah perasaannya kepada Ratna, hanya saja Alva malu-malu untuk mengungkapkan perasaannya karena menurut dia, kita tidak pernah bertemu sekalipun, terakhir bertemu hanya ketika kelas 6SD pada acara lulusan SD. Alva pun mencoba untuk menghubungi Ratna kembali, namun Ratna yang sekarang sudah beda dengan Ratna yang Alva kenal dahulu. Dimana Alva sering melihat senyum ceria dari Ratna dan Ratna sering menjawab pertanyaan gombal atau tidak penting dari Alva dengan emot lucu di handphonenya.

Sekarang, Alva tidak lagi mendapat senyuman manis , tulus, nyaman dari Ratna. Alva mencoba berpikir positif dan mungkin ini karena masalah waktu yaitu kedewasaan dari seseorang maupun masing-masing individu yang membuat kita bersifat lebih dewasa. Hal ini tak menyurutkan Alva untuk lebih menunjukkan perasaan yang dia rasakan selama 9 tahun ini. Namun, 6 bulan yang lalu ketika pertengahan semester I, Alva mengetahui bahwa Ratna telah putus dari pacarnya yang dari SMA. Hal ini dimanfaatkan Alva untuk mendekati dan menghibur Ratna walau hanya sebatas kata-kata atau pesan singkat yang dikirimkan Alva kepada Ratna. Saat akhir semester II kuliah ini, Alva memberanikan diri untuk mengontak Ratna lagi. Ya, sekedar basa-basi lagi, untuk menanyakan kabar, kuliahnya bagaimana, tak lupa juga dia sengaja menggoda menanyakan suati hal yang iseng, yaitu apakah Ratna sudah mempunyai pacar atau tidak. Lagi, ternyata Ratna telah memiliki pacar yang satu universitas dengannya. Hal ini membuat Alva down, dan berpikir apakah dia masih bisa menahan perasaan yang masih saja bergelut di hati dan pikirannya ini. Namun, Alva tidak pernah menceritakan apa yang di rasakannya kepada Ratna, karena dia tidak mau Ratna memikirkannya. Alva hanya mendoakan yang terbaik untuk Ratna semoga kuliahnya lancer dan langgeng dengan kekasih barunya tersebut.
Tiap malam dia memikirkan Ratna, mendoakannya dia agar mendapat yang terbaik di hidupnya, pernah sekali Alva meneteskan air matanya karena kerinduan yang tak tertahankan kepada Ratna. Alva masih menyimpan dengan baik perasaan yang dia pendam kepada Ratna. Hanya saja Alva menunggu waktu yang tepat dan tempat yang tepat dimana pertemuan mereka yang Alva harapkan agar segera terwujud. Maklum, mereka terakhir ketemua kelas 6SD. Karena mengganggap Ratna sudah mempunyai pacar, Alva jarang untunk sekedar mengirim pesan teks atau melalui media sosial kepada Ratna. Hal ini membuat keduanya menjadi semakin jauh. Alva hanya bisa merenung melihat foto Ratna di handphonenya yang dia ambil dari akun media sosial Ratna. Dia hanya berharap suatu saat bisa bertemu dengan Ratna dan melihat senyum manis dibibirnya.

Libur semester 3 kuliah yang singkat pun digunakan Alva untuk mengunjungi kota Malang, tempat Ratna kuliah, berharap Alva bisa bertemu dengan Ratna. Setibanya di Malang dengan tidak di temani siapapun, Alva mencoba menghubungi Ratna berkali-kali, namun tidak ada jawaban. Mungkin Alva berpikir hari sudah malam dan Ratna sudah tertidur lelap. Alva mencari penginapan atau hotel yang sekiranya di anggap murah di kota tersebut. Pagi harinya, Alva melihat smartphonenya dan masih belum ada jawaban dari Ratna, ini membuat Alva terlihat gundah dan mencoba untuk mengunjungi langsung Universirtas tempat Ratna berkuliah. Bermodalkan keberanian dan kecapakan dalam berkomunikasi dengan orang lain lain, tak lama Alva pun menemukan Universitas tempat Ratna berkuliah walaupun sempat tersesat dan tak tahu arah jalan. Alva melewati gerbang universitas tersebut yang masih banyaknya mahasiswa maupun mahasiswi yang berlalu-lalang untuk sekedar mengikuti kuliah semester pendek maupun untuk bimbingan skripsi.
4 jam berlalu yang Alva lakukan hanya menyusuri Universitas yang katanya Universitas paling luas di kota Malang tersebut. Alva mencari Fakultas Ekonomi dimana Ratna mengambil jurusan di Fakultas tersebut. Tak lama dia menemukan tempatnya dan mencoba hanya melihat-lihat, barangkali dia melihat Ratna tak sengaja lewat untuk kuliah. Namun tak sabar, Alva mencoba menghubungi Ratna kembali dan maasih tetap tidak ada jawaban. Akhirnya setelah berjam-jam menyusuri Universitas tersebut dan tidak menemui Ratna, Alva kembali ke penginapan.
Malamnya dia mencoba untuk merefresh pikirannya dengan jalan-jalan di salah satu mall terbesar di kota Malang tersebut. Mal tersebut tak jauh dari penginapannya sehingga Alva memilih mal tersebut untuk sekedar “cuci mata”. Alva mengetahui dari sosial media Ratna bahwa mal yang dia kunjungi ini adalah mal yang biasanya selalu dikunjungi Ratna dan dia berharap semoga saja bisa bertemu dengan Ratna di mal ini. Pemikiran Alva ternyata tak benar, dia tidak bertemu dengan Ratna di mal tersebut. Dengan langkah lemas, Alva kembali ke penginapannya dan memutuskan untuk kembali ke Surabaya esok hari. Malam sebelum tidur Alva sempat berpikiran apakah Ratna membenci dirinya atau apakah dia mempunyai salah kepada Ratna, tapi Alva akhirnya membuang jauh-jauh pikiran negatif tersebut karena percaya dan yakin bahwa Ratna adalah seorang perempuan yang anggun,sopan, baik , taat beribadah, dan natural.
Esoknya, dia bersiap meninggalkan penginapan tersebut dan menuju Stasiun untuk bersiap kembali ke Surabaya. Di stasiun Alva mencoba menghubungi Ratna lewat pesan teks dan mengetik beberapa kata. “Ratna, aku sudah 2 hari ini di malang berharap bertemu kamu, namun tak ada jawaban, siang ini aku pamit kembali ke Surabaya dan semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu ya, Alva”. Pesan ini diketik Alva dengan optimis dan pikiran positif dengan senyuman kecilnya bahwa dia percaya Tuhan membuat pertemuan yang lebih indah dari yang Alva rencanakan untuk bertemu Ratna.

 

Waktu pun berlalu, Alva melanjutkan kuliahnya di Surabaya. 1 minggu sejak dikirimkannya pesan tersebut, Ratna membalas pesan tersebut dan berisi permintaan maaf karena tidak bisa menemui Alva karena ketika itu handphone Ratna rusak dan tidak bisa dihubungi. Alva pun tersenyum dan memberi kata-kata yang melegakan hati Ratna, dan berlanjut ke obrolan biasa yang diinginkan Alva dan Ratna. Memang sejak dulu Alva menyukai Ratna, hanya saja Alva tidak berani mengatakannya kepada Ratna. Namun pada suatu hari ketika libur semester 4 kuliah, Alva mencoba memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan yang selama 10 tahun ini tersimpan di hatinya. Alva berani mengungkapkannya karena dia mengetahui bahwa Ratna sedang single dari obrolan-obrolan media sosial maupun pesan teks yang Alva dan Ratna bicarakan.
Dengan perasaan campur aduk, Alva mengirim pesan teks yang isinya apa yang dirasakan oleh Alva kepada Ratna selama 10 tahun ini. Alva sebenarnya tidak berharap apa-apa, dia hanya menginginkan Ratna mengetahui yang sebenarnya apa yang dirasakan oleh Alva selama 10 tahun ini. Kesabaran,keuletan, pengorbanan yang dia lakukan untuk Ratna. 5 menit berselang setelah pesan teks tersebut terkirim, Ratna membalasnya. Namun ternyata, Ratna kaget, shock dengan apa yang dikatakan Alva. Ratna tidak percaya ternyata selama ini Alva begitu sabar menunggunya selama 10 tahun ini, karena selama ini Alva dan Ratna belum pernah bertemu, dan terakhir ketemu ketika kelas 6 SD. Ratna juga meminta maaf dan seperti tidak enak kepada Alva karena ini. Alva pun menunggu jawaban dari Ratna dengan sabar lagi. Akhirnya seperti yang Alva duga, cintanya ditolak secara halus oleh Ratna. “Alva, Cinta itu harus dirawat dan dibangun dengan baik, aku engga bisa ngebangunnya karena kita sudah lama tidak pernah bertem”. Begitu inti dari balasan teks yang Ratna kirim.
Alva pun sudah berbesar hati menerima keputusan yang Ratna berikan kepadanya, malam itupun dada Alva terasa sesak, kesedihan yang tak terkira ,tak sanggup dia berkata-kata, angin malam yang berhembus membuatnya lebih tertusuk lagi dengan apa yang dikatakan oleh Ratna. Alva mencoba tegar,ikhlas dengan apa yang dikatakan oleh Ratna. Hal itu sempat membuat Alva berputus asa untuk bisa bersama dengan Ratna. Setelah balasan dari Ratna tersebut, mereka melanjutkan obrolan, namun tak seperti sebelumnya, kali ini obrolan tersebut di akhiri oleh Alva untuk pamit beristirahat di malam yang sesak ini.
Setelah malam itu, Alva pun jarang menghubungi Ratna lagi, seperti ingin menyembuhkan luka yang dia rasakan selama 10 tahun ini. Namun, hati Alva masih tetap untuk Ratna, entah mengapa. Apakah yang dirasakan oleh Alva ini adalah Cinta Sejati ?. Yang pasti setelah malam itu, Alva masih menyimpan rasa yang masih terawat untuk Ratna yang akan dia berikan ketika suatu saat nanti mereka bertemu.
1 tahun pun berlalu semenjak Alva menyatakan perasaannya kepada Ratna. Alva mulai menyusun skripsi untuk syarat kelulusannya dan begitupun juga Ratna. Namun, tak lama Alva kembali, lagi dan lagi ingin mengetahui bagaimana kabar Ratna, apakah skripsinya sudah selesai?, ingin bekerja dimanakan dia?, apakah dia masih bisa tersenyum seperti dulu lagi?. Ya, itu yang ada di benak Alva saat itu ketika menghubungi Ratna kembali. Mereka pun terlibat obrolan layaknya partner yang memberi semangat satu sama lain agar tujuan masing-masing tercapai.

Alva seperti tidak lelah untuk terbiasa patah hati karena Cintanya ditolak oleh Ratna, walaupun Alva hanya sekali saja mengungkapkan perasaannya kepada Ratna. Dari sini Alva mencoba untuk lebih sangat bersabar dalam menunggu cinta masa kecilnnya ini. Sampai saat ini Alva pun mmasih menjalin kontak dengan Ratna walau tidak setiap hari, namun mungkin sekarang yang ada di pikiran Alva hanya ingin membuat bagaimana caranya agar Ratna selalu bahagia dan melihat senyuman manis Ratna yang tidak akan pernah Alva lupakan selama 11 tahun ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

Aldo Esiva/Pajak A (04)/141020900161

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Aldo Esiva/Pajak A (04)/141020900161

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Aldo Esiva/Pajak A (04)/141020900161

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun