Libur semester 3 kuliah yang singkat pun digunakan Alva untuk mengunjungi kota Malang, tempat Ratna kuliah, berharap Alva bisa bertemu dengan Ratna. Setibanya di Malang dengan tidak di temani siapapun, Alva mencoba menghubungi Ratna berkali-kali, namun tidak ada jawaban. Mungkin Alva berpikir hari sudah malam dan Ratna sudah tertidur lelap. Alva mencari penginapan atau hotel yang sekiranya di anggap murah di kota tersebut. Pagi harinya, Alva melihat smartphonenya dan masih belum ada jawaban dari Ratna, ini membuat Alva terlihat gundah dan mencoba untuk mengunjungi langsung Universirtas tempat Ratna berkuliah. Bermodalkan keberanian dan kecapakan dalam berkomunikasi dengan orang lain lain, tak lama Alva pun menemukan Universitas tempat Ratna berkuliah walaupun sempat tersesat dan tak tahu arah jalan. Alva melewati gerbang universitas tersebut yang masih banyaknya mahasiswa maupun mahasiswi yang berlalu-lalang untuk sekedar mengikuti kuliah semester pendek maupun untuk bimbingan skripsi.
4 jam berlalu yang Alva lakukan hanya menyusuri Universitas yang katanya Universitas paling luas di kota Malang tersebut. Alva mencari Fakultas Ekonomi dimana Ratna mengambil jurusan di Fakultas tersebut. Tak lama dia menemukan tempatnya dan mencoba hanya melihat-lihat, barangkali dia melihat Ratna tak sengaja lewat untuk kuliah. Namun tak sabar, Alva mencoba menghubungi Ratna kembali dan maasih tetap tidak ada jawaban. Akhirnya setelah berjam-jam menyusuri Universitas tersebut dan tidak menemui Ratna, Alva kembali ke penginapan.
Malamnya dia mencoba untuk merefresh pikirannya dengan jalan-jalan di salah satu mall terbesar di kota Malang tersebut. Mal tersebut tak jauh dari penginapannya sehingga Alva memilih mal tersebut untuk sekedar “cuci mata”. Alva mengetahui dari sosial media Ratna bahwa mal yang dia kunjungi ini adalah mal yang biasanya selalu dikunjungi Ratna dan dia berharap semoga saja bisa bertemu dengan Ratna di mal ini. Pemikiran Alva ternyata tak benar, dia tidak bertemu dengan Ratna di mal tersebut. Dengan langkah lemas, Alva kembali ke penginapannya dan memutuskan untuk kembali ke Surabaya esok hari. Malam sebelum tidur Alva sempat berpikiran apakah Ratna membenci dirinya atau apakah dia mempunyai salah kepada Ratna, tapi Alva akhirnya membuang jauh-jauh pikiran negatif tersebut karena percaya dan yakin bahwa Ratna adalah seorang perempuan yang anggun,sopan, baik , taat beribadah, dan natural.
Esoknya, dia bersiap meninggalkan penginapan tersebut dan menuju Stasiun untuk bersiap kembali ke Surabaya. Di stasiun Alva mencoba menghubungi Ratna lewat pesan teks dan mengetik beberapa kata. “Ratna, aku sudah 2 hari ini di malang berharap bertemu kamu, namun tak ada jawaban, siang ini aku pamit kembali ke Surabaya dan semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu ya, Alva”. Pesan ini diketik Alva dengan optimis dan pikiran positif dengan senyuman kecilnya bahwa dia percaya Tuhan membuat pertemuan yang lebih indah dari yang Alva rencanakan untuk bertemu Ratna.
Waktu pun berlalu, Alva melanjutkan kuliahnya di Surabaya. 1 minggu sejak dikirimkannya pesan tersebut, Ratna membalas pesan tersebut dan berisi permintaan maaf karena tidak bisa menemui Alva karena ketika itu handphone Ratna rusak dan tidak bisa dihubungi. Alva pun tersenyum dan memberi kata-kata yang melegakan hati Ratna, dan berlanjut ke obrolan biasa yang diinginkan Alva dan Ratna. Memang sejak dulu Alva menyukai Ratna, hanya saja Alva tidak berani mengatakannya kepada Ratna. Namun pada suatu hari ketika libur semester 4 kuliah, Alva mencoba memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan yang selama 10 tahun ini tersimpan di hatinya. Alva berani mengungkapkannya karena dia mengetahui bahwa Ratna sedang single dari obrolan-obrolan media sosial maupun pesan teks yang Alva dan Ratna bicarakan.
Dengan perasaan campur aduk, Alva mengirim pesan teks yang isinya apa yang dirasakan oleh Alva kepada Ratna selama 10 tahun ini. Alva sebenarnya tidak berharap apa-apa, dia hanya menginginkan Ratna mengetahui yang sebenarnya apa yang dirasakan oleh Alva selama 10 tahun ini. Kesabaran,keuletan, pengorbanan yang dia lakukan untuk Ratna. 5 menit berselang setelah pesan teks tersebut terkirim, Ratna membalasnya. Namun ternyata, Ratna kaget, shock dengan apa yang dikatakan Alva. Ratna tidak percaya ternyata selama ini Alva begitu sabar menunggunya selama 10 tahun ini, karena selama ini Alva dan Ratna belum pernah bertemu, dan terakhir ketemu ketika kelas 6 SD. Ratna juga meminta maaf dan seperti tidak enak kepada Alva karena ini. Alva pun menunggu jawaban dari Ratna dengan sabar lagi. Akhirnya seperti yang Alva duga, cintanya ditolak secara halus oleh Ratna. “Alva, Cinta itu harus dirawat dan dibangun dengan baik, aku engga bisa ngebangunnya karena kita sudah lama tidak pernah bertem”. Begitu inti dari balasan teks yang Ratna kirim.
Alva pun sudah berbesar hati menerima keputusan yang Ratna berikan kepadanya, malam itupun dada Alva terasa sesak, kesedihan yang tak terkira ,tak sanggup dia berkata-kata, angin malam yang berhembus membuatnya lebih tertusuk lagi dengan apa yang dikatakan oleh Ratna. Alva mencoba tegar,ikhlas dengan apa yang dikatakan oleh Ratna. Hal itu sempat membuat Alva berputus asa untuk bisa bersama dengan Ratna. Setelah balasan dari Ratna tersebut, mereka melanjutkan obrolan, namun tak seperti sebelumnya, kali ini obrolan tersebut di akhiri oleh Alva untuk pamit beristirahat di malam yang sesak ini.
Setelah malam itu, Alva pun jarang menghubungi Ratna lagi, seperti ingin menyembuhkan luka yang dia rasakan selama 10 tahun ini. Namun, hati Alva masih tetap untuk Ratna, entah mengapa. Apakah yang dirasakan oleh Alva ini adalah Cinta Sejati ?. Yang pasti setelah malam itu, Alva masih menyimpan rasa yang masih terawat untuk Ratna yang akan dia berikan ketika suatu saat nanti mereka bertemu.
1 tahun pun berlalu semenjak Alva menyatakan perasaannya kepada Ratna. Alva mulai menyusun skripsi untuk syarat kelulusannya dan begitupun juga Ratna. Namun, tak lama Alva kembali, lagi dan lagi ingin mengetahui bagaimana kabar Ratna, apakah skripsinya sudah selesai?, ingin bekerja dimanakan dia?, apakah dia masih bisa tersenyum seperti dulu lagi?. Ya, itu yang ada di benak Alva saat itu ketika menghubungi Ratna kembali. Mereka pun terlibat obrolan layaknya partner yang memberi semangat satu sama lain agar tujuan masing-masing tercapai.
Alva seperti tidak lelah untuk terbiasa patah hati karena Cintanya ditolak oleh Ratna, walaupun Alva hanya sekali saja mengungkapkan perasaannya kepada Ratna. Dari sini Alva mencoba untuk lebih sangat bersabar dalam menunggu cinta masa kecilnnya ini. Sampai saat ini Alva pun mmasih menjalin kontak dengan Ratna walau tidak setiap hari, namun mungkin sekarang yang ada di pikiran Alva hanya ingin membuat bagaimana caranya agar Ratna selalu bahagia dan melihat senyuman manis Ratna yang tidak akan pernah Alva lupakan selama 11 tahun ini.