Mohon tunggu...
Aldo Esiva
Aldo Esiva Mohon Tunggu... -

Seorang pemuda yang bertekad ingin menjadi Dirjen Pajak !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terbiasa Sabar Untuk Terbiasa Patah Hati

30 Juni 2015   08:37 Diperbarui: 30 Juni 2015   09:07 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Terbiasa Sabar Untuk Terbiasa Patah Hati

     Pagi itu langit sangat cerah, matahari berkilau dengan hebatnya, awan pun mengikutinya, tak lupa Alva yang begitu semangatnya untuk berangkat ke sekolah. Alva kecil sendiri masih kelas 4SD. Dia murid pindahan dari suatu kota besar yang ada di Jawa Timur. Awalnya Alva tidak begitu antusias untuk bertempat tinggal di kota barunya ini, Madiun. Pagi itu dia begitu semangat untuk berangkat ke sekolah, bukan karena tempat belajarnya, bukan karena pelajarannya, bukan karena gurunya dan juga bukan karena sekolah favoritnya, namun dia begitu bersemangat karena akan segera menemui teman 1 kelasnya yang dia sukai semenjak pertama kali melihatnya. Awal sekolah  Alva tidak terlalu peduli dengan lingkungan sekitarnya, namun pandangan dia berubah ketika Ratna mengajaknya mengobrol untuk pertama kalinya pada hari-hari sebelumnya.

   Alva kecil terenyuh, terpana, dan terkejut ketika salah satu perempuan cantik di kelas itu mengajaknya berbicara. Dan Alva kecil menjawab pertanyaan dari Ratna dengan terbata-bata. Tak tahu arah dan jalan kemana obrolan tersebut, yang pasti  ketika itu Alva kecil sangat bahagia. Hari-hari pun berlalu, di kelas tak jarang pula Alva melirik si kecil Ratna hanya untuk menggodanya, membuatnya tersenyum dan membuat Alva senang. Semakin hari Ratna juga sepertinya menyukai Alva, namun ketika itu masih kelas 4SD, pasti cinta anak kecil yang biasa disebut “Cinta Monyet”.  Alva kecil tak pernah kehilangan ide hanya untuk menggoda, mengobrol ataupun membuat Ratna tersenyum, tak sekalipun dia absen untuk melewati rencana tersebut, setiap hari. Tahun pelajaran pun berakhir, kami sama-sama naik kelas dan kembali bersama. Bersama untuk sekelas lagi. Wajar karena dari kelas 1-6, sekolah tersebut tidak pernah di rubah, jadi dari kelas 1 sampai kelas 6 pasti selalu bersama.

   Ketika kelas 5 pun Alva masih saja selalu dekat dengan Ratna , berbagai cara dia lakukan agar setidaknya mengobrol dengannya. Menawari pergi ke kantin bersama, meminjam buku ataupun alat tulis. Naik kelas 6 suasana berubah, karena teman-teman tak terkecuali Alva dan Ratna lebih fokus untuk belajar karena akan menghadapi Ujian Nasional dan memilih  SMP untuk melanjutkan pendidikan ini. Mulai jarang kebiasaan Alva yang selalu membuat Ratna tersenyum malu, karena mereka juga lebih serius ke pelajaran. Hal ini membuat Alva mengenang apa yang dia lakukan hanya untuk membuat Ratna tersenyum. Dia mengingat, pernah ketika bel pulang sekolah berbunyi, Alva menyempatkan bermain bola terlebih dahulu dengan teman-temannya, karena kakak yang biasa menjemput dia pulang tak kunjung datang. “Alva, Alva, kamu dijemput mama kamu tuh”. Kata itu yang terpikir oleh Alva ketika Ratna memanggilnya karena sudah di jemput oleh mamanya. Senyum manis yang masih belum Alva lupakan.

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun