Bulan April Ku Berlabuh
Laksana berpetualang ditengah derasnya raungan ombak samudera
Berpeluh kesah menjinakkan deras ombak yang tak henti menerpa
Terbelenggu menunggu seorang diri terombang-ambing bagai terpenjara
Terdiam hanya memegang sebuah harapan agar bisa selamat dan bahagia.
Sekelumit tanya ia tanyakan pada awan dan langit
Percaya diri sekali tanpa menyangsikan situasi hari berikutnya
Namun, angin kedua tiba seketika
Sang samudera menggiring ombak raksasa
Yang disinyalir akan menghantarkan ia ke suatu daratan.
Dengan bala ombak samudera yang amat kilat
Keyakinan lahir pada dirinya untuk hadir di suatu tempat
Timbul pula pertanyaan untuk kesekian kalinya
Hari apa? Jam berapa? Sudah berapa lama?
Usai berjilid-jilid hari ia terapung terbalut ditengah samudera
Malam gulita hinggap dan seketika hening ia beristirahat
Sembari terdengar sayup-sayup doa dan pesan dari atas langit.
Bejibun kebahagiaan ditorehkan atas hadirnya mentari seraya terbit pagi
Mentari sejati setia memberi bias anugerah di bumi
Cahaya kehidupan mengarungi kehidupan mahkluk hari demi hari
Di bulan itulah mentari sang mandraguna mengindahkan sebuah mimpi.
Tergugah dari tidur ia membuka mata lalu menatap kehidupan
Sembilan bulan berlalu melancongi semudera dengan perjuangan
Berlabuh dengan sehat, selamat, dan berbahagia di bulan April
Hadir dipangkuan sang ibu dengan ikhlas dan penuh cinta
Sembari menitipkan pesan berharga untuk menjalani kehidupan yang kentara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H