Atau, apabila aset itu adalah aset spekulatif, hindari saja. Kedua, jangan mudah tergiur iming-iming keuntungan yang tak memiliki dasar yang jelas atau yang sifatnya too good to be true, sekalipun itu datang dari mulut seorang tokoh seperti Elon Musk. Kita tidak semestinya mendasarkan keputusan kita pada pendapat orang lain.
Ketiga, kembalilah ke rencana investasi awal Anda dengan menentukan target-target yang masuk akal. Keempat, perbanyaklah bersyukur. Ketika keuntungan Anda masih belum seberapa atau malah belum mendapatkan keuntungan sama sekali, bersyukur saja karena masih banyak orang di luar sana yang kondisinya sudah lebih parah "berdarah-darah" ketimbang Anda.
Dari empat saran saya di atas, bisa saya katakan yang kedua menjadi yang paling sulit dihindari. Di era keterbukaan informasi seperti sekarang, harga aset bisa dengan mudah "digoyang," apalagi jika yang melakukannya adalah seorang tokoh yang memiliki banyak pengikut. Elon Musk adalah contoh yang sangat nyata dalam hal ini.
Lihat saja bagaimana dulu ia melakukan promosi atau pompa-pompa (pump) Bitcoin hingga harganya bisa mencapai level tertinggi dalam sejarah, namun pada akhirnya ia buang (dump) kepemilikan Bitcoinnya setelah mendapatkan keuntungan. Setelahnya, Bitcoin pun terjun bebas harganya.
Ya, itulah yang disebut skema pump and dump.Â
Tidak ingin menjadi korban kan? Maka, gunakanlah akal sehat Anda sebelum membeli sesuatu. Ingat, harga itu ibarat dua sisi mata uang. Bisa naik, bisa juga turun. Apalagi kalau menyangkut instrumen keuangan.
Jika harganya bisa naik fantastis, maka turunnya pun bisa bombastis. Jika dikatakan bisa membuat kita makin kaya, maka bisa juga bikin kita merana.
Jadi, ya, yang wajar-wajar saja lah. Saya sih percaya, cepat atau lambat setiap aset pasti akan kembali pada nilai wajarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H