Dalam pembukaan Rakernas PDIP Selasa, 21 Juni 2022, Megawati memuji Puan Maharani, sang puteri mahkota yang berhasil sebagai ketua penyelenggara pertemuan Parlemen Internasional (IPU). Di sisi lain, Megawati mengancam kader yang main dua kaki atau tiga kaki. Maksudnya ke Ganjar? Tidak menyebut nama, namun arahnya jelas ke Ganjar. Apa dampaknya kepada Puan Maharani dan Ganjar?
Pujian  Untuk Puan Maharani.
Sangat wajar, jika Megawati memuji Puan Maharani menyelenggarakan pertemuan Parlemen internasional. Memuji itu sebuah tindakan yang bisa memotivasi seseorang, apalagi yang dipuji adalah anak sendiri.
Pujian ini disampaikan dalam sebuah Rakernas yang mendapat sorotan publik. Puan Maharani adalah puteri mahkota, menjabat Ketua DPR RI dan menjadi harapan penerus trah Soekarno.
Lebih jauh lagi Megawati memprotes diskriminasi gender kepada perempuan. Tepuk tangan yang kurang meriah dari para lelaki yang hadir di Rakernas pun tak luput dari perhatian Megawati. Dia mengutip pendapat ayahnya Soekarno yang memperjuangkan kesetaraan gender.
Jadi bukan hanya pujian terhadap Puan Maharani yang disampaikan, namun juga menyangkut diskriminasi gender. Apakah ini bentuk protes Megawati kepada seluruh rakyat Indonesia karena yang memilih Bacapres dengan elektabilitas tinggi hanya laki-laki?
Kenapa hanya Ganjar, Anies dan Prabowo? Kenapa tidak Puan? Apa sih kurangnya perempuan? Cantik, menawan dan Ketua DPR RI lagi. Para responden lembaga survey ini memang sangat kurang ajar dan kurang adil, begitulah kira-kira protes dan kemarahan Megawati.
Namun pujian kepada Puan Maharani itu bisa mebawa dua dampak yang berbeda secara ekstrim.
Pertama, jika pujian ini diterima dengan sombong dan membuat rasa percaya diri berlebihan, pujian Megawati kepada Puan ini bisa berakibat dan berdampak tidak baik. Bisa membuat rasa percaya diri berlebihan dan membawa kejatuhan.
Kedua, jika pujian ini bisa diterima Puan Maharani dengan rendah hati dan menambah motivasi untuk berbuat lebih baik lagi, maka hasilnya akan menjadi baik.
Ancaman Kepada Ganjar Pranowo.
Ancaman yang disampaikan Megawati kepada Ganjar cukup keras, bahkan sangat keras. Siapa yang main dua kaki atau tiga kaki, silahkan keluar. Saya pecati. Sebelum saya pecati, keluar saja. Kira-kira demikianlah ancamannya Megawati.
Menurut Megawati, dia sebagai Ketua Umum memiliki hak prerogatif yang diamanatkan Kongres. Tidak boleh ada yang mengganggunya. Jika mengganggu akan dipecat.
Ini adalah puncak gunung es. Sebelumnya elit partai PDIP sudah menghajar dan mencakar Ganjar. Trimedya Panjaitan menyebut Ganjar sebagai kleminti. Tidak ada prestasi selama delapan tahun menjadi gubernur Jateng.
Bambang Pacul tidak mengundang Ganjar dalam pertemuan PDIP di Semarang. Puan menghantam Ganjar yang hanya modal ganteng dan bermedsos tanpa kerja nyata. Di mata elit partai PDIP, Ganjar ini adalah kader yang kurang ajar dan mau menelikung dalam Pilpres.
Jadi ancaman Megawati ini sudah diawali umpatan, penyingkiran dan intimidasi kepada Ganjar. Namun Ganjar sepertinya tegar. Ketika Partai Nasdem menyebut namanya sebagai Bacapres dari tiga nama, dia menegaskan bahwa dia kader PDIP.
Lalu kenapa Ganjar seperti dibantai oleh elit PDIP? Apakah salah dan dosanya kepada PDIP? Elektabilitasnya tinggi bukan hadiah dari PDIP. Itu adalah hasil kerja, komunikasi dan gaya dia bermedia sosial. Lalu, karena elektabilitasnya tinggi, sementara Puan rendah, apakah Ganjar harus disalahkan dan dihajar?
Apa dampak ancaman kepada Ganjar Pranowo?
Pertama, ancaman dan penghajaran yang dilakukan elit PDIP, termasuk puncaknya ancaman Megawati di Rakernas PDIP ini juga bisa membawa dampak yang tidak baik. Jika Ganjar menganggap ini adalah penyingkiran dirinya dari Bacapres di Pilpres 2024 bisa membuat keputusan menjadi kader yang mbalelo. Dia akan berkenan dicalonkan partai atau gabungan partai lain, selain PDIP. Keluar dari PDIP.
Kedua, bisa berdampak positif dan baik. Jika Ganjar sabar dan bisa menahan semua ancaman ini sebagai vitamin untuk membangun percaya dirinya dan tahan banting sebagai kader. Apakah Ganjar akan bisa kuat dan bertahan dengan ancaman, umpatan dan penyingkiran ini?
Sepertinya Ganjar belajar sabar dan tegar. Ketika Rakernas berlangsung, dia berinisiatif menjumpai Bambang Pacul dan bersalaman kedua kalinya dan memberikan salam komando. Suasana riuh terjadi, ketika kader PDIP melihat salam komando antara Ganjar dan Bambang Pacul sebelum Rakernas dibuka.
Ganjar seakan berperilaku tidak ada apa-apa dengan Bambang Pacul. Padahal Bambang Pacul sudah menyingkirkannya dari pertemuan PDIP di Semarang, markas Ganjar sebagai gubernur. Ganjar membalas kebaikan menghadapi kejahatan terhadap dirinya.
Akibat ancaman dan ganjaran yang dilakukan PDIP juga bisa berakibat yang lebih jauh kepada Ganjar. Ini bisa melahirkan banyak simpati dari masyarakat. Pemilih Indonesia sangat baik kepada tokoh yang menjadi korban. SBY menang Pilpres 2004 menggunakan taktik korban dari Megawati.
Apakah nasib SBY yang menang dalam Pilpres 2004 yang dianggap sebagai korban Megawati akan terulang kepada Ganjar 2024? Terlalu dini memprediksinya.
Atau Ganjar akan mengalami nasib seperti Jokowi 2014? Dimana Megawati masih mau mencalonkan diri, namun elektabilitas Jokowi yang tinggi. Akhirnya Megawati mengalah dan menyerah. Jokowi yang dicalonkan PDIP, bukan Megawati.
Apakah Megawati akan mengalah dan menyerah dalam Pilpres 2024? Tidak ngotot mencalonkan Puan Maharani, namun menyerahkannya kepada Ganjar? Ini juga masih terlalu dini diprediksi. Tergantung hasil perenungan Megawati ke depan sebelum penentuan nama Bacapres yang diusulkan PDIP.
Pujian terhadap Puan sudah dikumandangkan. Ancaman kepada Ganjar sudah disampaikan. Dampak pujian bisa baik, bisa juga tidak baik. Dampak ancaman juga bisa baik, bisa tidak baik. Itu semua tergantung kepada orang yang menerima pujian dan ancaman. Bagaimana mereka  menerima dan mengelolanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H