Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Banjir Takut Kudeta

27 Februari 2021   07:23 Diperbarui: 27 Februari 2021   07:30 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Banjir Takut Kudeta

Aku tak risau, walau hujan deras dan petir menggelegar

Aku tak galau walau kotaku sudah terendam banjir

Aku dan seisi rumahku tak pernah disinggahi banjir air

Aku dan rumahku bak istana nan kebal banjir

Tapi...

Nyaliku diserbu rasa kecut, lalu takut

Pikiranku dibayangi rasa kalut, lalu takut

Hatiku diselimuti gemerincing rintih, lalu takut

Angan mimpiku dihalangi kabut, lalu takut

Ada apa dengan diriku?

Kenapa nyali, pikiran, hati, dan angan mimpiku takut?

Kenapa jiwaku hampa, nelangsa dan takut?

Kenapa anak, isteri dan ayahku juga ikut nimbrung takut?

Oh, ternyata.....

Aku tak sudi milikku direbut dan diambilalih para pengecut

Aku telah diwarisi ayahku jabatan ini dan kini kupegang kuat

Aku merangkul, merengkuh dan memeluk erat

Aku dan keluargaku, apalagi ayahku dipenuhi rasa khawatir dan takut

Aku akan terpelanting dan terjerembab ke laut diseret para pengecut

Aku bakal tak punya kuasa dan wibawa sebagai pejabat

Aku akan tenggelam di dasar samudera sesat tanpa martabat

Aku bersyukur banjir air tak membuatku menderita

Tapi banjir takut membuatku merana dan ingin meronta

Melawan para kurawa yang ingin kudeta

Oh banjir air ternyata tak sedahsyat banjir takut yang mendera dan menyandera

Oh banjir takut, enyahlah dariku nan rapuh dan menderita

Biarkan aku berpeluk erat dengan kursi singgasana sementara

Aku masih punya mimpi jauh duduk di singgasana istana

Mengulang sejarah dan merengkuh cita ibunda yang terkendala

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun